Salin Artikel

Cara Mudah Budidaya Maggot di Rumah bagi Pemula, Tanpa Bau dan Hasilkan Cuan

Rika yang juga ketua peneliti pemanfaatan limbah organik dengan menggunakan lalat maggot black soldier fly (BSF) di Desa Malangsari, Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang, itu menyebut budidaya maggot cukup mudah bagi pemula.

"Bisa menggunakan ember bekas cat," kata Rika di Kampus Unsika, Kamis (27/10/2022).

Caranya, ember bekas cat diisi dengan bahan organik berupa sayuran bekas, sisa makanan, atau sisa nasi yang tidak habis.

Lalu masukkan bibit maggot BSF. Ember tersebut kemudian ditutup dengan plastik transparan.

"Nanti telurnya netas, jadi maggot. Setelah itu pisahin antara pupa dengan indukan," kata dia.

Pupa maggot kemudian dikeringkan. Pengeringan baiknya menggunkaan oven. Namun, banyak warga yang mengeringkan maggot dengan cara disangrai.

"Bagusnya dioven kalau buat pakan ikan. Karena ikan kalau ada bau gosongnya suka agak enggak mau ikannya," kata dia.

Di Desa Malangsari, kata Rika, akan diuji coba pengeringan dengan alat pengering bertenaga surya yang juga hasil penelitian dari dosen Fakultas Pertanian Unsika lainnya.

Jika menggunakaan kandang, maka harus diatur sirkulasi udara dan sinar matahari. Sebab pertumbuhan maggot tergantung pada dua hal itu.

Baiknya, kandang untuk telur, pembesaran, dan pengolahan maggot, dipisah untuk peternakan skala besar. Namun jika tidak pun tak apa untuk skala kecil.

Di Desa Malangsari, misalnya, kandangnya semi permanen.

"Untuk skala kecil segitu sudah oke, enggak masalah. Enggak harus bagus yang penting ada jaring aja, ada angin, sinar matahari masuk," ujar Rika.

Pakan maggot

Pakan untuk budidaya maggot BSF sangat terjangkau karena hanya perlu memanfaatkan sampah organik.

Di desa yang menjadi obyek penelitian tim RIka, pakan berasal dari sisa atau sampah organik rumah tangga dan limbah pasar.

"Jadi ibu-ibu kan ada pembuatan bank sampah. Nah, ibu-ibu ngumpulin sampahnya, dikilo (ditimbang). Dikilo dari satu kilogram dapat Rp 100," ujar dia.

Maggot tersebut harus diberi pakan terus menerus. Jika tidak maka maggot akan mati.

Nilai jual maggot

Rika menjelaskan, perkembangan maggot BSF terbilang cepat. Satu maggot bisa menghasilkan 20 sampai 30 telur.

Sementara harga bibit atau telurnya pun murah. Tiap 10 gram sekitar Rp 5.000.

Adapun harga jualnya sekitar Rp 15.000 hingga Rp 20.000 tiap 100 gram maggot kering.

"Pupuk kasgotnya juga, bekas maggotnya kalau dijual per 5-10 kilogram bisa Rp 10.000," kata dia.

Rika menyebut pengolahan sampah dengan beternak maggot BSF yang dilakukan dengan baik akan memberikan dampak ekonomi untuk masyarakat sekitar, selain dari kesehatan lingkungan.

"Pengolahan sampah dengan menggunakan maggot juga dapat menjadi salah satu usaha masyarakat dengan menjual maggot kering sebagai pakan ternak dan sampah hasil pengolahan maggot dapat dijual atau digunakan sebagai pupuk organik," kata dia

Lalat maggot BSF sebagai agen pengurai sampah organik akan memakan sampah tersebut. Selain itu pengolahan melalui maggot tidak akan menimbulkan bau.

"Modalnya juga cukup murah. Kita hanya tinggal menyiapkan kandang maggot yang terbuat dari jaring. Bisa permanen atau semi permanen," ujar dia.

Seperti halnya pembinaan peningkatan ekonomi warga melalui pengolahan sampah, ini dilakukan melalui program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang dilaksanakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian (LPPM) Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) dan Perkumpulan Pengelola Sampah dan Bank Sampah Nusantara (Perbanusa) Desa Malangsari.

Kendala

Kendala bagi peternak maggot BSF yakni musim penghujan.

Sebab, maggot harus terkena sinar matahari. Jika teduh dan tidak ada panas matahari, maggot bisa mati.

"Kawinnya kalau di terang (terkena sinar matahari). Kalau digelap itu enggak bisa kawin. Enggak boleh juga kena air," ucap dia.

https://bandung.kompas.com/read/2022/10/27/180433478/cara-mudah-budidaya-maggot-di-rumah-bagi-pemula-tanpa-bau-dan-hasilkan-cuan

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com