Salin Artikel

Awal Mula Terungkapnya Kasus ART Disiksa dan Disekap Majikan di Bandung Barat, Warga Dengar Tangisan Korban Setiap Malam

Peristiwa penyiksaan dan penyekapan ART itu terjadi di sebuah rumah di Perumahan Bukit Permata, Desa Cilame, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat.

Warga bersama aparat kepolisian dan TNI menolong ART itu dan membawa korban ke rumah sakit terdekat.

Proses penolongan dan evakuasi dilakukan pada Sabtu (29/1/2022) lalu.

Kepala Desa Cilame Aas Mohamad Asor menjelaskan, kasus penyiksaan dan penyekapan itu berawal dari kecurigaan warga terhadap suara menangis korban.

Korban yang merupakan warga Limbangan, Garut, itu kerap mendengar korban menangis.

Hal itu sering didengar warga hampir setiap malam selama dua atau tiga bulan. Warga curiga korban disiksa oleh majikannya.

"Sudah sekitar dua atau tiga bulan disiksanya. Hampir setiap malam, korban terdengar menangis," kata Aas dikutip dari Kompas.com, Sabtu.

Menurut Aas, kobran juga terlihat beberapa kali berada di luar rumah saat cuaca sedang hujan. Kejadian itu menguatkan kecurigaan warga bahwa korban memang disiksa oleh majikannya.

"Bahkan, korban sering dihujankan di luar rumah kalau malam hari. Dari beberapa kejadian yang terlihat itu akhirnya kecurigaan warga menguat," jelas Aas.

Warga kemudian melaporkan kejadian itu ke pemerintah Desa Cilame. Selanjutnya kepala Desa Cilame berkoordinasi dengan aparat kepolisian dan TNI untuk menolong korban.

Warga didampingi aparat polisi dan TNI mendobrak rumah tempat bekerja korban di Perumahan Bukit Permata. Kemudian warga mengevakuasi korban yang menderita sejumlah luka di tubuhnya.

"Saya apresiasi warga yang tidak main hakim sendiri. Saat pendobrakan, warga didampingi aparat dan Babinsa dan Bhabinkambtibmas mendobrak rumah itu untuk mengevakuasi ART yang diduga menjadi korban keerasan dan penyekapan tersebut," kata Aas.

Menurut Aas, terdapat sejumlah luka di tubuh korban saat ia dievakuasi. Akhirnya korban dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan medis dan visum.

"Betul ada luka-luka. Lebam di kedua matanya, dan ada luka di bagian punggung. Lebih lengkapnya nanti menunggu hasil visum," tambah Camat Ngamprah Agnes Virganty.

Agnes mengatakan, awalnya korban mengaku bekas luka itu karena jatuh. Namun Agnes tidak percaya begitu saja. Ia menduga bekas luka itu akibat kekerasan dan penyiksaan.

Korban disebut mengalami trauma akibat tindak kekerasan tersebut.

"Korban mengakunya hanya jatuh. Tapi kalau dilihat luka-lukanya tidak memungkinkan hanya jatuh biasa. Apalagi adabukti penyekapan. Lebih jauhnya kita percayakan ke pohak kepolisian," kata Agnes.

Aparat Polres Cimahi kemudian mengamankan pelaku yang diduga menyiksa dan menyekap korban untuk diperiksa.

Polisi juga memeriksa korban untuk penyelidikan.

"Majikan dan korban sekarang lagi dimintai keterangan di Polres Cimahi. Semoga tidak ada kejadian serupa," harap Agnes.

Kasat Reskrim Polres Cimahi AKP Rizka Fadhilla membenarkan kasus tersebut sedang ditangani Polres Cimahi.

"Kasusnya sudah ditangani Polres Cimahi, dan saat ini sedang tahap pemeriksaan dulu," ujar Rizka. (Sumber Kompas.com/ Penulis: Kontributor Bandung Barat dan Cimahi, Bagus Puji Panuntun | Editor: Dheri Agriesta)

https://bandung.kompas.com/read/2022/10/30/095543978/awal-mula-terungkapnya-kasus-art-disiksa-dan-disekap-majikan-di-bandung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke