Salin Artikel

Bertahun-Tahun Warga Kompleks Griya Bandung Indah Terdampak Banjir, Kades: Langganan sejak Dulu

BANDUNG, KOMPAS.com - Kepala Desa Buah Batu Asep Sobari angkat bicara soal Kompleks Griya Bandung Indah (GBI) yang sudah bertahun-tahun selalu terdampak banjir akibat luapan sungai Cipeso.

Asep mengatakan, luapan sungai Cipeso tidak hanya berdampak pada Kompleks GBI, tetapi juga Sekolah Dasar (SD) Griya Bandung Indah yang terdapat di kompleks tersebut.

Menurut dia, Kompleks GBI sudah menjadi langganan banjir sejak lama, jauh sebelum dirinya menjabat sebagai kepala desa.

"Jadi sebagian RW 08, sebagian RW 09 juga terdampak banjir, dan yang paling parah memang di RW 10 sampai RW 13," ungkapnya.

Dia mengatakan, penyebab banjir di kawasan tersebut karena gorong-gorong atau hong saluran air yang diubah saat pembangunan Proyek Nasional.

Sebelum dibangun proyek nasional, hong di wilayah tersebut berukuran kecil, kemudian diganti menjadi ukuran besar, sehingga air kiriman dari Kota Bandung tidak bisa ditampung oleh aliran sungai Cipeso.

Tak hanya itu, para pengembang yang membangun perumahan di sekitar Kompleks GBI lalai dan tidak memperhatikan serapan air.

"Saya juga minta, (pengembang) perumahan yang baru-baru mau dibangun itu untuk memikirkan resapan airnya, agar enggak langsung dibuang ke (sungai) Cipeso," terangnya.

Asep menyebutkan, ada salah satu pengembangan yang mengajukan rekomendasi pada pihak Desa dan belum ditandatanganinya karena belum melaksanakan kewajiban, seperti membangun kolam retensi.

"Wacana itu sudah saya sampaikan waktu dialog dengan pengembang di LH itu juga, dia (pengembang) minta rekomendasi, tapi sama Desa belum ditandatangani karena kewajiban pengembang harus dilaksanakan dulu," tutur dia.

Banjir yang terjadi hari ini, kata dia, tak sebanding dengan yang terjadi pada tahun 2021. Saat itu banjir cukup tinggi, hingga masuk ke permukiman warga.

"Betul, tahun kemarin tinggi banget, intensitas hujan tinggi dan sungai Cipeso tidak menampung dan air dari Kota itu tidak ada batas penghalang masuk ke Desa Buah Batu," ungkapnya.

Banjir yang melanda Kompleks GBI, lanjut dia, tergolong cukup lama untuk surut. Paling cepat, satu hingga dua hari, dan paling lambat hingga lima hari.

"Tergantung debit air di Cipeso, terus memang mesti ada kolam retensi dan kami berharap para pengembang yang membangun perumahan di sekitaran Kompleks GBI tidak melupakan kewajibannya," tutur Asep.

Penanganan pihak desa

Sejak satu tahun menjabat sebagai Kepala Desa Buah Batu, Asep menuturkan telah melakukan kegiatan padat karya dengan melaksanakan pengerukan sungai Cipeso tahun 2021 silam.

Kemudian, ia juga telah mencoba mengkolaborasikan program dari Dinas terkait untuk menyelesaikan persolan itu, namun tetap saja belum ada solusi.

Pasalnya, sungai Cipeso menjadi penampung aliran-aliran sungai kecil lainnya yang nantinya bermuara di Sungai Cidurian.

"Kalau dari Desa bekerjasama dengan pengurus RW 10 dan juga ada anggota Dewan yang tinggal di sana, akan berkolaborasi dengan kita untuk membeli pompa air, kebetulan dalam jangka waktu dekat ini lagi rehab rumah pompanya karena mau ditambah lagi dua pompa, jadi sekarang baru satu, mau ditambah lagi jadi punya tiga," bebernya.

Asep menuturkan telah menganggarkan untuk kembali melakukan kegiatan padat karya pada tahun 2023 mendatang.

Tak hanya itu, ia berharap ada pembangunan sodetan air guna menangani banjir di Kompleks GBI.

Sejauh ini, pihaknya sudah melayangkan surat ke Dinas Sumber Daya Air Jawa Barat dan sudah mendapatkan respons positif.

"Ya kalau pengerukan sungai kami juga sudah menganggarkan lagi tahun 2023 buat pemeliharaan sungai Cipeso tiap tahunnya. Alhamdulilah sudah disurvei, saya pengennya ada sodetan di hilir, jadi air itu ada dua jalur yang satu ke Sungai yang lama, yang satu lagi ke sodetan, kemarin udah disurvei sama Provinsi," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2022/11/03/161932978/bertahun-tahun-warga-kompleks-griya-bandung-indah-terdampak-banjir-kades

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke