Salin Artikel

Gempa Cianjur, Ayah Kehilangan Putri dan Perkampungan yang Mati

Rumah-rumah penduduk yang rusak masih dibiarkan dengan kondisi porak poranda dan ditinggalkan penghuninya.

Kerusakan akibat gempa yang berpusat di wilayah Kecamatan Cugenang di kedalaman 10 kilometer itu sangat dahsyat.

Tidak hanya merusak rumah-rumah warga, guncangannya juga meluluhlantakan bangunan sekolah, tempat ibadah, toko, gedung-gedung perkantoran dan lainnya.

Dampak gempa juga telah merusak jaringan pipa air bersih milik PDAM, dan pasokan listrik terputus di beberapa tempat.

Warga terdampak yang selamat masih bertahan di lokasi-lokasi bencana di bawah naungan terpal sebagai tempat tinggal mereka sekarang.

Kondisi ini seperti terlihat di sejumlah permukiman penduduk di wilayah Desa Nagrak, Cirumput, Cibulakan, dan Sarampad.

Warga mengungsi di tenda-tenda darurat di dekat rumah mereka yang rusak sambil berharap mendapatkan bantuan.

“Stok makanan sudah habis, air bersih juga tidak ada, terpaksa menggunakan air yang ada meski kotor dan keruh,” kata Ari (35), seorang warga saat dijumpai Kompas.com di lokasi bencana di Kampung Rawacina, Rabu (23/11/2022).

Tidak jauh dari lokasi tenda darurat itu, seorang perempuan paruh baya sedang mengais barang di antara reruntuhan bangunan.

“Lagi cari uang, ada Rp 7 juta di rumah. Tapi belum ketemu, susah ambilnya,” ucap dia dengan mata berkaca.

Di perkampungan itu terlihat tenda-tenda darurat terpasang di halaman rumah, termasuk di areal pekuburan.

Di sana, ratusan warga dari dari dua kedusunan mengungsi dan masih bertahan.

Dede (45), ketua RT setempat menceritakan, terpaksa tinggal di lahan kuburan karena tidak ada lagi lokasi yang bisa dijadikan tempat mengungsi.

Akibat gempa kemarin, Dedeh menyebutkan ada 15 warga meninggal, dan telah dimakamkan.

“Listrik mati, air susah. Warga terutama anak-anak juga sudah mulai mengeluhkan sakit,” ucap Dede.

Dede bersama warganya berharap mendapatkan bantuan logistik seperti sembako, selimut, kaus kaki, popok, dan tikar.

“Sudah dua malam gelap gulita karena listrik mati. Penerangan paling dari handphone, itu pun harus nge-cas dulu ke kampung lain,” imbuhnya.


Kehilangan anggota keluarga

Kondisi tidak jauh berbeda juga terlihat di perkampungan Cibulakan, sejumlah warga berupaya mencari barang-barang di antara puing-puing bangunan.

Selain kehilangan tempat tinggal dan harga benda, warga juga banyak yang kehilangan anggota keluarga, seperti yang dialami seorang ibu paruh baya bernama Tanti (55).

Ia kehilangan enam anggota keluarga dan kerabatnya yang meninggal tertimpa reruntuhan bangunan.

"Harta benda habis semua, yang terisa cuma baju di badan. Ini mau cari barang-barang di rumah mungkin ada yang masih bisa dimanfaatkan," ucap Tanti kepada Kompas.com, Rabu.

Kenyataan pahit juga dirasakan Arif Kris (28), warga Cibulakan ini harus kehilangan istri dan putrinya yang baru berusia dua tahun.

Orang-orang terkasihnya ditemukan berpelukan di bawah reruntuhan rumah dengan kondisi mengenaskan.

Saat gempa mengguncang kampungnya, Arif sedang bekerja di Sukabumi sebagai pengendara ojek online.

Arif tak punya firasat buruk sebelumnya. Namun mengaku melihat gelagat tak biasa yang ditunjukkan putri semata wayangnya itu.

“Seminggu ini tak mau lepas dari saya. Desember nanti rencana mau syukuran ulang tahunnya. Baju dan hadiahnya juga sudah saya siapkan,” ucapnya lirih.

Tidak hanya kehilangan anak dan istri, gempa juga telah merenggut nyawa empat orang kerabatnya.

“Sudah tidak punya apa-apa lagi sekarang, semuanya hancur. Saya dan orangtua sekarang mengungsi di sana,” ujar Arif.


Ratusan meninggal, ribuan rumah hancur

Hingga hari ketiga setelah gempa, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat korban meninggal mencapai 271 orang.

Kepala BNPB Suharyanto menyebutkan, korban didominasi anak-anak yang sedang belajar di sekolah dan madrasah.

“Untuk korban luka-luka saat ini terdata 2.043 orang. Tengah mendapat penanganan medis di sejumlah rumah sakit, termasuk yang dirujuk ke Bandung,” kata Suharyanto kepada wartawan di Pendopo Cianjur, Rabu (23/11/2022) petang.

Sementara warga yang masih dilaporkan hilang, sebut Suharyanto, ada 40 orang yang tersebar di dua tempat.

“Sebanyak 39 orang dilaporkan hilang di daerah Cugenang, dan seorang lagi di Warungkondang. Pencarian terus dilakukan dengan melibatkan 6.000 personel gabungan,” ujar dia.

Terkait kerusakan materil, pihaknya mencatat 22.241 rumah rusak berat, rumah rusak sedang sebanyak 11.641 unit, dan rusak ringan sebanyak 22.090 unit.

Disebutkan, kerusakan materil tersebut tersebar di 15 wilayah kecamatan, yakni Cianjur, Karangtengah, Warungkondang, Cugenang, Cilaku, Cibeber, Sukaresmi, Bojongpicung, Cikalongkulon, Sukaluyu, Pacet, Cipanas, Haurwangi, dan Gekbrong, Ciranjang.

“Sementara untuk jumlah warga yang mengungsi hingga hari ketiga ini tercatat ada 61.908 orang,” ujar Suharyanto.

https://bandung.kompas.com/read/2022/11/24/082107778/gempa-cianjur-ayah-kehilangan-putri-dan-perkampungan-yang-mati

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke