Salin Artikel

Korban Gempa Cianjur Mengungsi di Kandang Domba, Enggan Pindah karena Sudah Biasa

KOMPAS.com - Warga yang terdampak gempa di Kampung Warungbatu, Desa Mekarsari, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat mengungsi di kandang domba.

Mereka harus rela berbagi tempat dengan sesama pengungsi dan berbaur bersama 40 ekor domba yang berada di dalam kandang tersebut.

Di dalam kandang juga sudah dipasangi kasur lipat dan karpet untuk para pengungsi tidur.

Meskipun kondisinya tak layak, namun puluhan warga enggan pindah dari kandang domba itu.

Mereka sudah terbiasa dengan bau menyengat dan suara-suara hewan ternak tersebut.

Ada 55 pengungsi

Salah satu pengungsi, Yoyoh (55) menyebut di dalam kandang domba ini terdapat 55 orang yang mengungsi termasuk dirinya.

Saat itu, wanita paruh baya ini sedang memasak di dapur darurat di dekat kandang domba untuk dikonsumsi oleh pengungsi.

Dia bercerita, sebenarnya, di Kampung Warungbatu ini terdapat posko utama dan tenda yang didirikan, tepatnya di tengah perkampungan.

Kandang domba yang menjadi tempat pengungsian ini juga merupakan posko kedua di kampung tersebut.

Namun, Yoyoh bersama warga lainnya masih tetap ingin tinggal di kandang domba tersebut.

Alasan para pengungsi tinggal di kandang ini karena merasa lebih nyaman dan dekat dari kediamannya.

Bahkan, para pengungsi itu juga pernah dibujuk Ketua RT setempat untuk mengungsi di tempat yang lebih layak.

Dia mengungkapkan, saat ini keperluan logistik di kandang yang ditempatinya sudah sedikit.

"Bantuan logistik ada tapi sudah menipis. Beras juga ada tapi tinggal sedikit," ujar dia dikutip dari TribunnewsBogor.com.

Warga lainnya, Kaisa (12) mengaku sudah tiga hari mengungsi di kandang domba bersama keluarganya.

Dia mengaku sudah terbiasa dengan kondisi tersebut.

"Sudah biasa, biasa aja, " kata dia.

Ketua RT 01 Kampung Warungbatu, Adi Permana mengatakan, para pengungsi masih tidak mau meninggalkan kandang domba.

"Pemilik kandang juga mengizinkan saja asal mereka betah," ujar dia.

Update jumlah korban

Jumlah korban meninggal akibat gempa Cianjur, Jawa Barat, pada Jumat (25/11/2022), pukul 17.00 WIB, bertambah dari 272 orang menjadi 310 orang.

Sementara jumlah korban yang hilang saat ini tercatat ada 24 orang.

"24 orang ini masih dicari terus, tetapi 24 orang ini sudah jelas identitasnya sehingga kalau ditemukan tinggal dikurangi jumlah yang hilang," ujar Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto saat konferensi pers update kondisi pasca-gempa Cianjur, Jumat sore.

BNPB juga mencatat pertambahan jumlah infrastruktur yang rusak menjadi 363 units sekolah, rumah ibadah 144 unit, faskes ada 3, dan 16 gedung perkantoran.

Untuk pendistribusian logistik, Suharyanto menyebut saat dibantu pihak kepolisian, sejumlah organisasi masyarakat telah membantu menyalurkan bantuak logistik.

Namun, sebelumnya mereka telah terlebih dahulu melaporkan distribusi bantuan ke posko utama.

"Pengawalan kepolisian mencegah ada berita-berita viral atau potongan rekaman video adanya penghadangan, entah warga terdampak atau warga lain untuk meminta barang atau uang," ujar Suharyanto.

Sumber: Kompas.com (Editor: David Oliver Purba), TribunnewsBogor.com

https://bandung.kompas.com/read/2022/11/26/125549878/korban-gempa-cianjur-mengungsi-di-kandang-domba-enggan-pindah-karena-sudah

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com