Salin Artikel

Korban Gempa Cianjur Mulai Kembali ke Rumah Saat Siang Hari

CIANJUR, KOMPAS.com - Sejumlah masyarakat yang menjadi korban gempa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat kembali menggunakan rumahnya pada siang hari. Sementara saat malam, mereka memilih tinggal di pengungsian karena dinilai lebih aman bila terjadi gempa susulan.

"Kalau siang diam di rumah, karena ada bangunan yang sebagian tidak roboh. Kalau malam, kami memilih tinggal di tenda karena merasa lebih aman kalau ada gempa," kata Siti Masitoh (60) salah seorang korban gempa bumi di Kampung Tegal Lega, Desa Limbangansari, Kecamatan Cianjur Kota, Jumat.

Ia bersama suaminya memilih tinggal di tenda terpal yang didirikan sekitar rumahnya, sedangkan anaknya sudah berkeluarga dan tinggal di daerah lain.

Sepekan pasca-gempa yang terjadi Senin (21/11/2022), Siti lebih memilih tinggal di pengungsian dan masih takut masuk ke dalam rumah karena trauma.

"Kalau masuk ke rumah merasa asing, takut, takut gempa lagi, karena gempa masih ada," kata Siti.

Namun sejak beberapa hari belakangan, Siti dan suami mulai berani masuk ke rumah pada siang hari, sekadar untuk memasak atau melakukan aktivitas lain.

Menjelang malam, Siti kembali tinggal di tenda pengungsian.

"Kalau angin sudah pasti, tapi tidak apa-apa, karena tidur hanya beberapa jam, jam 2 saya bangun siap-siap untuk jualan," katanya.

Selain Siti, ada juga korban gempa lainnya di Kampung Cijedil, Kecamatan Cugenang yang berada di pinggiran kota dan dilaporkan paling terdampak besar akibat bencana tersebut.

Seorang warga Cijedil, Usman (58) yang mendirikan tenda di sekitar rumahnya mengatakan, memilih banyak tinggal di tenda dibandingkan di rumah karena masih takut.

Ia berharap kondisi rumahnya yang rusak bisa secepatnya diperbaiki oleh pemerintah agar bisa tinggal dengan aman dan nyaman, tidak lagi berlama-lama tinggal di tenda.

"Sekarang masih tinggal di tenda, masih takut ke rumah," katanya.

Terkait bantuan kebutuhan pokok seperti beras dan lainnya selama di pengungsian, Usman mengaku terpenuhi, namun warga saat ini membutuhkan sepatu bot agar mudah saat beraktivitas.

"Makanan ada, namun sekarang warga butuh sepatu bot," kata ayah yang kedua anaknya meninggal dunia akibat tertimpa bangunan saat gempa.

Laporan Posko Utama Penanggulangan Bencana Gempa Cianjur tercatat korban meninggal dunia sebanyak 329 orang, dan 11 orang masih dalam pencarian.

Selanjutnya korban yang masih bertahan di tempat pengungsian sebanyak 114.414 orang, dan 654 luka berat dan masih dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cianjur.

https://bandung.kompas.com/read/2022/12/02/141048078/korban-gempa-cianjur-mulai-kembali-ke-rumah-saat-siang-hari

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com