Salin Artikel

4 Hari Terakhir, Banjir Luapan Sungai Cikapundung Rendam 1.000 Rumah di Kampung Cijagra Bandung

BANDUNG, KOMPAS.com - Warga Kampung Cijagra, Desa Bojongsoang, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat sudah 10 tahun hidup berdampingan dengan banjir.

Ketika musim hujam datang, air kiriman Kota Bandung yang mengalir di sungai Cikapundung dipastikan meluap dan merendam kampung tersebut.

Seorang warga Kampung Cijagra mengatakan, kampungnya sudah direndam banjir selama empat hari terakhir karena hujan yang terus mengguyur Kabupaten Bandung.

"Wah kalau ngomongin tahun mah, sudah lebih dari 10 tahun. Ini sudah empat hari belum surut, abisnya hujan terus-terusan," kata Uus Ruhendi (55) Ketua RT 07 ditemui, Senin (5/12/2022).

Uus mengatakan, banjir melanda dua RW, yakni RW 09 dan RW 10. Diperkirakan ada sekitar 1.000 rumah terendam luapan sungai Cikapundung.

Selama hidup di Kampung Cijagra, Uus menyebut tahun 2016 merupakan banjir terparah. Saat itu, ketinggian air mencapai 2 meter. Untuk banjir saat ini, ketinggian air mencapai 1,5 meter.

"Semalam mungkin bisa sampai 2 meter, sekarang udah surut 30 sentimeter tapi kan hujan di Kota masih turun, pasti ini (air) naik lagi," tambahnya.

Meski sudah berhari-hari tidak surut, hingga kini belum ada perhatian dari pihak Desa Bojongsoang, pun dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

"BPBD belum ada yang turun dari Desa juga belum ada, saya udah hubungi pihak Desa tapi belum ada yang kontrol sama sekali," kata dia.

Mengungsi di atap

Sejauh ini, kata Uus, masyarakat Kampung Cijagra tidak memiliki lokasi pengungsian. Dulu, lanjut dia, lokasi pengungsian berada di pinggir jalan, namun sekarang sudah tidak digunakan lagi, lantaran sudah dipakai pencucian mobil.

Demi menghindari banjir yang terus meningkat, kebanyakan warga yang tidak memiliki lantai dua mengungsi ke para (atap rumah).

"Kebanyakan warga mengungsi di para rumah, sekalipun berbahaya tapi gimana lagi. Kalau ada tenda dari BPBD, baru memungkinkan kita bisa mengungsi," ungkapnya.

Tak hanya itu, warga merasa khawatir dengan banjir yang terus naik, pasalnya warga khawatir air akan membuat korslet listrik.

"Sempat listrik dimatikan, karena pernah banyak yang terkena sengatan listrik," tuturnya.

Pemerintah, kata dia, sudah menyiapkan beberapa kantung air di beberapa titik, namun, kantung air tersebut kerap tak kuat menampung air luapan Sungai Cikapundung.

Uus mengungkapkan, surutnya banjir di Kampung Cijagra masih belum bisa diprediksi, lantaran aliran sungai Cikapundung keram mengendap terhalang lajur aliran sungai Citarum.

"Sudah ada rencana mau di luruskan dari Ciatel ke Citarum, tapi belum terealisasi. Kami minta diperhatikan, selama ini gak respon sama sekali. Jangan kaya waktu pengennya aja datang dan tidak kenal waktu," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2022/12/05/220057678/4-hari-terakhir-banjir-luapan-sungai-cikapundung-rendam-1000-rumah-di

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com