Salin Artikel

Sekolah di GBI Bandung Kerap Terendam Banjir, Orangtua: Mau Sampai Kapan Anak-anak Jadi Korban?

BANDUNG, KOMPAS.com - Banjir yang kerap merendam Komplek Griya Bandung Indah (GBI) di Desa Buahbatu, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, tidak hanya melumpuhkan aktivitas warga.

Kegiatan belajar mengajar di Sekolah Dasar (SD) GBI pun ikut terdampak. Pasalnya, sebanyak 4 kelas di SD tersebut ikut terendam banjir.

Tak aneh, jika banjir datang pun, pihak SD GBI terpaksa mesti mengalihkan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) secara daring.

Hal tersebut di keluhkan Sayida (37), orangtua salah seorang siswa SD GBI. Ia mengaku jenuh dengan kondisi tersebut.

Sayida bukan mengeluhkan soal pengalihan KBM tatap muka menjadi KBM daring, namun ia mengeluhkan soal banjir yang tak kunjung mendapatkan solusi.

"Mau sampai kapan, anak-anak kita jadi korban? Saya bersyukur anak-anak masih bisa belajar secara daring dan kita orangtua masih bisa mengawasi dari rumah, cuma apa mau gini terus?," kata Sayida ditemui, Selasa (6/12/2022).

Kendati SD GBI sudah sering dikepung banjir, siswa-siswi di sana masih bersemangat untuk mengikuti kegiatan yang meskipun daring.

Rata-rata, murid dari SD GBI bertempat tinggal di lokasi yang tak jauh dari sekolah. Sehingga, mereka masih bisa merasakan euforia pertemanan dengan cara bermain.

Saat kondisi banjir, Sayida menyebut, anak-anak yang sekolah di SD GBI dipastikan bermain air di dekati lingkungan sekolah.

"Ya temen-teman anak saya itu pada deket rumahnya, ada yang kebanjiran ada yang enggak, pasti sering main banjir tuh sama yang lain, kalau misalnya jadwal KBM daring," tambahnya.

Meski begitu, ia juga khawatir karena seringnya banjir melanda Komplek GBI dan SD GBI, siswa-siswi SD GBI tidak lagi bisa merasakan bagaimana nikmatnya bermain di sekolah.

Soal pembelajaran secara daring, ia menyakini jika pihak sekolah pasti memperhatikan betul proses pembelajaran tersebut.

"Saya cuma khawatir itu, anak-anak jarang merasakan suasana sekolah, kalau soal pembelajaran saya yakin sekolah tahu betul metode KBM secara daring harus seperti apa," jelasnya.

Jika melihat, anak-anak belajar secara daring, Sayida seakan mengingat kala pembelajaran di masa pandemi Covid-19.

Saat itu, jangankan soal belajar, kegiatan masyarakat pun terpaksa harus dibatasi.

"Nah, iya kaya pas waktu Covid aja ini, tapi kalau sekarang mah karena terkepung banjir," tuturnya.

Hal senda juga disampaikan, Kiki (40), orangtua murid yang lain. Kiki menyampaikan jika banjir bukan hanya dikeluhkan oleh dia dan masyarakat, namun putranya yang juga bersekolah di SD GBI.

Kiki mengungkapkan, sang putra kerap bertanya, mengapa harus belajar di rumah, sedangkan gedung sekolah masih ada.

Mendengar pertanyaan sang putra, kiki kerap menjelaskan, kondisi banjir yang mengepung SD GBI dengan sederhana.

"Ya memang anak saya agak sedikit bawel karena sering bertanya ini itu, termasuk soal dia yang kalau lagi banjir gede harus dipindah ke rumah kegiatannya, saya hanya coba jelasin sesederhana mungkin," imbuhnya.

Kiki mengaku tidak terlalu keberatan jika siswa-siswi SD GBI harus melaksanakan kegiatan KBM secara daring

Pasalnya, ia meyakini pihak sekolah juga mempertimbangkan faktor keselamatan murid yang bersekolah di sana.

"Memang, ada sedikit keberatan mah melihat situasinya ya, bukan soal daringnya, tapi pihak sekolah saya yakin sudah mempertimbangkan betul soal pengalihan pembelajaran, yang penting di rumah, masih bisa dikontrol sama orang rumah atau ibunya," kata dia.

Penjelasan Sekolah

Sujana, guru Pendidikan Agama Islam (PAI) sekaligus operator sekolah membenarkan adanya  4 kelas yang sering terdampak banjir. Kelas tersebut merupakan kelas yang dihuni oleh kelas satu dan dua.

"Ya betul sekarang sudah agak surut, cuma kan kalau masuk musim penghujan kaya gini ya mau gak mau pasti banjir," katanya.

Menurutnya, banjir yang melanda sebagian ruang kelas milik SD GBI tersebut, lantaran tanah di bagian kelas yang kerap terkena banjir lebih rendah dibanding ruangan lain.

Dulu, kata dia, situasinya hampir sama dengan ruang kelas yang terkena banjir. Hampir seluruh sekolah terdampak banjir apabila hujan dengan intensitas tinggi melanda wilayah tersebut.

"Ini juga ruang guru dulu sama dengan yang kelas kena banjir, cuma sudah sempat ditinggikan sama kepala sekolah sebelumnya, jadi cukup aman, yang itu (kelas yang terdampak banjir) belum sempet cuma di benteng aja," bebernya.

Banjir kali ini, lanjut dia memiliki ketinggian kurang lebih 10-20 cm. Meski tak separah dulu, namun banjir tersebut tetap menganggu aktivitas KBM.

Pihak sekolah terpaksa melakukan pembelajaran jarak jauh atau daring guna tetap memberikan pembelajaran bagi para murid.

"Kalau aktivitas itu kalau banjir kita lihat situasinya kaya gimana, tapi kalau tidak memungkinkan kita dipulangkan, itu kalau sudah parah. Tapi kalau kondisinya masih memungkinkan ya kita pakai dan teruskan. Yang sekarang kita online kan," ujarnya.

Biasanya, lanjut dia, banjir yang kerap menggenang sekolah tersebut tidak berlangsung lama.

"Sebetulnya gini, 30 menit hujan pasti banjir begitu hujan reda langsung surut, jadi termasuk cepet. Kecuali yang 4 kelas tadi, kalau sudah tergenang ke kelas karena datarannya rendah sulit," tutur dia.

Saat ini, kata dia seluruh siswa-siswa SD GBI telah mengikuti kegiatan ujian dan hanya tinggal menunggu pembagian raport saja.

"Sekarang tinggal di bagi rapot, jadi aktifitas betul-betul sudah gak ada," kata dia.

https://bandung.kompas.com/read/2022/12/06/125603978/sekolah-di-gbi-bandung-kerap-terendam-banjir-orangtua-mau-sampai-kapan-anak

Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke