Salin Artikel

Mengenal Sisingaan, Tradisi Asal Subang: Sejarah, Bahan, dan Makna

KOMPAS.com - Sisingaan berasal dari Subang, Jawa Barat.

Sisingaan disebut juga Gotong Singa atau Odong-odong.

Sisingaan adalah kesenian yang dimainkan rakyat Subang saat melawan penjajah.

Kesenian ini sebagai simbol pelecehan terhadap penjajah bahwa rakyat Subang tidak takut melawan penjajah saat itu.

Saat ini, Sisingaan ditampilkan untuk acara-acara khusus, seperti menerima tamu kehormatan, acara khitanan anak, maupun acara-acara hari besar.

Sejarah Sisingaan

Subang merupakan daerah Jawa Barat yang kaya dengan sumber daya alam. Salah satu perusahaan yang terkenal pada masa kolonial adalah Pamanoekan en Tjiasemlanden (P&T Land).

Masyarakat Subang mulai diperkenalkan dengan lambang negara mereka, yaitu crown atau mahkota kerajaan.

Pada saat yang sama, Subang juga dikuasai Inggris yang juga  memperkenalkan lambang negaranya berupa singa.

Sehingga pada saat itu, secara administrasi subang dikuasai oleh dua pihak, Belanda menguasai politik dan Inggris menguasai ekonomi.

Hal tersebut membuat masyarakat Subang tertekan secara politik, ekonomi, sosial, dan budaya, sehingga memunculkan perlawanan terhadap penjajah Belanda dan Inggris.

Sikap tersebut diekspresikan secara terselubung melalui sindiran, perumpamaan, dan penokohan yang sesuai dengan keadaan mereka saat itu.

Salah satunya dengan membuat kesenian Sisingaan yang melambangkan rasa ketidakpuasan dan upaya pemberontakan terhadap kaum penjajah.

Penjajah beranggapan bawah Sisingaan hanya karya seni yang diciptakan secara sederhana dan spontanitas dengan maksud menghibur anak penduduk pribumi pada saat khitanan.

Bahan Sisingaan

Dari awal kemunculan hingga saat ini, Sisingaan adalah singa abrug.

Singa abrug adalah permainan Sisingaan yang dimainkan oleh pemain yang aktif kesana - kemari, kemudian patung singa yang dimainkan akan diadu.

Sisingan ini dibuat sangat sederhana. Bagian muka dan kepala singa dibuat dari kayu ringan, seperti kayu randu atau albasiah.

Rambut Sisingaan terbuat dari bunga atau daun kaso dan daun pinus. Kemudian, badan Sisingaan terbuat dari carangka (kerajinan anyaman bambu) yang ditutupi dengan karung goni.

Carangka juga dapat dibuat dari kayu yang masih utuh atau kayu gelondongan.

Sedangkan, usungan terbuat dari bambu yang dipukul oleh empat orang.

Pertunjukan Sisingaan

Pertunjukan Sisingaan dimulai dari tabuhan musik yang dinamis.

Penari pengusung Sisingaan akan mulai permainan dengan gerakan antara lain, pasang kuda-kuda, bangkaret, ancang-ancng, gugulingan, sepakan dua, langkah mundur, kael, mincid, ewag, jeblag, putar taktak, gendong singa, nanggeuy singa, angkat jungjung, ngolecer, lambang, pasagi tilu, melak cau, ninjak rancatan, dan kakapalan.

Sisingaan akan terus mengelilingi kampung, desa, atau jalan kota, sampai tiba pada tempat semula.

Pada perkembangannya, musik pengiring lebih dinamis dan melahirkan musik genjring bonyok dan juga tardug.

Pemain Sisingaan

Kesenian Sisingaan ini terdiri dari delapan orang pengusung, sepasang patung sisingaan, waditra (alat musik), nayaga (para penabuh gamelan), dan sinden atau juru kawih.

Masing-masing patung Sisingaan akan diusung oleh empat orang dengan satu penunggang.

Pemain Sisingaan memerlukan ketrampilan khusus karena permainan bersifat kolektif.

Tujuannya agar permainan dengan mengusung patung singa dapat selaras antara musik dan tari.

Masing-masing peserta dalam kesenian Sisingaan ini memiliki makna, seperti empat orang pengusung menggambarkan masyarakat pribumi yang ditindas penjajah.

Sepasang patung singa melambangkan dua penjajah (Belanda dan Inggris). Kemudian, penunggang Sisingaan melambangkan generasi muda yang mampu mengusir penjajah.

Nayaga melambangkan masyarakat yang gembira atau masyarakat Subang yang berjuang memotivasi generasi muda.

Makna Sisingaan

Kesenian Sisingaan ini memiliki makna untuk masyarakat Subang.

Secara sosial, masyarakan Subang mempercayaai bahwa jiwa kesenian sangat berperan dalam diri mereka.

Kesenian bermakna teatrikal. Kemudian, kehadiran Sisingaan ini dapat meningkatkan ekonomi masyarakat Subang.

Meskipun Subang dan Jawa Barat tidak memiliki habitat singa. Namun dengan konsep kerakyatan, patung singa dapat diterima sebagai seni tradisional, berupa Sisingaan.

Masyarakat Subang secara spiritual mempercayai bahwa tradisi Sisingaan sebagai wujud keselamatan atau syukur atas rezeki yang diberikan oleh Tuhan.

Sumber:

https://petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id/Repositorys/sisingaan/

https://direktoripariwisata.id/unit/1051

https://bandung.kompas.com/read/2022/12/07/070000478/mengenal-sisingaan-tradisi-asal-subang--sejarah-bahan-dan-makna

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke