Salin Artikel

Perobohan Cerobong Power Plant di Kabupaten Bandung Tanpa Izin Polisi, Akan Diselidiki

Tedi mengungkapkan, belum mencatat secara detail terkait rumah yang terdampak akibat reruntuhan cerobong power plan tersebut.

Hanya saja, ia menyebut ada 2 rukun tetangga (RT) yang lokasinya dekat dengan cerobong power plant tersebut.

"Dari power plant yang dirobohkan itu memang berdampak pada warga sekitar perusahaan tersebut, terkait jumlah saya belum mendata secara rinci, memang di sana ada 2 RT yang terdampak tapi tidak semua rumah rusak," katanya dihubungi, Rabu (7/12/2022).

Usai kejadian, warga yang merasa rumahnya terdampak mengajukan protes kepada pihak perusahaan.

Tedi menyebutkan, upaya mediasi telah dilakukan oleh pihak desa, antara warga dan  perusahaan tersebut.

Hasil dari mediasi itu, terjalin beberapa kesepakatan di antaranya perusahaan berjanji akan bertanggung jawab atas kejadian tersebut.

"Ya, terkait kejadian kemarin memang warga langsung mengajukan keberatan, terus mendatangi ke Desa dan oleh Desa di mediasi di panggil lah dari pihak perusahaan dan ngobrol di sana, kami juga memonitor pelaksanaan mediasi tersebut, alhamdulilah tidak terjadi apa-apa, terjadi kesepakatan dengan perusahaan dan perusahaan bersedia mengganti kerugian," ungkapnya.

Tedi menilai, terjadi kesalahan dalam proses perubuhan cerobong power plan tersebut.

Meski begitu, polisi belum mengantongi secara rinci kronologi atau proses teknis perubuhan cerobong power plant yang dilakukan PT Panasia.

Menurutnya, setiap proses merobohkan suatu bangunan tentunya memiliki teknis-teknis sendiri. Tedi berjanji akan memintai keterangan terkait hal itu.

"Kami melihat ini adalah suatu kesalahan yang dilakukan perusahaan, ke depan kami juga akan melihat sejauh mana prosedur. Kami juga akan memintai keterangan sampai sejauh mana prosedur yang dilakukan dalam melakukan kegiatan tersebut. Kami juga akan memintai informasi kaitannya bagaimana kronologis itu, kami juga belum mengetahui secara lengkap," tambahnya.


Tak hanya itu, pihak perusahaan, lanjut Tedi, tidak memberitahukan kepada polisi terkait agenda merubuhkan cerobong power plan tersebut.

"Yang pasti itu ada kesalahan sehingga mengakibatkan seperti itu, jujur kami juga tidak di kasih tahu, tidak ada sosialisasi akan adanya kegiatan tersebut, kalau soal prosedurnya saya juga tidak tahu harus seperti dan bagaimana. Tapi pastinya kalau mau merubuhkan bangunan seperti itu harus ada teknik-teknik tertentu yang harus dilalui pihak perusahaan," tuturnya.

Informasi yang diterimanya dari hasil mediasi, perusahaan tersebut sudah dijual, dan segala asetnya termasuk cerobong power plant tersebut sudah milik orang lain atau perusahaan lain.

"Kemarin tuh keburu malam, saat kita melakukan pengecekan dan kondisinya hujan, yang dilakukan pihak perusahaan, pihak desa dan Polsek juga mendampingi, saya juga belum sempat untuk bertanya lebih banyak, tapi ada informasi itu katanya perusahaan sudah dijual ke orang, tapi belum secara pasti saya harus cari tahu," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2022/12/07/154320878/perobohan-cerobong-power-plant-di-kabupaten-bandung-tanpa-izin-polisi-akan

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com