Salin Artikel

Mekarbuana, Desa di Puncak Karawang yang Bersolek Jadi Agro Ekowisata

KARAWANG, KOMPAS.com - Desa Mekarbuana bagai puncaknya Karawang. Desa yang letaknya paling atas di Pegunungan Sanggabuana.

Karenanya tak heran, ada belasan hingga puluhan destinasi wisata di Desa Mekarbuana, Kecamatan Tegalwaru. Mulai dari kuliner, wisata alam, hingga arena berkemah.

Letaknya sekitar 42 kilometer dari pusat Kota Karawang. Waktu tempuhnya sekira 1 jam 42 menit dengan medan berliku dan naik turun.

Kepala Desa Mekarbuana, Jaji Maryono menyebut, desanya mempunyai banyak potensi. Termasuk agro ekowisata.

Sebab di wilayah Desa Mekarbuana diketahui sebagai penghasil kopi, durian, manggis, alpukat, dan pisang. Perkebunan ketiganya banyak ditemui di wilayah itu

"Slogan kami desa agro ekowisata," kata Jaji saat tanya jawab dengan Wakil Menteri Pertanian RI Harvick Hasnul Qolbi dan Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana di Kantor Desa Baturaden, Kecamatan Batujaya, Karawang, Rabu (14/12/2022).

Jaji sengaja mengusung agro ekowisata, agar wisata di daerahnya tetap selaras dengan lingkungan.

Hanya saja, saat ini belum memungkinkan untuk wisata petik buah karena beberapa hal. Pihaknya baru bisa menjajakan buah yang dihasilkan daerahnya di sepanjang jalan menuju sejumlah destinasi wisata.

Jaji berharap desanya jadi desa wisata. Terlebih selain wisata alam dan agrowisata, wisata kuliner dan buatan juga banyak ditemui di desa itu.

Wisata alam andalan yakni Curug Cigentis, Curug Bandung, dan wisata sepanjang aliran Sungai Cigentis di Desa Mekarbuana yang berbatu. Kemudian ada wisata kuliner. Seperti Kedai Wakil Enim yang sunda pisan.

"Setiap tempat wisata kuliner punya khas terdiri," kata dia.

Pengunjung wisata di Mekarbuana tak hanya dari Karawang. Tetapi juga beberapa kota lain. Bahkan, 60 persen pengunjung ke desanya berasal dari Bekasi.

Hanya saja, perlu ada surat keputusan (SK) dari Bupati Karawang. Untuk menuju desa wisata itu, Desa Mekarbuana pun bersiap.

Namun ia mengakui pendampingan dan peningkatan kemampuan sumber daya manusia (SDM) untuk mengelola desa wisata.

"Alhamdulillah ada akademisi yang membimbing kami," kata dia.

Melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Desa Mekarbuana berencana membuat paket-paket wisata. Misalnya edukasi.

"Kami ingin desa punya pengahsilan sendiri, dan membuka peluang kerja bagi warga kami," kata dia.

Kopi

Di Desa Mekarbuana ada 413 hektar perkebunan kopi yang digarap 364 keluarga petani. Setiap tahun menghasilkan sekitar 110 hingga 130 ton kopi.

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Desa Mekarbuana juga punya produk kopi sendiri. Namanya Kosa, singkatan dari Kopi Sanggabuana. Sesuai namanya kopi tersebut ditanam di kaki Pegunungan Sanggabuana.

"Kami menghasilkan 200 hingga 300 bal kopi robusta atau sesuai pesanan. Kopi kami sudah masuk Bandung dan Bogor," kata Jaji.

Kopi Kosa tersendiri belum masuk ritel. Namun setiap bulan dikirim ke kantor-kantor atau organisasi yang telah menjadi langganan.

Hanya saja, karena pandemi Covid-19 membuat Kosa mengalami persoalan permodalan. Selain itu, pihaknya juga butuh pelatihan peningkatan kemampuan bagi para petani kopi dan barista yang direkrut BUMDes.

"Kami merekrut yang tadinya kerja di kota untuk kerja di BUMDes. Kerja di desa rezekinya kota," ujarnya.

Wakil Menteri Pertanian RI Harvick Hasnul Qolbi mengatakan, Pemerintah berkomitmen membuka peluang, mendukung, dan mempermudah masyarakat dalam hilirisasi produk pertanian.

Ia meminta pelaku usaha tani tak sungkan bertanya dan bekerjasama dengan Kementan RI.

Terlebih Kementan juga menggandeng BUMN bidang pertanian perihal pembinaan masyarakat tani atau yang mengolah produk pertanian.

Misalnya Holding Pupuk Indonesia melalui program makmur, yang dulunya bernama agrosolution.

Soal kopi sendiri, ia menyebut ada peluang ekspor ke Eropa, kecuali ke Inggris. Mengingat saat pandemi Covid-19 membuat produksi kopi di negara penghasil kopi melemah. Misalnya Brazil.

"Ini peluang bagi kita (Indonesia)," ungkap Harvick saat kunjungan kerja ke Desa Baturaden, Rabu (14/12/2022).

Namun Harvick mengakui jika masih perlu mengedukasi masyarakat perihal regulasi. Pemerintah, sambung dia, berupaya memberikan kemudahan ekspor agar regulasi tak berbelit.

Bupati Karawang Cellica Nurrchadiana magungkapkan, Pemkab Karawang tengah berupaya membantu para petani kopi. Salah satunya, berupaya agar petani kopi di Karawang menjadi pemasok pabrik kopi termuka di Indonesia.

Pabrik kopi itu, kata Cellica, waktu tempuhnya hanya sekitar 30 menit ke wilayah perkebunan kopi. Sehingga, menurut hitung-hitungannya perusahaan dapat memangkas ongkos logistik.

"Namun masih perlu pendampingan yang agar memenuhi kriteria untuk dibeli pabrik tersebut," ujar dia.

Soal pelatihan barista, Cellica meminta, petani kopi atau pihak desa berkomunikasi dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Karawang. Sebab dinas itu baru-baru ini menggelar pelatihan bagi ratusan barista.

"Soal permodalan kita tidak lagi memberikan bantuan berupa uang. Sebab yang sudah-sudah uangnya digunakan untuk hal lain, bukan untuk modal. Kita bisa memberi bantuan dalam bentuk barang. Misal perlu alat apa, kita bantu belikan barangnya," ungkap Cellica.

https://bandung.kompas.com/read/2022/12/17/071308878/mekarbuana-desa-di-puncak-karawang-yang-bersolek-jadi-agro-ekowisata

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke