Salin Artikel

Kerap Terendam Banjir, Candi Bojong Menje di Rancaekek Terancam Rusak

Genap 20 tahun sejak pertama kali ditemukan Agustus 2022 silam. Keberlangsungan Candi Bojong Menje seperti buah simalakama.

Sudah kondisinya tak terawat, kini Candi Bojong Menje pun sudah tiga hari terendam banjir luapan sungai Cimande.

Ahmad (62) penemu sekaligus pengelola Candi Bojong Menje mengatakan, wilayah tersebut memang sudah kerap terdampak banjir sejak 1975.

Namun, di titik tempat Candi Bojong Menje ditemukan dulunya merupakan dataran yang tinggi.

"Banjir di sini sudah dari tahun 1975, dulunya ini dataran tinggi, karena mungkin situs jadi posisinya tinggi," katanya ditemui di lokasi, Selasa (20/12/2022).

Pembangunan pabrik yang masif dan mengelilingi situs Candi Bojong Menje, disinyalir menjadi di salah satu penyebab titik Candi Bojong Menje kerap dilanda banjir.

Hal itu menyebabkan air luapan Sungai Cimande kerap menggenang Candi Bojong Menje.

"Lihat aja, coba perhatikan tanah pabrik itu sekarang posisinya lebih tinggi dibandingkan dengan ini (situs Candi Bojong Menje), otomatis ini rendah dan air jadi tertampung di sini," kata dia.

Selain itu, pembuangan air di dekat Candi Bojong Menje, ukurannya bertambah kecil dan terhalang oleh besi-besi penyangga sampah.

Setiap kali hujan dan banjir, Ahmad beserta anak dan cucunya kerap berupaya membenahi jalur pembuangan air agar banjir di Candi Bojong Menje cepat surut.

Tidak aneh, jika saat membersihkan jalur pembuangan air, sampah-sampah dari pelbagai jenis kerap Ahmad temui.

"Pembuangan air itu tertutup sama sampah, jadi air sulit keluar, dan akhirnya menggenang airnya. Banyak pisan (sekali) sampahnya, sampah rumah tangga, sampah plastik juga ada, kebanyakan sampah dapur yang sengaja di buang saja," terangnya.

Tidak hanya membersihkan sampah bekas banjir, Ahmad juga kerap membersihkan material sampah yang juga berserakan di jalan-jalan menuju Candi Bojong Menje.

"Jadi saya sama anak, dan cucu yang membersihkan sisa-sisa banjir. Dari mulai rumput sampai sampah yang ada di candi atau di jalan menuju candi saya yang bersihin," tuturnya.

Air baru bisa surut pada Senin pukul 05.00 WIB.

Ahmad membenarkan setiap kali hujan deras melanda wilayah tersebut, dipastikan Candi Bojong Menje akan tertutup luapan sungai Cimande.

Biasanya, jika banjir datang, ketinggian muka air hanya berkisar antara 70 sampai 80 sentimeter.

"Memang sering terkena banjir, tapi banjir paling parah itu baru kemarin, ketinggian hampir satu leher orang dewasa, kurang lebih 130 sampai 150 sentimeter," kata dia.

Tidak hanya meninggalkan sampah yang berserakan, saat air mulai surut, banjir juga kerap membawa endapan lumpur setinggi 5 sentimeter.

Menurutnya, banjir yang kerap membuat Candi Bojong Menje terendam merupakan luapan Sungai Cimande yang sebelumnya meluap ke permukiman warga.

Kemudian, air dari pemukiman warga tersebut terus maju dan akhirnya datang ke titik Candi Bojong Menje.

Dalam satu tahun, lanjut dia, Candi Bojong Menje bisa terendam tujuh sampai delapan kali.

"Banjir awalnya dari pemukiman warga, kemudian maju ke pembuangan, tapi pembuangannya kecil, jadi kalau airnya gede tetap saja meluap," ungkapnya.

Saat musim hujan atau hujan deras sedang turun, ia dan keluarganya kerap langsung datang ke lokasi candi untuk mengantisipasi agar banjir tidak berlangsung lama.

"Jadi saya kalau lagi di Candi, kemudian situasi lagi hujan besar, saya langsung terjun ke pembuangan untuk membersihkan pembuangan agar air sirkulasinya enggak parah ke candi," kata dia.


Khawatir kondisi batu candi rusak

Sebagai penemu sekaligus pengelola, rasa memiliki Ahmad dan keluarganya kepada Candi Bojong Menje tak perlu di ragukan lagi.

Selain kerap siaga agar banjir tak terlalu lama merendam Candi Bojong Menje, Ahmad juga khawatir terhadap kondisi bebatuan Candi Bojong Menje yang kerap terkena air.

"Kalau sering kena banjir bebatuan yang ada di candi gampang rusak. Padahal kalau merujuk pada intruksi harus bersih, terawat, jangan kebasahan, lembab, tapi kan ini di bawahnya (tanah) lembab," jelasnya.

Jika sudah penuh dengan lumpur yang dibawa oleh banjir, Ahmad hanya membersihkan bebatuan Candi Bojong Menje dengan membasuhnya menggunakan air bersih.

"Kalau ada bantuan pengennya pakai semprotan kaya cuci motor," ujarnya.

Ia berharap pemerintah segera turun tangan untuk menangani keberlangsungan dan keberlanjutan Situs Candi Bojong Menje.

"Kalau laporan mah setiap bulan juga saya sama anak bikin dan dilaporkan, tapi yang meninjau enggak ada, jangan bantuan gitu, untuk membuang air banjir pompa ada dua tapi sudah rusak," ujar dia.

"Pun dengan alat-alat penanggulangan banjir yang kerap melanda Candi Bojong Menje, kan kalau ada alat pembersih bebatuannya saya juga mudah," katanya.

Harapan besar Ahmad sejak 2002 tidak pernah berubah.

Ia masih terus berpegang pada instruksi Gubernur Jawa Barat yang meminta pembangunan pabrik di sekitar situs Candi Bojong Menje diberhentikan.

"Harapannya besar, bagaimana pemerintah memberikan perhatian untuk kelanjutan pembangunan Candi. Atas instruksi Gubernur beberapa pabrik harus berhenti beroperasi karena masih ada sebagian ornamen candi yang berada di wilayah pabrik. Akhirnya ada yang berhenti, tapi ada satu pabrik yang masih beroperasi gak tahu izinnya dari mana," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2022/12/20/124945478/kerap-terendam-banjir-candi-bojong-menje-di-rancaekek-terancam-rusak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke