Salin Artikel

Kaleidoskop 2022: Insiden Bom Bunuh Diri Bandung, Pelaku Mantan Napi Nusakambangan

BANDUNG, KOMPAS.com - Aksi bom bunuh diri di Mapolsek Astananyar, Bandung, Jawa Barat pada Rabu (7/12/2022) pukul 8.20 WIB, menjadi salah satu peristiwa yang paling banyak disorot sepanjang 2022.

Seorang pria yang mengacungkan senjata tajam memasuki area Mapolsek Astanaanyar dan menerobos barisan apel pagi. Tak lama setelah itu, bom yang akhirnya diketahui dibawa oleh Agus Sujatno alias Agus Muslim meledak dan menewaskannya.

Tak hanya itu, ada 10 korban akibat peristiwa ini, di antaranya delapan anggota polisi, seorang warga, dan pelaku. Nahas, satu anggota polisi gugur saat mengadang pelaku.

"Satu orang meninggal anggota dan pelaku juga meninggal. Delapan orang dalam perawatan," kata abid Humas Polda Jabar Kombes Pol Ibrahim Tompo.

Detik-detik kejadian

Kapolresta Bandung Kombes Aswin Sipayung menjelaskan, seorang pria dengan mengacungkan senjata tajam tiba-tiba memasuki Mapolsek Astanaanyar dan menerobos barisan apel.

Saat anggota kepolisian menghindar, bom yang dibawa pria itu pun meledak. Peleku bom bunuh diri langsung tewas di lobi Polsek Astanaanyar.

Di luar Mapolsek Astanaanyar yang berjarak 30 meter dari lokasi, seorang warga bernama Rahmat mendengar ledakan sangat keras saat sedang membuka tokonya.

Meski panik, Rahmat mengaku penasaran dan mendekati sumber suara ledakan tersebut. Namun tak lama kemudian, polisi mensterilkan lokasi dengan menutup Jalan Astanaanyar dan toko di sekitar kantor polisi.

Aipda Sofyan gugur saat adang pelaku

Disebutkan sebelumnya, ada seorang anggota polisi yang juga tewas dalam peristiwa bom bunuh diri ini. Dia adalah Aipda Sofyan.

Kepala Satuan Pembinaan Masyarakat (Kasat Binmas) Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Bandung AKBP Sutorih mengatakan, sebelum meninggal dunia, Aipda Sofyan mengadang pelaku.

"Saat itu apel pagi pintu gerbang ditutup. Pelaku memaksa masuk dan dihalangi Babinsa. Kebetulan saat itu almarhum yang menghalangi (pelaku) supaya tidak masuk," ujar Sutorih saat ditemui usai pemakaman jenazah almarhum Aipda Sofyan di pemakaman Sukahaji, Kota Bandung, Rabu sore.

Sutorih mengatakan, saat mengadang pelaku, almarhum Aipda Sofyan sempat bersitegang dan mendapat ancaman dari pelaku yang membawa senjata tajam.

Aipda Sofyan sempat mundur. Namun ledakan bom yang cukup dahsyat mengenai almarhum dan menewaskannya.

"Pelaku bawa senjata tajam, Aiptu Sofyan mundur dan saat (pelaku) didorong, langsung meledak karena bawa bom," ungkap Sutorih.

Karena gugur dalam menjalankan tugas, Aipda Sofyan dinyatakan naik pangkat menjadi Aiptu Anumerta.

Almarhum dianggap sebagai pahlawan yang melindungi para anggota polisi lain dari aksi bom bunuh diri tersebut.

Istri Aiptu Sofyan, Siti Sarah mengatakan kepada Wali Kota Bandung Yana Mulyana, suaminya berada di barisan paling belakang saat apel pagi karena berperawakan tinggi.

Sementara itu, Mustofa yang merupakan keluarga Aiptu Anumerta Softan mengatakan, almarhum adalah sosok paling bijaksana di keluarga. Semasa hidup, almarhum kerap menyelesaikan masalah dalam keluarga dengan bermusyawarah.

Terkait kondisi korban, Salman, kakak dari Aipda Sofyan mengatakan, terdapat luka di sekitar leher korban. Kuat dugaan luka tersebut yang membuat Aipda Anumerta Sofyan meninggal.

"Ada luka di leher, urat nadinya kena," ungkap Salman.

Aipda Sofyan sempat ditolong pedagang gorengan

Aipda Sofyan juga sempat ditolong oleh seorang ibu-ibu pedagang gorengan. Dua ibu-ibu itu berteriak minta tolong karena kondisi Aipda Sofyan yang berdarah dan luka parah di bagian leher.

Titin, pedagang yang pertama kali menolong Aipda Sofyan mengatakan, saat itu korban sudah berlumuran darah.

"Sayang hanya bisa berteriak teriak minta tolong. Pak Sofyan sudah muntah darah dan keluar darah juga dari hidung," ujarnya.

Suara ledakan terdengar sangat kuat, dan teriakan ibu-ibu itu didengar Agus Hermawan, pegawai Kelurahan Nyengseret yang berada tepat di sebelah Mapolsek Astanaanyar.

Dia keluar dari ruangan, melihat ibu-ibu itu sedang menggandeng seorang polisi, yaitu Aipda Sofyan yang sudah tak sadarkan diri.

Agus langsung mengambil motornya, segera membawa Aipda Sofyan ke Rumah Sakit Immanuel sambil terus membunyikan klakson.

"Almarhum hanya minta nyalakan terus klakson agar diberi jalan, pas sampai Rumah Sakit, beliau minta ke UGD pintu belakang biar cepat katanya," tutur Agus.

Saat Agus pulang, dia tidak menyangka bahwa Aipda Sofyan meninggal.

Ledakan kedua, dua jam kemudian

Pukul 10.45 WIB, suara ledakan kembali terdengar di Mapolsek Astanaanyar hingga radius 200 meter.

Ibrahim menuturkan, ledakan itu bersumber dari barang yang diduga peledak di Mapolsek Astanaanyar.

Menurutnya, ada benda yang dicurigai sebagai bahan peledak dan sudah dilakukan disposal dengan melakukan peledakan di lokasi.

"Jadi memang ada benda yang dicurigai bahan peledak juga, sudah dilakukan disposal dengan melakukan peledakan di sini. Terkait dengan bahan tersebut, itu dilakukan verifikasi lagi," kata Ibrahim di lokasi kejadian.

Dengan kata lain, di hari tersebut ada dua ledakan bom. Bom pertama yang dibawa pelaku Agus dan menewaskannya, bom kedua yang meledak dua jam kemudian.

Pelaku mantan napi bom Cicendo, terafiliasi dengan jaringan teroris JAD Bandung

Kapolri Jendral Listyo Sigit Prabowo mengungkap identitas pelaku bom bunuh diri di Polsek Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat adalah Agus Sujatno alias Agus Muslim.

Identitasnya terungkap berdasarkan hasil identifikasi sidik jari dan pencocokan wajah.

"Dari hasil pemeriksaan sidik jari dan kemudian kita lihat dari face recognition, identik menyebutkan bahwa identitas pelaku adalah Agus Sujatno yang biasa dikenal Agus Muslim," kata Listyo di lokasi kejadian, Rabu (7/12/2022).

Pelaku diketahui terafiliasi dengan jaringan teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bandung atau Jawa Barat.

"Namun demikian, yang bisa kami jelaskan bahwa pelaku terafiliasi dengan kelompok JAD Bandung atau Jabar," jelasnya.

Agus merupakan mantan narapidana kasus bom Cicendo, Jawa Barat, dan telah dihukum penjara selama empat tahun di Nusakambangan. Agus kemudian bebas pada September 2021.

Listyo mengatakan, Agus termasuk mantan napi yang sulit dilakukan deradikalisasi sehingga statusnya masih "merah".

"Yang bersangkutan ini sebelumnya ditahan di LP Nusakambangan. Artinya dalam tanda kutip masuk kelompok masih merah. Maka proses deradikalisasi perlu teknik dan taktik berbeda karena yang bersangkutan masih susah diajak bicara, cenderung menghindar, walaupun sudah melaksanakan aktivitas," ujar Listyo.

Pelaku gunakan bom panci rakitan berisi proyektil paku

Komandan Satbrimob Polda Jawa Barat, Kombes Pol Yuri Karsono mengatakan bom yang digunakan pelaku merupakan bom rakitan yang berisi proyektil paku.

"Jenis bom yang meledak adalah jenis bom rakitan, dirakit dalam bentuk panci, dan biasa rekan-rekan dengar dengan bom panci," ujarnya pada Kamis (8/12/2022).

Sementara itu, Karo Penmas Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Ahmad Ramadhan menjelaskan ledakan bom panci tersebut mengakibatkan sebagian kantor Polsek Astana Anyar mengalami kerusakan.

"Terkait dengan bom yang digunakan oleh pelaku adalah jenis bom panci. Daya ledaknya mengakibatkan sebagian bangunan kantor Polsek Astana Anyar mengalami kerusakan," terangnya.

Pelaku tukang parkir di Solo

Sebelum melakukan aksinya, Agus Sujatno merupakan seorang juru parkir di sebuah restoran yang tereletak di belakang Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah. Menurut rekan juru parkir di Solo, Agus terkenal pendiam.

Agus menjadi juru parkir di restoran tersebut sejak 2019. Dia tinggal bersama keluarganya di sebuah indekos di kawasan Siwal, Baki, Sukoharjo.

"Kalau pas tugas parkir biasanya dia pakai celana cingkrang karena saya sering lewat jadi tau juga. Punya jenggot tapi tipis, ga panjang. Pakainya rompi, tapi dibelakangnya ada bordiran tulisan juru parkir," tutur juru parkir berinisial ER.

Hal senada juga diungkapkan Ketua RT tempat indekos Agus di Siwal, Baki. Menurut Suparno, AS dan keluarganya tidak pernah berbaur atau tampak ikuti kegiatan kampung.

Banyak warga yang tidak mengenal AS sama sekali, termasuk dirinya yang tinggal tak lebih dari 100 meter dari kos AS.

Keluarga Agus sempat menolak untuk mengambil jenazah karena dianggap teroris.

Namun, setelah diberikan pemahaman dan dibujuk petugas, keluarga Agus pun akhirnya menerima.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Ahmad Naufal Dzulfaroh, Kontributor Bandung, Putra Prima Perdana, Kontributor Bandung, Agie Permadi | Editor: Sari Hardiyanto, Teuku Muhammad Valdy Arief, David Oliver Purba, Michael Hangga Wismabrata, Reni Susanti, Rachmawati, Maya Citra Rosa)

https://bandung.kompas.com/read/2022/12/21/060400778/kaleidoskop-2022-insiden-bom-bunuh-diri-bandung-pelaku-mantan-napi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke