Salin Artikel

Pesan Terakhir Mantan Asisten Panji Petualang Sebelum Tewas Dipatuk King Kobra: Tolong Beri Makan Musang Peliharaannya

KOMPAS.com - Mantan asisten Panji Petualang, Alprih Priyono (26), warga Gang Brawijaya IV, Kelurahan Sriwidari, Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi, Jawa Barat (Jabar), tewas usai digigit ular King Kobra pada Minggu (18/12/2022).

Saat kejadian, Alprih sedang menonton final Piala Dunia 2022 bersama teman-temannya di Gang Lipur, Kota Sukabumi, Jabar.

Ibu Kandung Alprih, Iroh (68), membenarkan soal peristiwa naas yang menimpa anaknya itu pada Minggu malam.

"Iya, kejadiannya pas malam Senin saat final Piala Dunia. Jadi saat Alprih itu menangani ular king kobra atau saat menangkapnya," kata Iroh, di rumahnya, dikutip dari TribunJabar.id, Rabu (21/12/2022).

Tinggalkan pesan terakhir

Sebelum meninggalkan rumahnya, Alprih sempat memberikan pesan kepada orangtuanya. Dia meminta kepada orangtuanya untuk memberi makan musang peliharaannya.

Iroh menjelaskan, Alprih khawatir musang peliharaannya kelaparan karena dia tak bisa segera pulang ke rumah.

"Saat itu, (Alprih) siangnya rebus ayam untuk dikasih ke hewan peliharaannya, musang. Dia berpesan sore itu sama bapaknya, dia akan berangkat dan nitip untuk memberi makan (musang peliharaannya), takutnya dia tidak pulang," ujar Iroh.

Iroh mengatakan, dalam tiga bulan terakhir, anaknya itu memiliki karakter yang berbeda dibanding sebelumnya.

Alprih, menurut Iroh, menjadi pribadi yang lebih mandiri dan rajin, termasuk dalam menjalankan ibadah.

Kronologi Alprih tewas dipatuk King Kobra

Teman dekat Alprih, Sidik Saefulrahman (30), menceritakan kronologi tewasnya Alprih akibat gigitan ular King Kobra.

Dia menjelaskan, kedatangan Alprih ke Gang Lipur selain untuk menonton final Piala Dunia 2022 juga untuk menghadiri acara komunitas pecinta musang.

"Datangnya Alprih ke Gang Lipur untuk acara Musang Lovers." ucap Sidik.

Akan tetapi, sebelum kejadian, Alprih bertemu dengan seorang remaja yang membawa King Kobra yang kemudian diberikan kepada Alprih.

"Kemudian ada yang datang menemui Alprih membawa ular dan diberikan dalam kantong kain warna merah," jelasnya.

Usai menerima pemberian remaja tersebut, Alprih yang tak membawa peralatan khusus, mengeluarkan ular yang ada di dalam kantong lalu memegangnya dengan tangan kanan.

"Tiba-tiba saat sorak terjadi gol kedua Argentina, ular langsung mematuk tangan bagian jari telunjuk," tutur Sidik.

"Ularnya itu kecil, ular King Kobra. Dipatuknya itu di bagian luka yang sebelumnya digigit oleh musang," ungkapnya.

Sempat dilarikan ke rumah sakit

Sidik menyampaikan, usai digigit ular, Alprih sempat dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Syamsudin untuk mendapat perawatan medis.

"Jadi saat itu pasca dipatuk, (Alprih) sempat muntah. kami pun panik dan langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan," ujarnya.

Sempat membaik saat dirawat di rumah sakit, kondisi Alprih kembali memburuk hingga akhirnya dia dinyatakan meninggal dunia pada Senin (19/12/2022) pukul 00.15 WIB.

https://bandung.kompas.com/read/2022/12/21/121026978/pesan-terakhir-mantan-asisten-panji-petualang-sebelum-tewas-dipatuk-king

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com