Salin Artikel

Harga Bahan Baku Naik Drastis, Perajin Bordir Tasikmalaya Menjerit dan Bertumbangan

TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Sebanyak 50 persen anggota Paguyuban Pengrajin Bordir Tasikmalaya bangkrut menyusul harga bahan baku berupa benang dan kain organdi yang melejit tinggi.

Deden Daris, salah seorang perajin bordir Tasikmalaya, mengatakan, di desanya, 80 persen perajin bordir sudah gulung tikar.

“Di kampung saya ini (Kampung Sindang), sebelumnya ada 100 unit mesin (total dari semua perajin bordir di Kampung Sindang). Sekarang tinggal ada 20 unit,” ungkap Deden, dikutip dari Tribunjabar, Selasa (3/1/2023).

Hal tersebut diakibatkan kenaikan harga bahan baku benang dan kain organdi. Saat harga bahan baku benang Rp 2.500 per gulung, harga beli bordiran kebaya di pasaran sekitar Rp 35.000 per buah.

Sedang belakangan ini, harga bahan baku benang telah naik sampai Rp 10.550 dan kain organdi yang sebelumnya Rp 5.000 juga naik sampai Rp 8.000 per meter.

Kenaikan itu tidak diikuti dengan harga bordiran kebaya. Harga bordir kebaya tetap bertahan di angka Rp 35.000, meski harga bahan baku benang telah naik lebih dari 300 persen dan kain organdi naik lebih dari 50 persen.

“Ya harga (bahan baku) benang sudah tidak sesuai lagi dengan biaya produksi dan ongkos (pekerja),” keluh Deden.

Karena itu, banyak pekerja di bengkel kerajinan bordir miliknya terpaksa diberhentikan. Ia lantas menunjukan kondisi bengkel bordirnya tersebut.

“Mesin (di bengkel bordir saya) semuanya ada 12 unit, sedangkan pekerjanya saat ini hanya 1 orang,” Deden meringis.

Menurutnya, 12 unit mesin bordir itu seharusnya dioperasikan oleh 6 orang.

Berangkat dari permasalahan tersebut, Deden bersama Paguyuban Pengrajin Bordir Tasikmalaya menemui Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Tasikmalaya pada Senin (26/12/2022).

Pertemuan tersebut membahas solusi atas permasalahan kenaikan harga bahan baku bordir, yang dinilai menjadi penyebab 50 persen anggota Paguyuban Pengrajin Bordir Tasikmalaya gulung tikar.

“Justru itu saya heran, makanya saya nanya sama anggota Dewan di DPRD dan Dinas Perdagangan dan Industri (Disperindag), kenaikan harga bahan baku benang dan kain organdi ini kok sampai jauh banget,” ucap Deden.

Pihaknya juga diketahui memohon supaya DPRD dan Disperindag untuk menelusuri penyebab kenaikan harga bahan baku benang dan kain organdi tersebut.

Pasalnya, semua perajin bordir di Kabupaten Tasikmalaya mendapat bahan baku benang dan kain organdi itu dari toko supplier yang berada di Kota Tasikmalaya.

Toko supplier itu satu-satunya penyedia bahan baku benang dan kain organdi di Kabupaten-Kota Tasikmalaya.

Mendapati kenaikan harga bahan baku yang dinilai Deden tidak wajar, dirinya beserta para perajin bordir mencoba untuk membelinya langsung ke Bandung.

“Tapi, kami beli benang dan kain organdi langsung ke Bandung tidak bisa. Penjual bahan baku yang di Bandung tidak mau menjualnya ke kami tanpa alasan. Menolak untuk kami beli. Malah sama toko yang di Bandung tersebut, kami tetap disuruh membeli bahan baku di toko supplier yang di Kota Tasikmalaya itu,” ungkap Deden.

Oleh karena itu, Deden berharap supaya pihak pemerintah memperhatikan permasalahan ini.

Ia juga memohon supaya harga bahan baku benang dan kain organdi untuk kerajinan bordir ini kembali seperti semula, mengingat selain banyak pekerja yang kini kehilangan pekerjaannya, juga perajin bordir yang kini sudah banyak berjatuhan dan gulung tikar.

“Bordir ini kan yang menjadi ikon Tasikmalaya. Bahkan, daerah saya ini (Kampung Sindang), mata pencahariannya dari bordir semua, ada tukang tempel, tukang solder, dan operator mesin, semua terpaksa berhenti bekerja dan jadi pada menganggur,” katanya.

Dalam pertemuan dengan dewan juga dibahas mengenai dugaan monopoli bahan baku bordir yang berimbas pada runtuhnya separuh pengusaha bordir di Kabupaten Tasikmalaya.

Yane Sriwigantini, anggota Komisi II DPRD Kabupaten Tasikmalaya, mengatakan, perajin bordir di Tasikmalaya tidak diberi ruang untuk membeli di tempat lainnya.

"Jadi solusinya sudah disampaikan, kalau ini akan difasilitasi dan dikoordinasikan bagaimana ke depannya supaya tidak ada hal-hal seperti ini,” kata Yanne.

Tambahnya, jika pihak Disperindag Kabupaten Tasikmalaya tidak bisa memberikan solusi terhadap kasus ini, Komisi II DPRD Tasikmalaya akan melakukan upaya nota komisi.

Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Pengrajin Bordir Tasikmalaya Menjerit, Harga Bahan Baku Melejit, 50 Persen Bangkrut

https://bandung.kompas.com/read/2023/01/03/120151878/harga-bahan-baku-naik-drastis-perajin-bordir-tasikmalaya-menjerit-dan

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com