Salin Artikel

Tampak Santai di Kantor Polisi, Perekam Celana Dalam Perempuan di Bandung: Awalnya Hobi Lalu Tak Bisa Berhenti

KOMPAS.com - Akbar Permana (51), pengintip dan perekam celana dalam perempuan di Bandung, Jawa Barat (Jabar), tampak santai saat dihadirkan dalam konferensi pers kasus yang menjeratnya.

Sebelumnya, Akbar yang merupakan warga Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jabar, ditangkap usai salah satu korbannya melaporkan tindakan Akbar kepada pihak kepolisian.

Dalam gelar perkara itu, Akbar mengaku menyesal telah melakukan perbuatan tersebut, namun penyesalan itu tak tampak dari wajahnya.

Bahkan, Akbar sempat membuat simbol "cinta" dengan cara menempelkan jempol dan jari telunjuknya saat di hadapan wartawan yang memotret serta merekamnya.

Ditantang teman

Akbar mengaku, awalnya dia tak pernah mengintip celana dalam perempuan yang mengenakan rok.

Dia mengatakan, mulanya yang dia lakukan hanya merekam wajah perempuan dengan kamera ponselnya, hingga kemudian temannya menantangnya untuk merekam celana dalam wanita.

"Dipojok-pojokin gitu, 'coba ke bawah berani gak?' Ada tantangan, ya waktu itu iseng campur deg-degan, dicoba," kata Akbar, dikutip dari TribunJabar.id, Sabtu (7/1/2023).

Akbar pun menerima tantangan tersebut. Dia kemudian melancarkan aksinya di warung saat pembeli berdesak-desakan.

"Saya coba ternyata berhasil dengan cepat," ujar Akbar.

Hobi dan konsumsi pribadi

Akbar menjelaskan, awalnya dia melakukan tindakan bejatnya itu atas dasar hobi, kemudian video hasil rekamannya disimpan untuk konsumsi pribadi.

"Pertamanya hobi, tidak ada niatan untuk dijual, tadinya hanya begitu saja, tidak berani malah," ucap Akbar.

Akan tetapi, temannya menyarankan agar Akbar menjual video tak senonoh tersebut kepada orang lain.

""Saya coba dan praktikkan, saya juga tidak tahu biayanya, jadi ya coba dijual Rp 50.000 dulu," ungkapnya.

Sejak saat itu, Akbar terus mengintip dan merekam celana dalam perempuan. Selama satu tahun menjalankan aksinya, Akbar meraup keuntungan mencapai Rp 100 juta dari video yang dia jual.

Dia pun mengaku tahu bahwa perbuatannya itu melanggar hukum, namun kebutuhan ekonomi membuatnya tak bisa berhenti.

"Terus dilakukan lantaran kebutuhan ekonomi," tutur Akbar.

Sering ketahuan

Menurut Akbar, tak jarang dia ketahuan saat mengintip dan merekam celana dalam korbannya.

Meski begitu, korbannya tak pernah memperpanjang masalah tersebut lantaran Akbar telah terbiasa menghadapi situasi tersebut.

Dia menerangkan, saat ketahuan korban, biasanya dia langsung meminta maaf dan berdalih mengambil barang jatuh.

"Ketahuan sering," ucapnya.

"Kalau ketahuan, dengan berpura-pura (mengambil barang jatuh)," pungkasnya.

Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul "Bikin Geram, Akbar Permana Penjual Video Rekaman Dalaman Rok Malah Bikin Tanda Love di Kantor Polisi"

https://bandung.kompas.com/read/2023/01/07/153553778/tampak-santai-di-kantor-polisi-perekam-celana-dalam-perempuan-di-bandung

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com