Salin Artikel

Kisah Maryam, TKW Indramayu yang Hilang 7 Tahun, Terjebak Sponsor Ilegal karena Iming-iming Uang Banyak

INDRAMAYU, KOMPAS.com - Maryam (45), Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Desa Krasak, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, berhasil ditemukan di media sosial Facebook. Keluarga sebut Maryam sempat menghilang dan tidak ada kabar selama tujuh tahun.

Penemuan kabar di media sosial Facebook berbentuk video berisi kondisi Maryam yang masih hidup membuat keluarga di Indramayu sangat bahagia.

Haya (34), keponakan Maryam, menerangkan, Maryam berangkat ke Uni Emirat Arab (UEA) sekitar tahun 2015. Maryam berangkat hanya izin kepada suaminya, Calasukma (47). Maryam tidak izin kepada Carini, yang merupakan kakak dari Calasukma, dan ibu Haya.

"Dulu bibi Maryam, hanya izin suaminya, bapak Cala. Tidak izin ibu saya, Carini. Padahal kalau ada apa-apa selalu ngomong dulu sama keluarga saya, kali ini tidak," kata Haya saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Senin (9/1/2023) pagi.

Haya kemudian bercerita bahwa Cala tidak bisa menghubungi Maryam. Begitupun sebaliknya, Maryam tidak pernah memberi kabar kepada Cala.

Setelah tidak ada kabar dari istrinya, Cala baru menceritakan semua proses keberangkatan Maryam kepada keluarga Carini, ibu Haya.

Kabar itu, sontak membuat keluarga bersedih, keluarga tidak mendapatkan kabar sedikitpun dari Maryam. Sebaliknya, mereka juga tidak bisa menghubungi Maryam.

Pihak sponsor, yang dihubungi, selalu mengatakan Maryam baik-baik saja, tanpa memberi izin keluarga bisa menghubungi langsung.

"2015 masih awal berangkat. Langsung nggak ada kabar, nggak ada telepon, nggak ada SMS. Kalau tanya ke sponsor, baik baik saja," kata Haya menambahkan cerita.

Haya mengungkapkan, keberangkatan Maryam menjadi pekerja migran karena desakan dan kebutuhan ekonomi keluarganya. Namun, Haya menduga faktor keberangkatan Maryam tanpa izin kepada keluarga Carini, adalah terjebak iming-iming sponsor.

Mereka menjanjikan uang banyak kepada Maryam dan Cala, sehingga terpengaruh berangkat ke UEA. Maryam juga dijanjikan akan mendapatkan upah perbulan dengan nilai tinggi, dan pulang membawa uang banyak.

"Diiming-imingi uang sekian juta kan seneng, ga mikir (jalur) ilegarlah, (jalur) resmilah, yang penting sudah lulus medikal, berangkat, nanti pulang ke kampung, bawa uang sekian juta, udah gitu aja," ungkap Haya kepada Kompas.com.

Setelah Maryam tak kunjung memberi kabar, Cala yang merupakan buruh tani, hanya bisa bersedih dan meminta pertolongan Carini dan Haya. Haya adalah keponakan Cala yang juga pernah menjadi pekerja migran beberapa tahun lalu.

Bersama Haya, Cala mengunjungi pemerintah untuk meminta pertolongan. Tak hanya itu, mereka juga ke paranormal untuk berusaha mencari tahu keberadaan Maryam. Karena bertahun-tahun, tanpa kejelasan, mereka menganggap Maryam telah tiada.

Namun, kabar yang mengejutkan tiba-tiba datang dari media sosial Facebook. Sebuah akun mengunggah video yang berisi Maryam bin Napsan, yang merupakan istri dari Cala.

Adalah Cica Silviana (23), anak satu-satunya Maryam dan Calasukma yang pertama kali menemukan video tersebut. Dia yang saat ini menjadi Pekerja Migran di Singapura langsung menghubungi Haya untuk melaporkan temuan tersebut kepada pemerintah.

"Cica langsung hubungi saya, dia kirim foto dan video itu, terus bilang, Alhamdulillah ibu sudah ketemu, tolong Yayu, cariin ibu, tolong urusin," kata Cica melalui Haya.

Sejak ditemukan, Haya bersama keluarga terus melaporkan pada pemerintah terkait Maryam. Mereka sangat memohon agar Maryam dapat segera dipulangkan ke Indonesia.

https://bandung.kompas.com/read/2023/01/09/095626978/kisah-maryam-tkw-indramayu-yang-hilang-7-tahun-terjebak-sponsor-ilegal

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com