Salin Artikel

Sensasi Berwisata di Nimo Highland Bandung Saat Gerimis dan Berkabut

BANDUNG, KOMPAS.com - Siapa bilang kondisi cuaca ekstrem bisa bikin kita malas untuk beraktivitas, terutama datang ke lokasi wisata? Di Nimo Highland yang berada di perkebunan teh Malabar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, cuaca ekstrem justru dimanfaatkan para pengunjung.

Lokasi wisata yang terkenal dengan Sky Bridge (jembatan langit) ini memiliki daya tarik sendiri ketika hujan gerimis dan turun kabut. 

Pantauan Kompas.com, jembatan sepanjang 300 meter yang melingkar di atas perkebunan teh tersebut masih tetap didatangi pengunjung, meskipun kondisi hujan kecil serta ditutupi kabut.

Padahal, kabut yang turun menutupi pemandangan yang ada di sekitarnya, seperti hamparan kebun teh, Gunung Nini, Gunung Putra, hingga Situ Cileunca.

Para pengunjung, terlihat menyusuri jembatan dengan menggunakan jas hujan berbahan plastik, dan beberapa menggunakan payung.

Meski begitu, ada pula yang tidak menggunakan jas hujan atau payung hanya untuk merasakan sensasi kabut dan cuaca dingin di Nimo Highland.

Tak hanya itu, sebagian pengunjung juga menikmati wahana yang lain serta menikmati hidangan yang ada di resto. Para wisatawan tersebut terlihat begitu menikmati santapan di tengah kabut yang likat.

Resty Dwiyanti (21) misalnya, pengunjung asal Jakarta yang sengaja datang ke Nimo Highland hanya untuk menikmati kabut dan cuaca dingin yang ada di Nimo Highland.

Ia mengatakan, kabut seperti saat ini, merupakan sesuatu yang dicari ketika berkunjung ke Nimo Highland.

Menurutnya, pemandangan Nimo Highland ketika berkabut, menjadi daya tarik tersendiri, terutama saat mengabadikan momen.

"Memang sengaja datang ke sini, untuk menikmati kabut dan dinginnya, jadi berbeda aja suasananya," kata dia ditemui, Minggu (8/1/2023).

Resty yang sudah 3 kali datang ke lokasi tersebut, merasa belum puas menikmati keindahan alam perkebunan Malabar di Pangalengan lewat jembatan di atas ketinggian.

Ia mengungkapkan, sejak pertama kali datang, dia menunggu momen kabut tersebut. Pasalnya, kata dia, saat kunjungan pertama dan kedua, situasinya berbeda.

"Waktu yang pertama dan kedua ke sini situasinya lagi cerah dan berbeda, sekarang bagus ada kabut, jadi buat di foto beda aja dari yang sebelumnya," tuturnya.

Pengunjung yang lain, Frida Prahmawati (24), warga Bekasi mengungkapkan, selain penasaran dengan jembatan kaca yang ada di Nimo Highland, dia juga penasaran dengan festival musik yang diselenggarakan pihak Nimo.

Frida mengaku baru pertama kali datang ke lokasi wisata itu, namun dia merasa beruntung lantaran bisa langsung menikmati kabut dan cuaca dingin.

"Asik banget, beruntung banget, katanya sih ini momen kabut ini berasa banget datang ke Nimo, kaya memang identitasnya di kabut ini," ujar dia.

Frida tak merasa khawatir dengan cuaca ekstrem yang sedang melanda wilayah Kecamatan Pangalengan termasuk Nimo Highland.

Menurutnya, selama ada imbauan dan rasa waspada dari para pengunjung, aktivitas berwisata masih bisa dilakukan.

"Gak begitu takut, soalnya sekarang pakai jas hujan, terus Nimo menyediakan payung juga jadi aman," ucap dia.

Selain menyaksikan konser musik serta menikmati pemandangan alam dengan kabutnya, ia mengaku ingin mengabadikan banyak momen di Nimo Highland.

"Ke sini ingin nonton konser musiknya, terus juga ingin menikmati pemandangan, tahu nya lagi turun kabut, kayanya memang harus banyak sih ngambil gambar," ungkapnya.

Manager Nimo Highland, Taufik  M Rafi mengatakan, cuaca ekstrem baik hujan, dingin, dan berkabut tidak menurunkan antusias pengunjung.

Ia mengungkapkan, penurunan pengunjung pasti ada, namun tidak mutlak sifatnya serta tidak memengaruhi di persentase.

Hingga beberapa hari di masa liburan sekolah, bahkan satu hari jelang masuk, pengunjung masih terus berdatangan.

"Kalau di sini penurunan ada, tapi memang tidak mutlak juga, kadang cuaca hujan deras pun masih berdatangan," beber Rafi.

Rafi menyebut, beberapa pengunjung sengaja menunggu momen kabut, cuaca dingin, dan hujan turun untuk sekadar mengambil gambar atau foto.

Menurutnya, kondisi seperti itu diakui para pengunjung sebagai salah satu kenikmatan berkunjung ke Nimo Highland.

"Betul, beberapa wisatawan yang kami survei langsung itu menyatakan memang tertarik dan ada minat khusus apabila ada kabut. Jadi kualitas foto pun lebih natural, atau sebagainya, dan itu menjadi ciri khas di kami," ucap dia.

Kendati cuaca sedang tidak bersahabat, pihaknya tetap memberikan imbauan tertentu agar para wisatawan tetap menjaga kewaspadaan.

"Imbauan-imbauan selalu ada, terkait area licin, karena kita semua outdoor, jadi pertama imbauan di area yang licin, dan dari sosial media kami juga diimbau bawa jas hujan, payung, dan lain sebagainya," tutur dia.

Selain itu pihaknya juga memberikan fasilitas berupa payung dan jas hujan plastik bagi pengunjung yang tetap akan menikmati pemandangan dari jembatan dalam kondisi cuaca hujan dan berkabut.

"Alhamdulillah antusias dari wisatawan semakin hari semakin banyak, meskipun cuaca tidak bersahabat, hujan, dan lain sebagainya, tapi kita ada beberapa persiapan dari penyedia jas hujan. Untuk memobilisasi wisatawan di area wisata yang sedang hujan," imbuhnya.

https://bandung.kompas.com/read/2023/01/09/105918478/sensasi-berwisata-di-nimo-highland-bandung-saat-gerimis-dan-berkabut

Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke