Salin Artikel

SBMI Indramayu Sebut Upah Tinggi dan Jalan Pintas Kerap Jadi Modus Jalur TKW Ilegal

INDRAMAYU, KOMPAS.com - Kasus Maryam, TKW asal Desa Krasak, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat yang hilang 7 tahun, menjadi perhatian.

Ketua Cabang Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Ahmad Jaenuri, siap melakukan pendampingan. Dia berharap, Maryam dapat segera dipulangkan dan dipenuhi seluruh haknya, sesuai keinginan keluarga.

Ahmad mengaku telah mendengar kabar Maryam pada Sabtu (7/1/2023).

Dia mendapatkan laporan secara lisan dari Haya (34) yang merupakan keponakan Maryam (45). Haya menceritakan kondisi Maryam yang hilang 7 tahun.

"Kami sudah dengar dan mendapat laporan dari keponakannya. Dia nelpon dan menceritakan soal Maryam yang hilang 7 tahun, tidak dibayar gajinya, dan minta dipulangkan," kata Jaenuri saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telpon, Senin (9/1/2023)

Jaenuri menyampaikan, Haya juga mengirimkan sejumlah video yang berisi gambar Maryam yang mohon bantuan dipulangkan ke Indonesia. Jaenuri menyatakan, SBMI Kabupaten Indramayu siap mendampingi kasus Maryam.

Namun hingga kini, Senin (9/1/2023), Haya dan keluarga Maryam lainnya belum memberikan surat aduan secara resmi kepada SBMI terkait permohonan pendampingan. Jaenuri masih menunggu kehadiran keluarga Maryam.

Jaenuri menyatakan, kasus tenaga kerja wanita (TKW) yang mengalami hilang kontak di wilayah Indramayu kerap kali terjadi. Sejumlah masalah lain yang juga sering terulang antara lain jalur pemberangkatan tidak prosedur, upah tak dibayarkan, penipuan, dan lainnya.

Sepanjang 2022, SBMI Kabupaten Indramayu mencatat 35 kasus yang menimpa TKW di daerah tersebut.

Terdiri dari 17 kasus tidak sesuai prosedur atau unprosedural, 2 kasus hilang kontak, 8 kasus penipuan, 1 kasus over charging, 2 kasus hilang kontak, 1 kasus sakit, 3 kasus gaji tak dibayar, dan 1 kasus ganti rugi.

Kasus tidak prosedur mendominasi dengan jumlah 17 kasus dalam satu tahun. Jalur tidak prosedur kerap kali terjadi karena sponsor dan juga calon pekerja migran memilih jalur pintas dengan tidak melengkapi berbagai berkas yang diwajibkan.

Di saat bersamaan, sponsor ilegal juga mengiming-imingi calon pekerja migran dengan uang banyak. Sehingga karena keterbatasan ekonomi dan mendesak, akhirnya pekerja migran berangkat dengan berkas, dokumen, dan syarat seadanya.

"Yang pertama, faktor ekonomi adalah faktor pendorong untuk jadi TKW. Kemudian, tidak lengkapnya dokumen dan berkas yang dimiliki sehingga akhirnya tidak sesuai prosedur atau jalan pintas," jelas Jaenuri.

Jaenuri bersama tim SBMI Kabupaten Indramayu juga terus berkoordinasi dengan SBMI pusat dan juga beberapa pihak terkait dalam penyelesaian kasus TKW bermasalah.

https://bandung.kompas.com/read/2023/01/09/143021878/sbmi-indramayu-sebut-upah-tinggi-dan-jalan-pintas-kerap-jadi-modus-jalur-tkw

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com