Salin Artikel

Kembali ke Sekolah Pascagempa, Siswa Cianjur Belajar di Tenda Darurat

CIANJUR, KOMPAS.com – Sejumlah sekolah di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menggelar kegiatan belajar mengajar (KBM) awal semester genap tahun ini dengan kondisi darurat.

Para siswa terpaksa belajar di tenda-tenda darurat karena bangunan sekolah mereka rusak diguncang gempa bumi beberapa waktu lalu.

Pantauan Kompas.com di SD Negeri Sukatani Cibeber, Cianjur, ratusan murid terpaksa belajar di tenda, dan sebagian di koridor kelas.

Satu tenda peleton didirikan di halaman sekolah dan tenda ukuran sedang dipancang di area parkiran.

Kepala SDN Sukatani Nurhayati mengatakan, tenda bantuan kementerian pendidikan dan BNPB diperuntukkan bagi pembelajaran murid kelas 1, 2, dan 6.

“Namun, nanti bergiliran dengan kelas lain, agar semuanya dapat kesempatan belajar di dalam kelas,” kata Nurhayati kepada Kompas.com, Senin (9/1/2023).

Disebutkan, situasi ini dikarenakan 6 ruang kelas rusak, dengan kondisi dinding miring dan retak, serta atap jebol sehingga tidak bisa dipakai untuk aktivitas belajar.

Tak hanya lokal kelas, kerusakan juga terjadi pada ruang guru, perpustakaan, dan musala.

“Kami tentu tak ingin membahayakan keselamatan siswa dan guru jika memaksakan KBM di dalam kelas. Kita harus pastikan mereka berada di lingkungan yang aman dan tetap terlindungi,” ujar dia.

Nurhayati mengemukakan, aktivitas belajar dengan kondisi seperti ini diprediksi sampai bangunan sekolah diperbaiki, dan situasi dirasa aman, atau tidak ada lagi gempa-gempa susulan.

“Perihal kondisi bangunan dampak gempa ini sudah kami laporkan, dan telah diasesmen. Namun, soal masuk kategori rusak apa, kami masih menunggu hasilnya,” kata Nurhayati.

Lebih lanjut dikatakan Nurhayati, dalam situasi darurat seperti saat ini, proses pembelajaran disesuaikan termasuk materi yang disampaikan.

Salah satunya sajian materi mitigasi bencana dan kegiatan pendampingan psikososial bagi peserta didik.

“Dengan harapan dapat menumbuhkan semangat belajar siswa, dan bisa mengurangi kecemasan-kecemasan mereka sebagai penyintas bencana," ujar Nurhayati.

Terpisah, Kepala Bidang Sekolah Dasar Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Cianjur Arifin mengatakan, hari pertama semester genap awal tahun ini, ratusan sekolah menggelar kegiatan belajar di tenda darurat.

“Untuk sekolah rusak berat, KBM dilaksanakan di sekolah darurat yang didirikan tak jauh dari lokasi sekolah. Untuk yang (rusak) sedang dan ringan, memanfaatkan ruang kelas yang masih layak, dan sebagian di tenda-tenda di lingkungan sekolah,” ujar Arifin saat dihubungi Kompas.com, Senin.

Arifin menyebutkan, proses pembangunan sekolah kategori rusak berat tengah dikerjakan pihak Kementerian PUPR.

“Ditargetkan 3 bulan ke depan sekolah-sekolah yang terdampak gempa ini sudah selesai diperbaiki semua,” ucap dia.

Menurut Arifin, melihat dampak kerusakan pada infrastruktur sekolah yang ada, dibutuhkan anggaran yang sangat besar untuk perbaikan.

“Bisa mencapai triliunan rupiah, apalagi pembangunan sekolah yang rusak berat nantinya memakai konstruksi bangunan tahan gempa,” ujar dia.

Selain itu, kekuatan gempa dengan magnitudo 5,6 itu tak hanya merusak fisik bangunan sekolah, namun juga menghancurkan sarana dan prasarana, seperti komputer, mebel, fasilitas perpustakaan, dan aset sekolah lainnya.

"Jumlah sekolah yang terdampak gempa ini, baik itu rusak berat, sedang, dan ringan, tercatat ada 701 bangunan sekolah," imbuhnya.

https://bandung.kompas.com/read/2023/01/09/145950978/kembali-ke-sekolah-pascagempa-siswa-cianjur-belajar-di-tenda-darurat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke