Salin Artikel

Pelajar Penyintas Tanah Bergerak di Sukabumi Terpaksa Belajar Dalam Sekolah Darurat

Peristiwa ini dialami para pelajar SD Negeri Suradita, Dusun Suradita, Desa Ciengang, Kecamatan Gegerbitung, Sukabumi, Jawa Barat. Sekolah darurat dibangun di atas lahan perkebunan

Para pelajar mayoritas penyintas bencana tanah bergerak Dusun Suradita yang mulai terjadi pada 1995 dan kembali semakin parah sejak 2019.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi Mohammad Solihin mengungkapkan bangunan sekolah yang lama rusak terdampak bencana gerakan tanah.

"Sekolah yang lama tidak memungkinkan lagi untuk kegiatan belajar mengajar," ungkap Solihin kepada Kompas.com di sela kunjungan ke Dusun Suradita, Senin petang.

Setelah dilihat-lihat baik bangunan luar dan dalamnya bangunan sekolah darurat memenuhi dalam kondisi kedaruratan.

"Jangan diukur kondisi normal ya, dalam kondisi darurat tentunya dapat memenuhi untuk layanan pembelajaran peserta didik," ujar dia.

"Saya salut terutama kepada masyarakat Dusun Suradita yang telah berinisiasi membangun sekolah darurat," sambung Solihin.

Dia mengatakan pembangunan sekolah darurat masih perlu dilengkapi dengan kantor dan ruang guru. Juga pelengkap lainnya seperti kamar mandi, musholla, dan penerangan listrik karena di dalam cukup gelap.

Juga di bagian dalam ruangan dindingnya perlu cat dan lantai tanah perlu diberi alas. Karena bila kemarau tentunya tanah berdebu, juga saat hujan dikhawatirkan air masuk.

"Kami akan berusaha mencarikan dana agar anak-anak menjadi nyaman. Kalau masyarakat sudah cukup," kata Solihin.


Untuk relokasi sekolah, Solihin menjelaskan tentunya harus mengikuti perpindahan masyarakat yang terdampak bencana gerakan tanah.

Namun hingga saat ini rencana relokasi masyarakat terdampak bencana masih dalam proses.

"Jadi tidak serta merta sekolah saja, harus mengikuti ke mana pindahnya masyarakat. Bila lahan relokasi berdekatan dengan SD tidak perlu lagi ada relokasi, cukup memindahkan anaknya saja," jelas dia.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala SD Negeri Suradita Edi Junaedi mengatakan proses kegiatan belajar mengajar di bangunan SD darurat dimulai Senin 9 Desember 2023 dengan jumlah siswa sebanyak 49 pelajar.

"Pembangunan sekolah darurat ini mendapatkan dukungan di antaranya dari masyarakat, anggota PGRI, dan donatur," kata Edi di Dusun Suradita.

Pantauan Kompas.com sekolah darurat dibangun dengan tiang-tiang utama dari bambu menggunakan atap terpal plastik beralaskan tanah. Sedangkan dindingnya memanfaatkan bilik anyaman bambu.

Luas bangunan sekolah darurat ini sekitar 12 x 8 meter yang di dalamnya terbagi menjadi 4 ruang. Antara ruangan menggunakan dinding terbuat bilik anyaman bambu dengan tinggi sekitar 2 meter.

Data siswa, kelas 1 sebanyak 8 orang, kelas 2 sebanyak 5 orang, kelas 3 sebanyak 8 orang, kelas 4 sebanyak 5 orang, kelas 5 sebanyak 9 orang, dan kelas 6 sebanyak 12 orang.

Sedangkan tenaga pengajar sebanyak 5 orang meliputi 1 guru berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS), 1 guru berstatus Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K), dan 3 tenaga honorer.

https://bandung.kompas.com/read/2023/01/09/212643178/pelajar-penyintas-tanah-bergerak-di-sukabumi-terpaksa-belajar-dalam-sekolah

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com