Salin Artikel

Kronologi Guru SMP di Purwakarta Dimintai Uang Damai Rp 50 Juta oleh Orangtua Siswa, Dedi Mulyadi Beri Pendampingan

KOMPAS.com - Yoyos, Guru perempuan di SMPN 4 Darangdan, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat (Jabar), diminta menyerahkan uang damai sebesar Rp 50 juta oleh orangtua salah satu siswa di sekolahnya.

Hal itu bermula ketika salah satu siswa melakukan perundungan atau mem-bully siswi disabilitas di sekolah tersebut.

Tak tahan lagi dengan bully-an yang kerap diterimanya, siswi itu pun menangis histeris di dalam kelasnya.

Setelah siswi itu diajak ke ruang guru, Yoyos selaku Guru Kesiswaan sekaligus Pembina Osis mencari siswa pelaku perundungan tersebut.

Usai ditemukan, siswa tersebut awalnya tidak mengakui perbuatannya tadi. Yoyos pun refleks memukulnya dengan gagang sapu.

Setelah dipukul, barulah siswa itu mengakui telah melakukan perundungan dan meminta maaf kepada siswi disabilitas tersebut.

“Ternyata bully kemarin itu (sudah dilakukan) terus-menerus, dan mungkin kemarin puncaknya, sampai R (siswi disabilitas korban bully) menangis menjerit, katanya tidak kuat sampai mau bunuh diri,” kata Yoyos, dikutip dari channel YouTube Kang Dedi Mulyadi, Jumat (13/1/2023).

Orangtua pelaku perundungan tak terima

Sehari setelah kejadian, Yoyos didatangi oleh orang yang mengaku sebagai orangtua siswa pelaku perundungan tersebut. Mereka mengaku tak terima anaknya dipukul oleh Yoyos.

Akan tetapi, setelah diselidiki, siswa tersebut selama ini tinggal bersama neneknya. Orangtua kandungnya telah bercerai, ibunya kini bekerja di Arab Saudi, sedangkan ayahnya telah menikah lagi.

“Ternyata yang punya inisiatif lapor ke polisi itu adik ipar bapaknya. Saya sudah di BAP satu kali, mediasi sudah dua kali,” ujar Yoyos kepada Anggota DPR RI, Dedi Mulyadi.

Diminta serahkan uang damai Rp 50 juta

Saat menjalani mediasi yang terakhir kali, Yoyos mengungkapkan, pihak keluarga diwakili oleh seseorang yang mengaku berprofesi sebagai wartawan.

“Saya tidak tahu wartawan dari mana. Beliau menginginkan uang yang menurut kami tidak masuk akal, minta Rp 50 juta. Saya tidak sanggup, hanya ada Rp 1,5 juta, dia tolak katanya terlalu jauh,” ungkapnya.

Akibatnya, Yoyos yang kini memiliki anak bayi mengaku stres lantaran kasus tersebut dan tuntutan menyerahkan uang damai sebesar Rp 50 juta.

"Stres, Pak. Sampai kemarin ASI seret,” ucap Yoyos kepada mantan Bupati Purwakarta tersebut.

Dedi Mulyadi siap beri pendampingan

Dedi Mulyadi mengaku, dia siap mendampingi Yoyos dalam menghadapi kasus yang menjeratnya itu.

Dedi menilai, orangtua siswa yang melakukan perundungan seharusnya tidak perlu marah, apalagi sampai lapor kepada pihak kepolisian.

Pasalnya, menurut Dedi, tindakan Yoyos itu bertujuan untuk mendidik, bukan sepenuhnya penganiayaan.

“Ibu (Yoyos) tenang saja karena yang dilakukan adalah unsur pendidikan bukan penganiayaan. Ibu tenang saja, saya dampingi sampai tuntas," janji Dedi.

"Saya yakin polisi tidak akan memproses lebih lanjut, karena dalam pandangan saya ini unsur pendidikan. Dan kedua anak ini saya pikir anak baik, hanya kurang perhatian,” imbuhnya.

Dia pun meminta Yoyos tak perlu memenuhi tuntutan keluarga siswa yang memintanya menyerahkan uang sebesar Rp 50 juta agar bisa berdamai.

“Ibu mengajar saja dengan baik, tidak usah berpikiran yang lain-lain. Ibu tidak perlu memenuhi yang Rp 50 juta, karena saya yakin aparat objektif,” tegasnya.

Temui siswa dan siswi yang terlibat

Selain menemui Yoyos, Dedi juga menyempatkan diri untuk menyemangati siswi korban perundungan.

“Semangat, tidak boleh terpengaruh bully-an yang kemarin. Neng cantik punya harapan, punya masa depan,” tutur Dedi.

Selain itu, Dedi juga bertemu dengan siswa pelaku bully. Dia menasihati agar tak mengulangi perbuatannya dan hidup saling menyayangi.

Dedi kemudian bertanya kepada siswa tersebut apakah dia mau memenjarakan Yoyos yang telah memukulnya.

"Tidak, Pak,” jawab siswa tersebut.

Dedi Mulyadi lantas mempertemukan kedua murid tersebut agar saling maaf-memaafkan dan saling menjaga satu sama lain.

“Hidup yang berat itu bukan minta maaf tapi yang berat itu memaafkan,” pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2023/01/13/155344778/kronologi-guru-smp-di-purwakarta-dimintai-uang-damai-rp-50-juta-oleh

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com