Salin Artikel

Penghina Jokowi Mengundurkan Diri, UNIBI Bandung: Tak Ada Intervensi, Termasuk dari Pejabat

KOMPAS.com - Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka menegaskan bahwa dia tak melakukan intervensi apa pun terkait keputusan Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia (Unibi) Bandung, Jawa Barat (Jabar).

Dia justru mengaku kasihan kepada DL, mengingat pelaku penghinaan terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu memiliki anak dan istri.

"Masa saya ingin agar orang lain dipecat, kan tidak, kasihan juga punya anak dan istri," kata Gibran, dikutip dari Kompas.tv, Selasa (17/1/2023).

"Pokoknya saya tidak tahu (soal pemecatan DL), jangan salahkan saya terus," imbuhnya.

Dia menilai, unggahan DL melalui akun Twitter @loegie, pada Kamis (12/1/2023), tidaklah ekstrem.

"Tidak ekstrem, apanya yang ekstrem? Kayaknya biasa saja, sudah biasa," ujar Gibran.

Gibran mengatakan, dia tak pernah meminta agar DL ditindak secara tegas usai komentarnya dianggap menghina Presiden Jokowi.

"Saya bicara santai, saya tidak bilang untuk menangkap (DL)," ucap Gibran, dikutip dari TribunSolo.com, Selasa (17/1/2023).

Gibran bahkan melalui akun Twitternya meminta bantuan netizen yang mengetahui atau memiliki nomor ponsel DL untuk menginformasikan kepadanya.

"Kalau ada yg tahu nomor hp-nya (DL), DM (Direct Message) saya ya," tulis Gibran, Senin (16/1/2023).

Pastikan tak ada intervensi

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Sumberdaya Unibi, Indarta Priyana memastikan, tak ada intervensi dari siapa pun soal pemberhentian DL tersebut.

"Unibi itu perguruan tinggi swasta, dikelola oleh yayasan yang mandiri, tidak terafiliasi ke partai politik dan organisasi apa pun," kata Indarta, dikutip dari TribunJabar.id, Selasa (17/1/2023).

"Ini institusi pendidikan. Kami bebas dari intervensi pejabat sekali pun. Kami itu di bawah Dikti, Kemendikbud Ristek," lanjutnya.

Dia menjelaskan, sebelum Gibran menanggapi cuitan DL di Twitter, Unibi Bandung telah bersikap terlebih dahulu terhadap kasus yang menjerat salah satu pegawainya itu.

"Kami tidak menyangka juga mendapat tanggapan Mas Gibran. Tanggapan itu sudah hari Minggu, kami itu bertindak sudah Jumat malam," ungkap Indarta.

"Jadi pada Jumat, saya menerima laporan itu antara jam 11-12 malam, yang bersangkutan saya hubungi, mungkin sudah tidur, tidak angkat (telepon)," jelasnya.

Oleh sebab itu, sekali lagi, Indarta membantah tuduhan yang menyebut Unibi mendapat intervensi dari pihak luar agar memberhentikan salah satu stafnya tersebut.

"Tidak ada siapa pun yang datang ke Unibi untuk mempengaruhi kami, karena saya yang memproses komunikasinya, sampai yang bersangkutan mengundurkan diri. Saya menyaksikan langsung dan saya tidak membuat sesuatu tekanan atau paksaan, tidak ada itu," terangnya.

Menurutnya, persoalan ini sudah selesai dan dia berharap tak perlu lagi ada yang mengaitkan persoalan tersebut dengan Unibi.

"Jadi, mestinya tidak perlu dikaitkan lagi Unibi dengan statemen Mas Gibran. Saya tidak tahu statemen sebagai pribadi atau wali kota, itu kan haknya beliau, tetapi Unibi itu perguruan tinggi yang tidak bisa diintervensi oleh siapa pun. Kan kita punya peraturan yang cukup jelas dan tegas," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2023/01/17/152053878/penghina-jokowi-mengundurkan-diri-unibi-bandung-tak-ada-intervensi-termasuk

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com