Salin Artikel

Kesaksian Tetangga Wowon, Sempat Cium Bau Menyengat Usai Sang Pembunuh Berantai Cianjur Buat Lubang di Pekarangan Rumah

KOMPAS.com - Empat jenazah korban pembunuhan berantai ditemukan di Kampung Babakan Mande, Desa Gunungsari, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Kamis (19/1/2023).

Para korban tersebut ditemukan di kediaman tersangka pembunuhan berantai Bekasi-Cianjur, Wowon Erawan alias Aki dan Solihin alias Dulah.

Seorang tetangga Wowon, Rosidah, mengatakan, satu bulan selepas Wowon membuat lubang di pekarangan rumah, dirinya mengaku sempat mencium bau menyengat. Namun, kala itu Rosidah mengiranya bangkai tikus.

"Ini bau apa, kok gini amat. Tapi waktu itu dikira ada tikus atau binatang yang mati, tidak terpikir bakal seperti ini," ujarnya, Jumat (20/1/2023).

Rosidah juga mengaku sempat memergoki Wowon yang sedang menggali pekarangan. Saat itu, Wowon berkilah bahwa lubang tersebut dipakai untuk septic tank.

"Waktu itu saya tanya buat apa, katanya untuk septic tank. Kalau enggak salah itu sekitar tiga bulanan yang lalu," ucapnya.

Wowon, terang Rosidah, membuat lubang itu lebih dari sehari. Wowon mengerjakannya setiap pagi menjelang siang.

Perempuan 62 tahun ini mengetahui saat-saat Wowon menggali pekarangan. Pasalnya, lokasi lubang tersebut berada di jalan yang biasa dilaluinya untuk belanja ke warung.

"Lubang itu sempat ditutupi kandang ayam, tapi kandangnya tidak ada lagi," ungkapnya.

Waktu itu, Rosidah mengaku tidak curiga dengan apa yang dikerjakan Wowon.

Seperti Rosidah, Ketua RT 001 RW 002 Sunaryo juga mengaku tidak mencurigai Wowon.

"Kaget juga, tidak menyangka ada kejadian seperti ini karena selama ini tidak ada gelagat yang mencurigakan," tuturnya.

Dia mengaku mengenal baik tersangka, meski jarang bertemu dan berinteraksi. Sepengetahuannya, Wowon bekerja di pabrik beras.

"Sebulan itu paling dua hari di sini, pulang kampung, bergaul juga, makanya warga tidak menyangka saja dengan kejadian ini," jelasnya.

Terkait lubang kubur jenazah pembunuhan berantai, Sunaryo menuturkan bahwa lubang tersebut berbentuk kotak dengan diameter 50 cm dan kedalaman dua meter.

Soal pembunuhan berantai di Cianjur, Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Metro Jaya Irjen Fadil Imran menerangkan, terdapat empat korban yang ditemukan di kediaman Wowon dan Solihin.

Keempat korban tersebut dikubur dalam tiga lubang.

Pada saat ditemukan oleh polisi, jasad korban sudah menjadi kerangka.

Kerangka anak kecil, diduga berinisial B (2), ditemukan di lubang pertama. Di lubang kedua terdapat dua korban, diduga atas nama Noneng dan Wiwid. Adapun lubang ketiga berisi kerangka korban yang diduga bernama Farida.

Fadil menerangkan, para korban ada yang meninggal lebih dari dua tahun dan ada yang baru dua bulan.

Jika digabung dengan kasus pembunuhan di Kota Bekasi dan Garut, sejauh ini terdapat sembilan korban pembunuhan berantai yang dilakukan Wowon dan kawan-kawan.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Cianjur, Firman Taufiqurrahman | Editor: David Oliver Purba, Abdul Haris Maulana)

https://bandung.kompas.com/read/2023/01/21/085000078/kesaksian-tetangga-wowon-sempat-cium-bau-menyengat-usai-sang-pembunuh

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com