Salin Artikel

Halimah dan Ai Maimunah, Korban Pembunuhan Berantai, Ternyata Ibu dan Anak, Keduanya Pernah Jadi Istri Wowon

KOMPAS.com - Wowon Erawan alias Aki merupakan tersangka kasus pembunuhan berantai Bekasi-Cianjur. Ada sembilan orang yang dibunuh oleh Wowon dan komplotannya.

Dari sembilan korban pembunuhan berantai tersebut, dua di antaranya adalah Iim Halimah dan Ai Maimunah yang merupakan ibu dan anak. Keduanya ternyata pernah menjadi istri Wowon.

Halimah merupakan istri kelima Wowon. Sedangkan, Ai Maimunah menjadi istri keenam Wowon.

"Ketika Halimah meninggal, dia (Wowon) menikahi anaknya, yaitu Ai Maimunah," ujar Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko di Jakarta, Jumat (20/1/2023), dilansir dari pemberitaan Kompas.com.

Halimah meninggal pada 2016 lalu. Dia diduga dibunuh oleh Solihin alias Duloh yang merupakan komplotan Wowon.

Akan tetapi, terang Trunoyudo, belum diketahui secara pasti kapan dan bagaimana cara Duloh membunuh Halimah. Kini, penyidik masih mendalami motif Duloh menghabisi nyawa istri Wowon tersebut.

Trunoyudo mengatakan, berdasarkan keterangan penyidik, pembunuhan itu dilakukan tanpa sepengetahuan Wowon.

"Wowon awalnya enggak tahu kalau Halimah meninggal dibunuh Duloh, dia (Wowon) tahunya sakit," ucapnya.

Jenazah Halimah dimakamkan di TPU Islam Kampung Saar Mutiara, RT 003 RW 007, Desa Karangtanjung, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat (Jabar).

Dikutip dari Tribun Jabar, adik kandung Halimah, Misbah, menuturkan, sebelum kematian Halimah, ia dan keluarga di KBB sempat mendapat kabar bahwa Halimah sakit di Cianjur.

Keluarga lantas menjenguk Halimah di kediamannya di Kampung Cisela, Desa Karyamukti, Kecamatan Cempaka, Cianjur. Sewaktu menjenguk, keluarga mendapati kondisi Halimah memprihatinkan, salah satunya ialah perutnya membesar.

Selang beberapa waktu, keluarga mendengar bahwa Halimah meninggal.


Menurut Misbah, dirinya sempat merasa janggal dengan kematian Halimah. Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, kondisi kesehatan kakaknya sama sekali tidak bermasalah walaupun perutnya membesar.

"Hasil pemeriksaan perut dan matanya bagus, saya juga sempat nanya kok bisa gini. Jadi, awalnya hanya disangka tumor, tapi kata dokter ini aneh," ungkapnya di KBB, Sabtu (21/1/2023).

Misbah menceritakan, sewaktu menjenguk Halimah, kakaknya tersebut sempat curhat dan menanyakan soal keberadaan Wowon. Menurut pengakuan Halimah, selama dirinya sakit, Wowon tidak pernah muncul atau menjenguknya.

"Bahkan pas kakak saya meninggal juga, Wowon tidak ada, jadi saya bawa pulang ke sini pakai mobil desa, tapi awalnya saya tidak tahu (Halimah) meninggal seperti ini (dibunuh)," tuturnya.

Setelah tersiar kabar tentang pembunuhan berantai Bekasi, yang mana salah satu korbannya adalah Ai Maimunah, keluarga lantas menduga bahwa Halimah meninggal akibat dibunuh.

"Saya tahunya pas anak kakak saya meninggal karena pembunuhan berantai, diracun di Bekasi, ternyata mamahnya juga (Halimah) berkaitan (dibunuh)," terangnya.

Sementara itu, Ai Maimunah bersama Ridwan Abdul Muiz (23) dan Muhammad Riswandi (17), yang merupakan anak dari pernikahannya dengan pria bernama Didin, tewas usai meminum kopi beracun yang disiapkan M Dede Solehudin, komplotan Wowon lainnya.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Tria Sutrisna | Editor: Ihsanuddin, Nursita Sari)

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Keluarga Ceritakan Saat Halimah Tewas Diduga Korban Wowon Cs di Cianjur, Perutnya Besar Matanya Aneh

https://bandung.kompas.com/read/2023/01/22/081439678/halimah-dan-ai-maimunah-korban-pembunuhan-berantai-ternyata-ibu-dan-anak

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com