Salin Artikel

Wowon Cs Pelaku Pembunuhan Berantai Pernah Ancam Habisi Tujuh Turunan Keluarga Yani

KOMPAS.com - Misteri pembunuhan berantai dengan pelaku Wowon Erawan alias Aki, Solihin alias Duloh, dan Dede Solehudin, sedikit demi sedikit semakin terkuak.

Selain ketiga pelaku tersebut telah berhasil diringkus polisi, sejumlah pihak pun mulai memberikan keterangan perihal kejahatan Wowon Cs selama ini.

Ahal Suparman (71), Ayah dari Yani (35) dan Ai Maemunah (40), menceritakan ulang kisah yang disampaikan Yani kepadanya soal perilaku mantan suaminya yang sekaligus salah satu pelaku pembunuhan berantai, Dede Solehudin.

Yani merupakan adik dari Ai Maemunah, korban yang meninggal dunia akibat diracuni oleh Wowon Cs.

Tak jauh berbeda dengan kakaknya, Yani pun pernah dua kali hendak dibunuh oleh Wowon, Solihin, dan Dede, namun dia selalu berhasil meloloskan diri.

Pertama, Yani pernah akan ditenggelamkan di laut saat sedang dalam perjalanan menggunakan kapal, kemudian diracuni ketika masih di Cianjur, Jawa Barat (Jabar).

"Yani sering mendapatkan ancaman dan percobaan pembunuhan, (hal itu diketahui) setelah saya mendapatkan telepon langsung dari dia (Yani) usai kejadian (pemberitaan soal) Wowon ramai di media massa," kata Sahal, di Cianjur, dikutip dari TribunJabar.id, Senin (23/1/2023).

Pergi bekerja ke Arab Saudi

Kerap mendapat ancaman pembunuhan dari Wowon Cs, dia pun memutuskan untuk pergi dari Cianjur.

Saat ini, Yani tengah bekerja di Arab Saudi sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI) sejak empat tahun lalu.

Cerai dengan Dede

Ahal mengatakan, dia pernah menasihati Dede karena kesal mengetahui uang hasil kerja anaknya di Arab Saudi habis begitu saja.

"Saya sebagai Ayahnya (Yani) sangat kesal, karena selama Yani kerja di luar negeri uangnya selalu dikirim ke Dede, tapi tidak ada hasilnya," ujar Ahal.

"Tidak lama setelah itu, Yani telepon, dan memberi kabar bahwa Dede sudah mengeluarkan talak," imbuhnya.

Ternyata, menurut Ahal, selama ini uang hasil kerja Yani di Arab Saudi diserahkan kepada Wowon oleh Dede.

Ancam bunuh tujuh turunan

Menurut cerita Yani, Ahal melanjutkan, Wowon Cs juga pernah mengancam akan membunuh keluarganya hingga tujuh turunan.

"Yani sempat cerita, Wowon dan Dede Solehudin (mengancam) akan membunuh keluarga saya hingga keturunan ke tujuh," tandasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2023/01/23/161454678/wowon-cs-pelaku-pembunuhan-berantai-pernah-ancam-habisi-tujuh-turunan

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com