Salin Artikel

Sebulan Tak Diangkut, Sampah di Pasar Baleendah Menggunung, Pedagang dan Masyarakat Mengeluh Terganggu

Akibatnya, tumpukan sampah tersebut menggunung dan hampir menutupi TPS Pasar Baleendah itu sendiri, terlebih hal itu dikeluhkan oleh para pedagang di pasar.

Pasalnya, aktivitas jual-beli yang terjadi di Pasar Baleendah pun terganggu akibat bau busuk yang menyengat.

Pantauan Kompas.com pada Selasa (24/1/2022) 13.00 WIB tumpukan sampah di TPS tersebut sudah menggunung setinggi 5 meter dan memanjang 15 meter.

Gunung sampah tersebut hampir memakan setengah dari jalan masuk menuju Pasar Baleendah.

Sampah-sampah itu didominasi sampah sayuran, buah-buahan, keranjang, karung, hingga sampah rumah tangga.

Aroma tak sedap dari gunungan sampah itu bahkan dapat tercium sampai radius kurang lebih 50 meter.

Bau menyengat tersebut tetap tercium meskipun pengunjung dan pedagang memakai masker.

Pedagang terganggu bau menyengat

Imron Fatah (44) salah seorang pedagang ayam potong mengaku omset perharinya turun, karena pembeli mulai berkurang, lantaran terganggu dengan bau busuk sampah.

Imron mengatakan bau yang menyengat itu sangat menganggu aktivitas jual beli setiap harinya.

"Pembeli berkurang, biasanya kalau saya nyediain 30 ekor ayam potong kadang sisa 4 ekor ayam potong, sekarang kadang 10 atau 15 ekor yang tersisa," katanya ditemui di Pasar Baleendah.

Hal itu, kata Imron, menyebabkan sampah yang menggunung mengeluarkan air yang beraroma tak sedap.

"Air dari sampah ke jalan, terus bau juga, kondisi ini nambah parah aja," jelasnya.

Sementara itu, pedagang bernama Rahmat Safe'i (40) terpaksa terus berdagang meskipun terganggu dengan bau tidak sedap.

Bahkan, ia mengeluhkan para pembeli terlihat jarang menghampiri kiosnya. Rata-rata pembeli, kata Rahmat, lebih memilih berbelanja di bagian tengah area pasar.

"Jelas terganggu, pembeli gak mau beli karena bau terus sama bau tak sedapnya juga menyengat," jelas dia.

Sampah pasar, warga dan sampah liar

Ano (53) salah seorang warga kerap mencari nafkah dari tumpukan sampah di Pasar Baleendah mengatakan, di pasar Baleendah tumpukan sampah bukan hanya di lokasi TPS itu saja.

Namun, ada pula tumpukan sampah di lokasi yang lain. Ano menyebut ada tiga titik penumpukan sampah di Pasar Baleendah.

"Sudah tiga minggu lebih belum diangkut, ini sampah yang tinggi punya pasar, kalau yang berceceran itu yang warga," kata Ano.

Sampah milik warga sekitaran Pasar Baleendah, kata dia, tetap diangkut dan tak ada kendala.

Hanya saja, mobil pengangkut sampah warga baru bisa datang setelah dua hari setelah mengangkut sampah.

"Kalau yang warga mah ngalir terus, jadi sehari diangkut dua hari mobil nginep di sana," kata Ano.

Ia mengungkapkan baik pengelola sampah pasar, warga, hingga pemulung kerap kebingungan mengantisipasi masyarakat luar Pasar Baleendah yang kerap membuang sampah di TPS itu

Sampah-sampah liar yang disebabkan oleh warga yang membuang sampah secara spontan kerap ditemui berserakan di pinggir jalan menuju Pasar Baleendah.

"Ini yang kerja aja udah bingung, apalagi sekarang banyak yang membuang liar, kalau malam. Di belokan, di jalan-jalan, karena warga resah banyak yang buang sampah sembarangan akhirnya diangkut saja ke TPS yang warga," terangnya.


Satu bulan tak diangkut

Selain itu Kepala Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Pasar Baleendah, Ginanjar membenarkan jika sampah di Pasar Baleendah sudah selama satu bulan belum diangkut.

Ginanjar mengatakan, saat ini pengangkutan sampah di Pasar Baleendah  berlangsung selama dua hari sekali.

"Kebetulan sudah satu bulan mobil pengangkut juga ada yang rusak dan lagi dibetulin," ungkapnya.

Selain itu, ia mengatakan di TPA Sarimukti pun dengan mengalami gangguan, sehingga sampah di beberapa titik tidak bisa di angkut dan di buang ke TPA.

"Barusan saya ke Dinas Lingkungan hidup kebetulan ada masalah di TPA nya. Terus kebetulan kemaren ada musibah truknya terguling di TPA," kata dia.

Ia mengaku laporan dari Dinas terkait menyebut bahwa kerap terjadi antrean panjang di TPA Sarimukti.

https://bandung.kompas.com/read/2023/01/24/153154878/sebulan-tak-diangkut-sampah-di-pasar-baleendah-menggunung-pedagang-dan

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com