Salin Artikel

Bank Sampah Bebep di Gang Situsaeur Timur, Bantu Tangani Persoalan Sampah Kota Bandung

BANDUNG, KOMPAS.com - Aura semangat terpancar di wajah warga Gang Situsaeur Timur, saat mengantre di depan sebuah pintu kecil, tepat di depan Gang Situsaeur.

Pagi itu, masing-masing warga memegang kantong plastik, atau karung yang berisi sampah. Mereka tak sabar menunggu kehadiran tim pengelola bank sampah Bebeb yang berlokasi di Gang Situsaeur Timur 9 RT 07 RW 01, Kelurahan Situsaeur Kecamatan Bojongloa Kidul Kota Bandung, Jawa Barat.

Mimin Tuti (65) warga RT 07 mengatakan, sudah dua tahun bank sampah Bebeb beroperasi, sejak 2020. Selama rentang waktu itu pula sebagian besar warga RW 01 mulai mengumpulkan sampah dan di tampung di Bank Sampah Bebeb.

Adanya bank sampah Bebeb membuat kesadaran warga akan sampah meningkat hingga akhirnya membantu mengurangi persoalan sampah di wilayah tersebut.

"Alhamdulilah, warga udah biasa kayak gini sekarang, kurang lebih 2 atau 3 kali warga sudah mulai menabung di sini," katanya saat ditemui Kompas.com, Rabu (25/1/2023).

Mimin yang ditemani anaknya mengaku kerap mengumpulkan sampah kertas bekas cucunya sekolah dan botol plastik minuman kemasan. Menurutnya, sampah yang diproduksi di sekitaran rumahnya cukup banyak dan saat ini bisa menghasilkan.

Kini ia tak perlu repot-repot berkeliling mencari sampah untuk ditabung. Pasalnya, cucunya kerap membawa sampah yang bisa didaur ulang setiap pulang sekolah.

"Karena ini nabung, artinya menghasilkan, makanya saya gak repot karena depan rumah atau di dalam rumah juga banyak sampah kaya kertas dan plastik botol gitu," terangnya.

Dia sebenarnya ingin membantu pengelola bank sampah untuk sekadar mensosialisasikan program tersebut ke warga lain. Sayang, keterbatasan fisik membuatnya hanya bisa menjadi nasabah. Meski pun begitu, Mimin tetap mendukung program tersebut.

"Kalau Ibu masih muda, pengen banget bantu anak-anak yang jadi pengelola Bank Sampah itu, ikut sosialisasi tapi sekarang mah udah gak muda lagi, paling gini jadi nasabah aja," tuturnya.

Awal mula bank sampah Bebeb

Meski namanya cukup nyeleneh, nama Bebeb sebenarnya mengandung filosofi untuk memotivasi pengurangan sampah.

Nenah Herlina (54), anggota tim pengelolan bank sampah Bebeb mengungkapkan, Bebeb merupakan singkatan dari Buru-Buru Milah Sampah, Beberes, Bebenah, Babanda. Dalam bahasa Indonesia artinya cepat-cepat memilih sampah, beres-beres, merapikan, dan menabung.

Nama Bebeb, kata Nenah, kaya kaitannya dengan program bank sampah tersebut.

"Jadi di rumah itu kita bersih-bersih, mana yang kepakai dan tidak. Kemudian (sampah) yang tidak terpakai kita tabung, kan berarti babanda itu bahasa Indonesianya nabung," jelasnya.

Sebetulnya, lanjut Nenah, warga Gang Situsaeur Timut sudah terbiasa dengan program bank sampah.

Sebelum berdiri bank sampah Bebeb tahun 2020, warga lebih dulu pernah mengaktifkan bank sampah di lokasi yang sama. Bank Sampah yang tak diberi nama itu, hanya bertahan dari tahun 2016-2017.

Mengurangi sampah lingkungan

Selain mendukung program Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung dan Lurah Situsaeur, bank sampah Bebeb penting dibangun di lingkungan Gang Situsaeur Timur.

Pasalnya, jauh sebelum dicanangkan program bank sampah, lingkungan Gang Situsaeur masih belum terawat dengan baik. Tak sedikit sampah berceceran di sepanjang jalan menuju Gang Situsaeur.

"Dulu sih warga itu mengandalkan tukang sampah aja, tapi sekarang setalah kita upayakan sosialisasi Bank Sampah," ujar Nenah.

Kini, warga mulai sadar bahwa sampah bisa menghasilkan meskipun nominalnya kecil.

"Alhamdulilah sebagian warga sudah tahu, bahwa dari sampah ini bisa membawa berkah. Nah dari situ kita terus tingkatkan sampai pada akhirnya warga sekitar sini sadar dari sampah bisa bikin sesuatu bisa ada tabungan," tuturnya.

Nasabah bank sampah Bebeb saat ini mencapai 76 orang. Meski hanya 10 persen dari jumlah warga di RW 01, namun Nenah mengaku cukup bersyukur dengan kesadaran yang sudah terbangun.

Target pengelola bank sampah Bebep, seluruh warga RW 01 bisa menabung di Bank Sampah.

"Kita pengen semuanya, istilahnya dari RT 01 sampai RT 07 semua kita rangkul, jadi para kader ini terus sosialisasi saat penimbangan, dan waktu posyandu, atau pengajian," ungkapnya.

Tak hanya itu, bank sampah Bebep juga sudah mulai menarik warga dari kelurahan lain untuk menabung sampah.

"Dari kelurahan Bojongloa Kaler kita ada beberapa yang tertatik dan ingin ikut nabung, kurang lebih 3 orang," imbuhnya.

Proses Pengelolaan

Ada empat jenis sampah yang dikumpulkan di bank sampah Bebep, yakni plastik, kertas, beling, dan logam.

"Kebanyakan warga nabung sampah plastik, kresek, dus, sama duplek," terang dia.

Setiap bank sampah Bebep buka di hari Sabtu pukul 9.00 WIB, warga datang untuk mengantarkan sampah ke lokasi pemilahan. Setelah itu baru proses pemilahan, mana saja sampah yang bisa dijual.

"Jadi kita buka satu minggu sekali, jadi setelah terkumpul, kita terima dan kita catat di bumi tabungan. Kemudian dikumpulin semua, setelah dua atau tiga jam berarti udah selesai (menabung), baru kita pisah sampahnya, dipilah-pilah," bebernya.

Setiap warga yang menjadi nasabah, akan diberi buku tabungan. Di dalamnya berisi informasi jumlah sampah yang dibawa nasabah.

Pihak pengelola mengatakan, para nasabah baru bisa mengambil hasil tabungannya setelah satu tahun.

"Boleh aja (ambil tabungan sewaktu-waktu). Namun pada dasarnya sampah ini hasilnya sedikit, paling cuma Rp 1.000 atau Rp 2.000. Jadi kalau (tabungan) diambil udah mah sedikit, tambah dikit lagi juga, ini kita patokannya setahun sekali. Dan dibagikannya pas seminggu mau puasa," ujarnya

Diolah jadi karya seni, profit tambahan

Selain diambil oleh pihak Bank Sampah Bersinar (BSB) sebagai induk dari Unit, Pengelola Bank Sampah Bebep juga mengolah beberapa sampah menjadi sebuah karya seni yang memiliki nilai jual.

Untuk diketahui, BSB merupakan salah satu pemenang challenge Plastic Waste to Value Competition dari Indonesia yang diselenggarakan oleh The Incubation Network.

Nenah mengatakan saat ini pihak pengelola baru bisa menciptakan beberapa barang dari olahan sampah seperti pernak-pernik, pot bunga, dan kantong yang terbuat bungkus kopi.

"Kemarin kita bikin pot dari galon alhamdulilah meskipun gak banyak tapi bisa satu-satu terjual. Kemudian ada pernak pernik dari kain perca, bisa kita buat bros, tempat tusukan jarum, ikat rambut. Ada juga dari cangkang kopi, yang itu dibuatnya sama pengurus aja," ungkapnya.

Ke depan, pihaknya ingin para nasabah mulai bisa menciptakan sesuatu dari sampah tersebut.

"Karena harus ada pelatihan ke nasabah. Nanti kalau pemasaran udah bagus biar nanti bisa ada pemasukan dan produknya makin berkualitas," tuturnya.

Saat ini baru hanya pernak-pernik saja yang berhasil dijual.

"Kalau yang kantong belum dijual, kalau pernak pernik udah di jual Rp 5.000 kalau yang kecil kecilnya mah Rp 10.000 tiga," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2023/01/27/073537378/bank-sampah-bebep-di-gang-situsaeur-timur-bantu-tangani-persoalan-sampah

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com