Salin Artikel

Cerita Bank Sampah Asri yang Berhasil Kurangi Limbah Warga Bandung hingga 1 Ton

Biasanya, bank sampah memiliki tempat sendiri untuk proses pemilahan sampah yang diantarkan oleh warga.

Berbeda dengan yang lain, justru Bank Sampah ASRI berada di dalam gedung serbaguna RW 07 yang tidak begitu luas.

Selain padat oleh beberapa inventaris keperluan RW 07, sebelah kanan ruangan itu dipadati oleh tumpukan sampah yang telah melalui proses timbang dan pemilahan.

Tidak aneh, saat masuk jadwal penimbangan sampah, ruangan tersebut bisa padat oleh warga, pengurus hingga sampah yang dibawa warga.

Meski tak memiliki lahan sendiri untuk mengelola sampah, bank sampah ini merupakan salah satu di Kota Bandung yang kerap meraih juara 1 dalam program penanganan sampah.

Rismayasari (31) Bendahara Bank Sampah ASRI mengatakan, tropi juara yang diraih oleh Bank Sampah ASRI mulai dari kejuaraan tingkat Program Kang Pisman, tingkat Kelurahan, hingga Kecamatan.

"Alhamdulillah Bank Sampah ASRI kerap menjadi juara satu, karena pelbagai inovasi dan dorongan dari pengurus dan masyarakat," katanya ditemui Kompas.com, Rabu (25/1/2023).

Inovasi Bank Sampah ASRI, kata dia, yaitu pengurus kerap memberikan reward atau hadiah bagi para nasabah yang rajin mengumpulkan sampah.

Hal itu menyebabkan Bank Sampah ASRI tidak pernah mengalami kekurangan sampah untuk ditarik ke pusat.

Risma menyebutkan, sampah yang terkumpul di Bank Sampah ASRI selalu lebih dari 500 kilogram.

"Untuk yang membedakan bank sampah Asri dengan Bank Sampah unit RW lain itu, kita selalu banyak sampah-sampah yang di tabung warga, jadi selalu paling besar. Kita itu enggak pernah di bawah 500 kilogram sampah pasti di atasnya, kadang 700 atau 800 kilogram sampah, bahkan sampai 1 ton kita pernah," kata Rismayasari.

Hasilnya, banyak warga yang sengaja mencari sampah secara berkeliling hanya untuk memenuhi tabungannya di Bank Sampah ASRI.

Terbukti dengan komitmen warga yang juga ikut membersihkan sampah pada pagi di sekitaran Pasar Leuwi Panjang.

"Jadi sekaligus memotivasi, jangan sampai ada warga yang berhenti nimbang. Kemudian, kita cari RT mana yang paling banyak nasabahnya, jadi nanti kita apresiasi, makanya nasabah itu berlomba-lomba mencari sampah, jadi bukan sampah rumah saja, ada sampai nasabah yang keliling cari sampahnya, beres pasar jam 10.00 WIB setelah itu warga sini langsung berlomba-lomba nyari sampah ke pasar," kata Rismayasari, ditemui Rabu (25/1/2023).

Kendati masih membutuhkan tempat yang cukup luas untuk mengoperasikan Bank Sampah ASRI, antusiasme masih terus terlihat dari waktu ke waktu.

Bahkan, tidak ada satu pun warga yang mengeluhkan kondisi gedung RW yang sempit.

Dalam satu bulan, sampah dari warga diambil sebanyak dua kali atau satu minggu dua kali.

Hal tu merupakan kesepakatan yang sudah dibangun oleh pihak pengelola dan Kemurahan.

Bank Sampah ASRI nantinya akan bermuara ke Bank Sampah Bersinar (BSB) yang menjadi bank sampah induk.

BSB merupakan salah satu pemenang challenge Plastic Waste to Value Competition dari Indonesia yang diselenggarakan oleh The Incubation Network.

"Kalau sistem pengumpulan itu dua minggu sekali, karena itu kesepakatan kita waktu launching di kelurahan, karena kalau ngambil satu minggu sekali nasabah belum terkumpul semua sampahnya, apalagi kalau satu bulan sekali sebesar apa jadinya, jadi waktu itu saran saya, saya minta ke Pak Lurahnya dua minggu sekali aja," kata dia

Nama ASRI merupakan singkatan dari Ayo Semua Rajin Investasi Sampah (ASRI) nama tersebut, kata Rismayasari, dipilih agar memotivasi warga untuk tidak berhenti menabung sampah.

Banjir jadi motivasi

Awalnya, warga di Gang Parasdi RW 07 tidak begitu peduli dengan keberadaan sampah di lingkungannya.

Risma mengatakan, perlu perjuangan sendiri untuk membuat warga di lingkungannya bisa berbondong-bondong bisa mengumpulkan sampah.

Para pengelola termasuk dia, mesti bekerja ekstra agar warga tidak kendor untuk mengumpulkan sampah.

"Jadi gini kita sosialisasi kepada masyarakat itu kita buat group di WA, kita gak pernah lelah buat terus mancing agar masyarakat enggak ada kata lelahnya untuk terus ngumpulin," ungkapnya.

Ia menuturkan, cukup mudah melihat semangat warga dalam mengumpulkan sampah. Risma kerap mengunjungi Tempat Pembuangan Umum (TPU) untuk mengetahui kondisi di TPU.

Jika, di TPU sudah terjadi penumpukan, maka kondisi tersebut menandakan bahwa warga sedang kendor semangatnya.

"Soalnya terlihat juga dari penurunan jumlah sampahnya, kalau di TPU sudah tinggi itu artinya nasabah lagi kendor," tutur dia.

Tak hanya itu, wilayah terminal Leuwi Panjang yang kerap dilanda banjir kala hujan datang, kerap dijadikan alasan agar masyarakat terus bersemangat.

"Kita di group langsung share memberikan informasi TPU yang sudah penuh dan menyebabkan banjir, karena di dekat Lw Panjang itu kalau hujan kan sering banjir, jadi kita kasih tahu terus dampaknya, agar mereka sadar," ujar dia.


Pelbagai cara kerap dilakukan oleh pengelolan Bank Sampah ASRI untuk meningkatkan semangat warga.

Pasalnya, ia khawatir kondisi seperti dulu bisa kembali terulang di wilayahnya. Kendati baru 50 persen warga yang menabung di Bank Sampah ASRI, namun ia bersyukur akan kondisi tersebut.

"Sebagian besar di sini itu 50 persen sudah menyadari  tapi masih ada masyarakatnya belum menyadari," tambahnya.

Bagi-bagi Sembako

Tak sampai di situ, untuk meningkatkan semangat warga, ia juga kerap meminta ketua RT setempat untuk bisa membantu mendorong dan menyemangati warga.

Nantinya, ketua RT yang berhasil mengajak nasabah untuk menabung akan diberi hadiah berupa sembako.

"Jadi kita sebagai pengurus kita minta bantuan kepada RT nya untuk membantu mensosialisasikan juga, karena kita juga ada reward untuk ketua RT, siapa yang paling banyak mengajak akan mendapatkan sembako, kaya RT 03 dapat, jadi setiap akhir tahun kita implementasikan inovasi itu," terangnya.

Setelah dibangunnya Bank Sampah ASRI, kata dia, kondisi di lingkungan sekitar Gang Parasdi semakin lebih kondusif dalam hal pengelolaan sampah.

"Sekarang mah lebih baik, gak berserakan, kalau dulu mah sebelum ada bank sampah pasti berserakan, jadi banyak masyarakat yang sadar, sampai kan tadi kata saya sampai berlomba-lomba," kata dia.

Berbeda dengan Bank Sampah Bebeb yang berada tidak jauh dari Bank Sampah ASRI. Risma mengatakan di tempatnya pencarian dalam satu tahun dua kali.

"Satu tahun itu dua kali pencarian, akhir tahun sama awal tahun, kenapa kita ambilnya karena akhir tahun atau tahun baru itu kan suka ada kegiatan masing-masing, terus kalau lebaran juga suka ada kegiatan juga. Tapi kita juga fleksibel kon kalau ada nasabah yang memerlukan pasti kita persilahkan ambil kok," tuturnya.

Risma berharap, fasilitas tempat mengelola dan memilih sampah bisa ditingkatkan, dan tidak menggunakan lagi gedung RW.

"Karena ini kan ini kantor RW jadi kegiatannya ada di sini semua, kalau lagi ada rapat atau apa kita pasti harus kepinggir dulu atau keluar, kita ingin punya tempat sendiri khusus sampah, agar kita tak terkendala dengan yang lainnya," ucapnya.


Pengembangan sampah organik

Sementara Wiwit Abdulah (52) Ketua RW 07 mengatakan saat ini ia sedang berupaya melakukan pengembangan dari sampah tersebut.

Mulai dari, karya seni hingga ke pengelolaan sampah organik.

"Selain ini kita ingin ada pengelolaan organiknya, sekarang kan anorganik, nah di situ juga saya masih pengen ada zero waste juga, mudah-mudahan langkah ini bisa menginspirasi warga untuk membuang sampah ke bank sampah bukan ke TPS," kata Wiwit.

"Untuk sampel dari ecoenzim dari buah buahan, mungkin di sini 80 persen sampah organik itu dari buah-buahan dan 20 persennya anorganik, nanti kita kembangkan juga yang anorganiknya," sambung dia.

Wiwit menyebut, semua warga dari RT 1 hingga RT 14  sudah terlibat penuh dalam program ini.

"Kedua, lingkungan juga terjaga karena masyarakat ikut memulung sampah," ujarnya.

Ia menambahkan program tersebut telah mengurangi aktivitas kerja bakti yang biasa digelar oleh warga pada umumnya.

"Betul, untuk membuang sampah ke lokasi TPS semakin berkurang karena dengan adanya Bank Sampah di RW 07 itu dalam satu tahun kita bisa mengumpulkan 1 ton jadi sampah-sampah yang dibuang ke TPS itu semakin berkurang tiap harinya, jadi kami bekerjasama dengan tingkat RT," tambahnya.

https://bandung.kompas.com/read/2023/01/27/160341678/cerita-bank-sampah-asri-yang-berhasil-kurangi-limbah-warga-bandung-hingga-1

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com