Salin Artikel

Kisah Hana dan Aslem, TKW Korban Penipuan yang Lolos dari Pembunuhan Berantai Wowon dkk

KOMPAS.com - Fakta kasus pembunuhan berantai yang sejauh ini melibatkan tiga orang tersangka, yakni Wowon Erawan alias Aki, Solihin alias Duloh, dan M. Dede Solehudin, kini semakin terkuak.

Bermula dari tewasnya ibu dan dua anaknya karena diracuni di Bekasi, Jawa Barat (Jabar), polisi berhasil membongkar mata rantai pembunuhan lain dan aksi penipuan bermodus penggandaan uang yang dilakukan oleh para tersangka.

Wowon dkk yang mengaku bisa menggandakan uang telah menipu 11 orang tenaga kerja wanita (TKW) yang tergiur dengan janji palsu pelaku.

"Hasil pemeriksaan kami (polisi), sementara ada 11 orang TKW yang menjadi korban penipuan," kata Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirkrimum) Polda Metro Jaya, Kombes Pol Hengki Haryadi, Selasa (24/1/2023), dikutip dari TribunJabar.id, Sabtu (28/1/2023).

Dari 11 orang TKW yang tertipu, Wowon dkk telah membunuh dua orang TKW yang menagih hasil penggandaan uangnya.

Lolos dari maut karena hujan deras

Salah satu korban penipuan yang selamat dari kekejian Wowon dkk usai menagih janji para pelaku itu adalah Hana.

Hana sempat meminta hasil penggandaan uangnya kepada Wowon dkk pada akhir tahun 2022, tak lama setelah dia pulang dari bekerja di Arab Saudi.

Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya, AKBP Indriwienny Panjiyoga mengatakan, saat itu Hana pun mendatangi rumah Dede di Cianjur, Jabar, untuk meminta uangnya.

"Namun pada saat itu tidak ada kepastian hingga kemudian Hana kembali pulang," ujar Panjiyoga, Kamis (26/1/2023).

Dia melanjutkan, Hana pun kemudian menerima pesan dari Dede untuk mengambil uangnya di rumah Duloh yang berada di Cianjur pada 28-29 Desember 2022.

Tanpa sepengetahuan Hana, pada tanggal itulah para pelaku berencana membunuhnya melalui tangan Duloh.

Untungnya, Hana kala itu membatalkan keberangkatannya ke rumah Duloh lantaran hujan deras.

"Pada tanggal tersebut karena hujan deras sehingga Hana tidak jadi ke Cianjur," ungkap Panjiyoga.

"Hana baru ke Cianjur pada tanggal 8 Januari 2023, sesampainya di sana yang bersangkutan tidak bertemu dengan Dede di rumahnya dengan alasan Dede sudah satu minggu tidak pulang ke rumah," tandasnya.

Rugi Rp 288 juta

Kisah serupa disampaikan oleh Aslem, TKW asal Karawang, Jabar, yang bekerja selama enam tahun di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA).

Selama bekerja di Dubai, Aslem mengaku rutin menyetor uang kepada Wowon dkk karena tertipu janji manis pelaku yang bisa melipatgandakan uangnya.

Aslem mengatakan, dia mengetahui praktik tersebut dari Yeni, temannya yang merupakan istri dari Dede.

Pulang ke Indonesia pada akhir 2022, dia bermaksud menanyakan uang sebesar Rp 288 juta yang selama ini disetorkannya kepada para pelaku.

Dia kemudian diminta Dede untuk bertemu di kediamannya di Cianjur tanpa memberitahu siapa pun soal keberadaannya.

Akan tetapi, dia mengurungkan rencananya berangkat ke Cianjur, dan selanjutnya, tersiar kabar bahwa Dede, Wowon, dan Duloh ditangkap polisi karena kasus pembunuhan berantai.

"Kalau saya kemarin tanggal 28-29 Desember 2022 pergi ke Cianjur ketemu Dede, mungkin nasib saya tidak akan ada di sini, beda lagi ceritanya," kata Aslem, di Mapolda Metro Jaya, Kamis (26/1/2023) malam, sebagaimana diberitakan megapolitan.kompas.com, pada Jumat (27/1/2023).

"Bahkan pas awal Januari, setelah tanggal 28-29 Desember, saya pun berencana untuk balik lagi ke Cianjur kalau kasus ini belum terungkap," sambungnya.

Aslem pun berharap kasus penipuan dan pembunuhan yang dilakukan oleh Wowon dkk bisa diusut tuntas agar tidak ada lagi korban-korban lainnya.

"Semoganya ini jadi pelajaran buat semuanya. supaya tidak ada lagi korban selanjutnya," pungkasnya.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Tria Sutrisna | Editor: Nursita Sari), TribunJabar.id

https://bandung.kompas.com/read/2023/01/28/113253578/kisah-hana-dan-aslem-tkw-korban-penipuan-yang-lolos-dari-pembunuhan-berantai

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com