Salin Artikel

Sesar Cimandiri di Sukabumi, Berpotensi Picu Gempa M 6,5 dengan Intensitas VIII MMI

SUKABUMI, KOMPAS.com - Sesar Cimandiri yang ada di Sukabumi berpotensi menghasilkan gempa kekuatan M 6,5 dengan skala intensitas VIII MMI, yakni terjadi sedikit pergeseran dan lekukan-lekukan pada timbunan pasir dan batu kerikil, air menjadi keruh, lonceng-lonceng berbunyi, dan selokan irigasi rusak.

Hal tersebut diungkapkan Penyelidik Bumi Madya Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Dr Supartoyo dalam seminar bertajuk "Penguatan Pentahelix dalam Membangun Ketangguhan dari Ancaman Sesar Cimandiri" pada Selasa (31/1/2022).

Namun, pemicu gempa di kawasan Sukabumi bukan hanya karena pergerakan sesar Cimandiri.

Di wilayah selatan Sukabumi ada zona penunjaman (zona subduksi) yang terbagi dua bagian yaitu zona Megathrust yang berada di kedalaman kurang dari 40 kilometer dan instraslab atau gempa benioff yang kedalamannya lebih dari 40 km.

Kemudian ada sesar atau patahan dengan kedalaman kurang 30 kilometer yaitu Sesar Walat di wilayah Cibadak, Sesar Citarik, sesar di wilayah Kecamatan Kabandungan dan Kalapanunggal, juga sesar di wilayah Kecamatan Cidolog.

Mengenal sesar Cimandiri

Definisi sesar Cimandiri antara PVMBG dengan Pusat Studi Gempa Nasional (Pusgen) atau peneliti lain sedikit berbeda.

PVMBG menyebut, sesar cimandiri berlokasi di sepanjang lembah sungai Cimandiri, dari Palabuhanratu hingga Sukalarang. Di sekitar sesar Cimandiri ini ada sesar-sesar kecil, termasuk di Nyalindung dan Gegerbitung di Kabupaten Sukabumi.

Sementara Pusgen mendefinisikan sesar Cimandiri membentang dari wilayah Palabuhanratu hingga Rajamandala Kabupaten Bandung Barat.

"Kalau Badan Geologi (PVMBG), memisahkan Rajamandala itu sebagai sesar tersendiri, sumber gempa tersendiri. Sesar Cimandiri juga tersendiri," papar Supartoyo, lulusan S3 Teknik Geologi ITB 2008-2014 itu.

Supartoyo melanjutkan, Sesar Cimandiri menurut PVMBG merupakan sesar yang terbagi dalam 3 segmen, yakni:

  • Bagian Barat disebut segmen Cibuntu sepanjang 17,2 kilometer, mampu menghasilkan gempa dengan kekuatan maksimum M 6,5.
  • Bagian tengah disebut segmen Padabeunghar panjangnya 12,78 kilometer, mampu menghasilkan gempa dengan kekuatan maksimum M 6,4.
  • Sebelah timur disebut segmen Baros dengan panjang 16,36 kilometer, mampu menghasilkan gempa dengan kekuatan maksimum M 6,5.

"Masing-masing segmen merupakan sumber gempa bumi tersendiri," sambung dia.

Sesar Cimandiri memiliki pergerakan mendatar mengiri dan sesar naik pada bagian barat dan timur.

Jika dimodelkan, apabila terjadi gempa dapat menghasilkan guncangan dengan skala intensitas besar, yakni skala VII MMI hingga VIII MMI.

Untuk diketahui, skala MMI digunakan untuk mengukur seberapa besar kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa bumi.

Skala VII MMI, dapat dirasakan sopir yang mengemudikan mobil. Orang yang sedang berjalan kaki sulit berjalan dengan baik, cerobong asap yang lemah pecah. Langit-langit dan bagian konstruksi pada tempat yang tinggi rusak. Barang pecah-belah pecah. Tembok yang tidak kuat pecah, plester tembok dan batu-batu tembok yang tidak terikat kuat jatuh.

Skala VIII MMI, terjadi sedikit pergeseran dan lekukan-lekukan pada timbunan pasir dan batu kerikil. Air menjadi keruh, lonceng-lonceng berbunyi, selokan irigasi rusak.

Selain berpotensi bahaya, guncangan juga berpotensi memicu gerakan tanah, retakan tanah, penurunan tanah dan likuefaksi. Terutama di segmen Cibuntu yang berlokasi di sungai Cimandiri dengan kondisi tebing-tebing dan perbukitan cukup terjal, sebagian batuannya lapuk.

"Apabila guncangannya cukup kuat akan berpotensi longsor," ujarnya.

https://bandung.kompas.com/read/2023/02/06/114313278/sesar-cimandiri-di-sukabumi-berpotensi-picu-gempa-m-65-dengan-intensitas

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com