Salin Artikel

Mengenal Lomba Peti Sabun, Ajang Balap Populer di Bandung Tahun 1950-1980an

BANDUNG, KOMPAS.com - Sekitar dekade tahun 50-80an, kawasan Jalan Sukajadi, Bandung, Jawa Barat, pernah menjadi ikon paling populer di bumi tanah Pasundan.

Di kawasan itu, sebuah lomba balap The Soap Box atau Peti Sabun digelar dan menjadi ajang bergengsi ketika itu.

Lantas, apa itu lomba balap Peti Sabun?

Sebagian orang bisa jadi baru mendengar nama balapan ini. Peti Sabun adalah lomba balap semacam Formula 1 yang menggunakan kendaraan mirip mobil atau disebut kereta peti sabun.

Mobil ini tak bertenaga. Sepenuhnya mengandalkan gravitasi untuk bergerak.

Tercatat, balapan Peti Sabun terakhir digelar Daya Mahasiswa Sunda (Damas) pada tahun 1982 di sebuah sirkuit di Jalan Sukajadi, Bandung.

Saat itu, lomba dibuka oleh gubernur Jawa Barat beserta Kapolda Jawa Barat kala itu.

Kini, setelah hampir 40 tahun mati suri, lomba tersebut akan dihidupkan kembali oleh Damas sebagai pemrakarsa Peti Sabun di Indonesia pada tahun 1950 hingga 1982.

Ketua Damas, Salim Saleh mengungkapkan, event ini sengaja digelar sebagai salah satu wadah untuk membangkitkan kembali semangat kreativitas dan inovasi anak muda dalam dunia otomotif.

Tujuan lainnya, mendukung program pemerintah dalam kampanye pemanfaatan kendaraan berbasis energi baru terbarukan. Serta menjadi sarana penambahan event dalam kalender pariwisata Kota Bandung.

"Acara ini tidak lain adalah untuk mengembalikan semangat anak muda untuk berkarya nyata. Damas juga berkomitmen mengembangkan kreativitas di berbagai bidang, seperti lomba Peti Sabun ini yang sudah berjalan dari tahun 50an," ungkap Salim, saat dihubungi, Senin (6/2/2023).

Salim berpesan, acara ini juga bisa menjadi kegiatan yang positif terhadap anak-anak muda yang sekarang cenderung disibukkan dengan gadget.

"Anak-anak yang berorientasi pada gadget harus diimbangi dengan kegiatan yang nyata. Salah satunya lewat event ini," beber dia.

Kemal Panigoro, Ketua Panitia Lomba Peti Sabun mengatakan, ajang ini dihadirkan kembali untuk menggairahkan kembali semangat kreativitas masyarakat terutama anak-anak muda seperti pada era tahun 70an.

Event tersebut rencananya digelar Juli 2023. Meski lokasi ajang tersebut belum ditentukan, dirinya optimistis perlombaan akan sukses.

"Untuk temanya, lomba ini akan mengusung tema kreatif, di mana kecepatan bukan salah satu faktor penilaian akan tetapi kreativitas dan penyajian peserta lebih dikedepankan sebagai unsur penilaian utama," beber Kemal.

"Paling kita akan mengatur berat maksimal kendaraan plus penumpangnya, tidak harus memiliki skill khusus, siapa pun boleh mengikutinya," sambung dia.

Kemal berharap, event itu mendapat respons postitif dari masyarakat. Mengingat perlombaan ini menjadi ajang nostalgia yang sempat populer di tahun 1970-an.

"Kita akan buat acara ini jauh lebih menarik, kita akan mengemasnya sedemikian rupa dengan memadukan teknologi masa kini dengan era tahun 70an," pungkas dia.

https://bandung.kompas.com/read/2023/02/06/174351478/mengenal-lomba-peti-sabun-ajang-balap-populer-di-bandung-tahun-1950-1980an

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com