Salin Artikel

Akses Jalan Sempit Hambat Pemadaman Kebakaran 25 Rumah di Margahayu Bandung

Mobil pemadam kebakaran kesulitan untuk memasuki pemukiman warga tersebut, lantaran lokasinya sangat padat penduduk.

Kepala Seksi (Kasi) Resque Evakuasi dan Penyelamatan Disdamkar Kabupaten Bandung, Miftahulsallam membenarkan hal tersebut.

Ia menyebut, sebanyak 25 orang petugas di turunkan untuk memadamkan kebakaran tersebut.

"Jadi yang kesulitannya adalah, sebenarnya damkar telah tanggap ke sini dari berbagai pos, dari Ciparay, TKI, Soreang, Cileunyi. Terus akses mobil damkar masuk agak susah. Sehingga memerlukan selang yang panjang," katanya ditemui, Selasa (7/2/2023).

Miftah menjelaskan, api pertama kali muncul dari kediaman Pak Dori. Ia menyebut, rumah milik Dori sudah lama tidak menggunakan listrik PLN.

Akibatnya, untuk penerangan di malam hari, Dori dan keluarga harus menyalakan lilin.

"Akhirnya setiap harinya dia pakai lilin, biasa langganan lilinnya ke rumah pak Damiri, sebelahnya yang kebakar juga," ujarnya.

Dori mulai menyalakan lilin selepas maghrib atau menjelang malam. Saat pukul 23.00 WIB, lilin yang dipasang dekat kasurnya melepuh dan menyebabkan kebakaran.

"Nah pas jam 23.00 WIB, lilinnya itu melepuh di kasur, akhirnya kebakaran, terus Pak Dori nya juga diamankan ini juga sama pak Kades," ungkap dia.

Api langsung merembet ke arah utara, lantaran saat kejadian angin di wilayah tersebut sedang besar.

"Akhirnya api merembet, soalnya arah anginnya ke utara. Posisi rumah pak Dori ini di Selatan, merembet ke utara, akhirnya sampai membakar 25 rumah," tutur dia.


Lantaran mobil pemadam mengalami kesulitan untuk masuk ke rumah warga. Miftah menyebut, warga sempat memadamkan api secara mandiri menggunakan ari selokan.

Sebetulnya, warga Kampung Kebon Kalapa memiliki sumber air dari Bumdes, namun saat kejadian listrik mati sehingga air Bumdes pun tak berfungsi.

"Ini dibantu penduduk setempat sekitar ratusan orang lebih turut membantu. Mereka membantu menggunakan ember, dan lain-lain. Pasalnya ini air total mati, karena penduduk di sini menggunakan air bumdes, air bumdes itu dari listrik. Listriknya mati, otomatis air bagi penduduk juga sudah enggak bisa mengalir. Sumur pompanya tadi sudah meletus, akibat kebakaran," kata Miftah.

Pihaknya mengatakan, untuk bisa memadamkan keseluruhan, petugas perlu mengeluarkan selang panjang, lantaran mobil pemadam kesulitan untuk masuk.

"Jadi api sedang besar, akhirnya kami bisa masuk menggunakan  selang panjang, hingga proses pendinginan kami yang ambil alih, dibantu sama warga juga, Ini lokasinya memang padat penduduk," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2023/02/07/152418778/akses-jalan-sempit-hambat-pemadaman-kebakaran-25-rumah-di-margahayu-bandung

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com