Salin Artikel

Minim Pasokan, Harga Beras di Kota Cirebon Melonjak

Harga ecer per kilogram menyentuh angka terendah Rp 12.000, dan ecer tertinggi Rp 14.000. Kenaikan harga ini terjadi karena berkurangnya pasokan.

Dedi, pemilik Toko Barokah, salah satu pedagang atau agen beras di Sentra Beras Pasar Pagi menyampaikan, dirinya serta sebagian rekannya sedang prihatin.

Mereka tidak mendapatkan pasokan beras yang cukup memadai untuk melakukan penjualan kepada masyarakat.

Dedi menyebutkan, para petani di sana sedang terkena paceklik atau gagal panen akibat curah hujan yang tinggi. Beberapa titik sampai terendam banjir hingga rusak.

“Ya pertama itu, minimnya pasokan. Biasanya kita dipasok dari Jawa. Yang duluan panen itu dari Jawa, biasanya bulan 1 akhir sampai bulan 2 kita dapat pasokan dari Jawa. Ternyata dari Jawa pun mengalami gagal panen, akhirnya tidak ada beras masuk,” kata Dedi saat ditemui Kompas.com, Senin (6/2/2023) di warungnya.

Para petani di wilayah Cirebon dan sekitarnya disebut akan mulai panen pada April dan Mei 2023.

Dedi berharap, pada momen tersebut banyak padi yang dihasilkan sehingga mampu menekan harga kenaikan beras.


Kenaikan ini, sambung Dedi, sudah terjadi sejak Desember mendekati momen Natal dan pergantian akhir tahun.

Kenaikan terjadi hampir setiap hari dengan angka Rp 100 sampai Rp 200 per kilogram, dan terus bergerak naik hingga saat ini.

Pria yang sudah beberapa tahun menjadi pedagang beras ini, menerangkan, pada Desember 2022, masih dapat membeli beras dari pabrik di bawah Rp 10.000 atau sekitar Rp 9.500-hingga Rp 10.000 per kilogram. Saat ini, harga beras tersebut sudah melebihi Rp 11.000 per kilogram.

“Memang biasa tiap tahun ada kenaikan harga, bulan Desember, Januari, Februari. Nah dulu itu namanya kenaikan, karena tidak signifikan dan stok masih lancar. Kalau ini, bukan kenaikan tapi perubahan harga, karena stok mengalami kekosongan dan tidak ada panen,” tambah Dedi.

Akibatnya, Dedi harus menjual berasnya secara ecer dengan harga terendah Rp 12.000 per kilogram, dan harga ecer tertinggi Rp 14.000.

Munira, yang juga berdagang di Sentra Beras Pasar Pagi, menyampaikan, harga beras saat ini bukanlah naik, melainkan ganti harga.  Pasalnya, beras yang sebelumnya bisa dibeli Rp 9.400 kini naik ke Rp 11.400. Kenaikannya mencapai angka Rp 2.000 per kilogram.

“Naik. Bukan naik. Tapi ganti harga. Naiknya banyak. Sebelumnya, harganya Rp 9.400 sekarang bisa sampai Rp 11.500. Naik dari akhir tahun. Biasanya beras kita dibantu dari Sragen, Pati, Demak, di sananya kebanjiran. Pas mau dipanen, keburu banjir, gagal,” kata Munira.

Efek dari kenaikan ini membuat para pembeli mengeluh.

Juju Jubaedah, pembeli beras asal Majalengka ini juga terimbas. Ibu 58 tahun ini mengaku tidak mendapatkan kiriman beras dari pabrik pelanggannya di Majalengka.

Pabrik mengaku tidak mendapatkan padi untuk digiling, karena tidak ada gabah. Akhirnya Juju terpaksa ke Pasar Pagi yang merupakan Sentra Beras di wilayah III Cirebon.

“Untuk jual lagi di Leuwimunding, Majalengka. Ga ada lagi sih. Yang biasa kirim enggak ada. Susah, enggak ada berasnya, enggak ada padinya. Harganya naik, biasanya Rp 10.000 sampai Rp 11.300,” kata Juju.

Karena harga yang tinggi dia terpaksa mengurangi jumlah pembelian.

Biasanya dia biasa membeli 1.5 ton saat ini hanya 7-8 kuintal. Dia berharap harga beras jangan naik terlalu tinggi.

https://bandung.kompas.com/read/2023/02/07/155514978/minim-pasokan-harga-beras-di-kota-cirebon-melonjak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke