Salin Artikel

Cerita Badruddin Menanti Kabar Putrinya Usai Gempa Dahsyat Turkiye Tewaskan Hampir 20.000 Jiwa

Dari lantai tiga apartemen yang disewanya di wilayah Kayseri, Robiah bersama pelajar lainnya berhamburan ke luar menyelamatkan diri.

Otoritas setempat langsung mengevakuasi para pelajar ke tempat pengungsian.

Kompas.com menerima foto dan video yang direkam Robiah.

Dalam video itu, terlihat lokasi pengungsian dan keadaan di sekitarnya beberapa jam setelah gempa terjadi.

Video itu dimaksudkan untuk memberi kabar kepada kedua orangtua Robiah yang sedang cemas di Cirebon.

Badruddin Hambali, ayah Robiah, mengungkapkan, sempat merasakan cemas dengan kondisi anaknya.

Utamanya saat dia kali pertama mendengar ada musibah gempa dahsyat di Turkiye. Dia langsung teringat dengan putrinya dan seketika berusaha menghubunginya.

Badruddin menyampaikan, pertama kali mendengar gempa dahsyat dari media sosial sekitar pukul 11.00 WIB.

Dia langsung menghubungi anaknya, tapi tak ada respons.

Badruddin berulang kali menghubungi Robiah, tapi tetap telepon tak tersambung.

"Kejadian Gempa itu pertama kali saya dengar dari media sosial, di handphone. Kemudian media massa dan seketika saya hubungi Robiah. Tidak diangkat, telepon lagi tak diangkat. Berulangkali telepon tak di angkat, berkali-kali. Saya cemas, hanya ingin memastikan kondisi dia di sana," kata Badruddin kepada Kompas.com di kediamannya, Kamis (9/2/2023).

Setelah beberapa jam, tepatnya sekitar Pukul 14.00 Wib, telepon Badruddin akhirnya diangkat oleh Robiah.

Robiah menyampaikan bahwa kondisinya baik-baik saja. Rasa cemas Badruddin dan istri seketika mereda.

Kepada Badruddin, Robiah menceritakan sempat merasakan guncangan yang cukup kencang di tempat tinggalnya.

Dia tinggal di lantai tiga sebuah apartemen yang jadi asrama perkuliahan. Jaraknya sekitar 200 kilometer dari titik pusat gempa.

Saat itu juga, Robiah bersama pelajar yang ada di gedung apartemen tersebut berhamburan keluar.

Mereka berusaha menyelamatkan diri. Berselang beberapa menit, gempa susulan kembali terjadi berulang kali hingga sampai lima kali.

Tak lama setelah itu, otoritas setempat meminta seluruh pelajar meninggalkan gedung tersebut.

Mereka mulai diungsikan ke sejumlah tempat, salah satunya di tenda-tenda yang disediakan pemerintah.

Namun, karena masih penanganan pertama sesaat setelah gempa, tenda yang dibangun belum mencukupi seluruh pelajar dan pengungsi di sekitar.

Mereka berdesakan sehingga hanya dapat duduk untuk beristirahat. Tak lama setelah itu, pemerintah mulai membagi pengungsi ke beberapa tempat.

“Robiah sempat ikut di pengungsian. Karena sebagian besar pengungsi dari gedung dan lainnya, diungsikan ke tenda. Robiah tidak bisa berbuat banyak karena sempit. Di saat bersamaan sedang musim badai salju sehingga sangat mengkhawatirkan. Akhirnya Robiah bersama teman-teman pelajar mencari tempat pengungsian lainnya,” kata Badruddin.

Robiah bersama teman-teman memilih untuk mencari tempat lain agar dapat beristirahat.

Saat berjalan mereka menemukan masjid. Namun, mereka memutuskan untuk tinggal di salah satu rumah pelajar asal Turkiye.

Badruddin yang merupakan pemilik Pondok Pesantren Assalafiyah Kabupaten Cirebon ini menyebut, Robiah pergi ke Turkiye tiga tahun lalu untuk kuliah.

Satu tahun di sana dimanfaatkan untuk penyesuaian bahasa. Lalu dua tahun berikutnya mulai belajar di universitas setempat dengan konsentrasi ilmu sejarah. Sekarang Robiah berkuliah di semester empat.

Badruddin berharap pemerintah Indonesia melalui KBRI, kedutaan besar, dan instansi lainnya, terus memberikan perhatian penuh terhadap para warga negara Indonesia (WNI) yang berada di Turkiye termasuk anaknya.

Badruddin juga mendoakan yang terbaik untuk semua yang terlibat dalam penanganan kemanusiaan di lokasi Gempa.

Untuk diketahui, jumlah korban tewas dari gempa bermagnitudo 7,8 yang mengguncang Turkiye dan Suriah terus bertambah dan mencapai lebih dari 19.300 jiwa pada Kamis (9/2/2023).

Tim penyelamat terus berpacu dengan waktu dan melanjutkan evakuasi korban selamat yang masih terperangkap reruntuhan bangunan.

https://bandung.kompas.com/read/2023/02/10/054300778/cerita-badruddin-menanti-kabar-putrinya-usai-gempa-dahsyat-turkiye-tewaskan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke