Salin Artikel

Sabun Susu Lembang Jadi Buruan Wisatawan, Lahir dari Ide Perkawinan Wisata dan Sapi Perah

BANDUNG BARAT, KOMPAS.com - Kawasan Bandung Utara (KBU) tercatat menjadi sentra penghasil susu dengan peternakan sapi perah terbesar di Jawa Barat.

Dari catatan Dinas Perikanan dan Peternakan (Dispernakan) Bandung Barat, populasi sapi perah di kawasan Lembang sebanyak 23.433 ekor.

Besarnya potensi susu sapi di Lembang, memantik lahirnya produk-produk kuliner yang menjadi buah tangan para wisatawan seperti tahu susu maupun bolu susu.

Selain produk kuliner, susu dari hasil peternakan sapi perah di Lembang ini diolah menjadi sabun mandi yang kaya khasiat.

Belakangan, produk Sabun Susu Lembang tengah digandrungi dan diburu wisatawan sebagai souvenir non-kuliner baik dari dalam maupun luar negeri.

Ide pengolahan sabun susu ini keluar dari seorang pemuda yang peduli akan kesehatan kulit. Ia menyadari selain nikmat untuk dikonsumsi, susu sapi memiliki kekayaan vitamin yang baik untuk kulit.

"Ide untuk membuat sabun susu itu tahun 2017. Waktu itu saya melihat dari besarnya nama Lembang dengan pariwisata dan produk susunya," ungkap Taran Kumar, founder Sabun Susu Lembang saat ditemui di Lembang, Jumat (10/2/2023).

Dari dua kata kunci pariwisata dan susu kemudian Taran Kumar memutar otak bagaimana mengawinkan dua potensi itu.

Akhirnya tercetus produk oleh-oleh wisata berupa sabun susu yang cocok untuk buah tangan dengan ketahanan waktu cukup lama.

"Kalau makanan kan gak bertahan lama. Potensi rusak di jalannya juga besar. Makanya muncul ide Sabun Susu Lembang ini. Kita pengin membuat sabun ini menjadi destination branding," kata Taran Kumar.

Untuk menciptakan sabun susu berbentuk batang dan menyimpan berbagai khasiat, Taran  Kumar melakukan riset berulang kali hingga berhasil merilis produk sabun susu dengan harga yang sangat terjangkau.

"Kurang lebih saya lakukan riset selama satu tahun. Mulai dari kandungan protein dan komposisi yang pas tanpa mengurangi kandungan protein dari susu sapinya. Dan produk kita ini sudah tersertifikasi BPOM," ujar Taran Kumar.

Taran Kumar sengaja merilis sabun susu ini dalam bentuk sabun batang, agar masyarakat bisa mendapatkannya dengan harga murah. Menurutnya, sabun batang susu ini sudah diracik dengan ekstraksi yang teliti tanpa mengurai kandungan protein susu.

"Selama ini, sabun susu terkesan ekslusif dan mahal. Kita kemudian cari formula agar bisa dijangkau oleh masyarakat luas. Kita jual di ritel-ritel oleh-oleh seperti Farmhouse, Floating market, TGAA cuma Rp 9.000," paparnya.

Sampai sekarang, wisatawan yang menjadi penikmat produk sabun susu sapi Lembang terus bertambah. Dalam sebulan, sekitar 30.000 batang sabun susu sapi bisa dijual.

"Sehari dari satu outlet di Lembang saja bisa terjual 800 batang sabun, penjualan sebulan ya rata-rata 30.000 batang sabun bisa kita jual," tutur Taran.

Sabun susu ini benar-benar diminati wisatawan. Fitriani (26) wisatawan asal Banyumas, Jawa Tengah memborong sabun susu sebagai buah tangan wisata Lembang untuk teman dan keluarganya.

"Selain buat oleh-oleh, saya juga ingin coba pakai sendiri karena kan khasiat kandungan susunya tinggi dan wanginya juga beda," sebut Yuni.

https://bandung.kompas.com/read/2023/02/10/133411878/sabun-susu-lembang-jadi-buruan-wisatawan-lahir-dari-ide-perkawinan-wisata

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com