Salin Artikel

4,4 Juta WNI di Luar Negeri Berstatus Ilegal, Ketua BP2MI Sebut Ada Mafia Dilindungi Kekuasaan

"Artinya ada 4,4 juta warga Indonesia yang sekarang sedang di luar negeri yang diberangkatkan dulu tidak resmi," katanya ditemui di Kantor Desa Cikitung, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung, Senin (27/2/2023).

Ia mengakui, penyaluran Pekerja Migran Indonesia (PMI) terdapat banyak persoalan.

Salah satunya ada sindikat mafia yang memberangkatkan PMI secara ilegal. Sindikat itu disebut sudah sampai ke tingkat desa.

Benny mengungkapkan, para sindikat itu kerap berhasil mengajak warga Desa untuk berangkat ke luar negeri, lantaran menggunakan pendekatan keluarga.

"Tempat ilegal oleh para calo sindikat dan mereka kan cepat ya gerakannya turun ke desa-desa. Si para bandar sindikat menggunakan kaki tangan mereka yang ada di desa. Kadang melalui pendekatan keluarga," ungkapnya.

Sosialisasi yang dilakukan BP2MI di tingkat desa, merupakan salah satu langkah mencegah sindikat mafia yang sudah menjamur.

Menurutnya, masyarakat desa penting mendapatkan edukasi terkait PMI untuk memperkuat sosialisasi tersebut sampai pada masyarakat.

Benny mengaku, BP2MI tidak bisa berjalan sendiri, diperlukan dukungan penuh dari pemerintah Desa, Polsek, hingga koramil guna membentengi masyarakat dari sindikat.

"Menangkal agar tidak ada masyarakat yang kembali menjadi korban penempatan ilegal. Tidak ada yang menjadi korban tipu daya para calo. Jadi kalau calo itu sampai ke desa-desa maka kita juga jangan kalah, kita harus sampe ke desa-desa memberikan edukasi," ucapnya.


Sindikat dilindungi kekuasaan

Mafia PMI Ilegal, kata dia, dibekingi pasokan uang yang besar. Selain itu, tidak sedikit juga para mafia yang beratribut dan berlindung di bawah kekuasaan.

"Saya tahu sindikat ini dibekingi dengan uang besar yang mereka miliki oleh oknum-oknum yang memiliki atribut kekuasaan di negara ini," tutur dia.

Mengetahui hal itu, Benny menyebut telah melapor kepada Presiden Jokowi.

Menko Polhukam, Panglima TNI hingga Kapolri pun sudah mengetahui ihwal hal itu.

"Saya sampaikan semua, saya tidak bisa basa basi, kita enggak boleh munafik bahwa kenapa mereka begitu bebas tidak tersentuh, ya karena ada bekingnya," kata Benny.

Kendati saat ini, Kepolisian dan TNI sudah mengerahkan kekuatannya untuk membendung pergerakan sindikat mafia tersebut.

Namun, tetap saja para mafia tetap bisa meloloskan masyarakat menjadi PMI yang ilegal.

"Nah sekarang saya minta Pak Kapolri menertibkan, dan itu sudah mulai dilakukan dan sekarang Polri itu giat. Sekarang coba liat penangkapan di berbagai pintu keluar. Panglima apalagi kekuatan matranya dikerahkan. Tapi selalu ada yang lolos, itu kan tinggal bagaimana semua agar kolaboratif lah di lapangan. Pencegahan di imigrasi itu terakhir," tutur dia.

Ia mengimbau kepada perangkat desa agar ikut berupaya mencegah apabila di wilayahnya terdapat pemberangkatan PMI yang ilegal.

"Jadi kalau di desa ada orang dengar-dengar ada yang mau berangkat nih, cepet cegah pastikan kepala desa tahan dulu, bisa tanya langsung ke saya. Nomor HP saya bisa diakses oleh siapa pun, tanya ini resmi enggak, mau diberangkatkan ke negara mana. Saya katakan Pak Kades tahan ini tidak resmi. Laporkan calonya," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2023/02/27/154231978/44-juta-wni-di-luar-negeri-berstatus-ilegal-ketua-bp2mi-sebut-ada-mafia

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com