Salin Artikel

"Kasus Ranca Upas, Klimaks dari Kerusakan Hutan yang Kerap Terjadi"

BANDUNG, KOMPAS.com - Aliansi Kelompok Pecinta Alam se-Jawa Barat meminta Perhutani dibubarkan bila tidak sanggup mengelola kawasan hutan.

Hal itu disampaikan salah satu perwakilan massa yang berorasi di depan Kantor Perhutani Divisi Regional Jawa Barat-Banten di Jalan Soekarno-Hatta Bandung, Senin (13/3/2023).

Keinginan massa Perhutani dibubarkan juga tertera dalam banner dan spanduk yang dibawa massa aksi. Bahkan yel-yel yang dinyanyikan massa menyinggung soal pembubaran Perhutani.

Juru bicara aksi, Dedi Kurniawan mengatakan, pembubaran Perhutani hanya sebagai istilah saja.

Pasalnya massa sudah geram terhadap kerusakan kawasan hutan yang kerap terjadi. Namun pihak Perhutani kerap berdiam diri melihat hal itu.

"Kalau tidak sanggup mengelola hutan bubar saja tetapi kalau misalkan Perhutani masih siap, kami juga siap mengawasi, membantu, mengawal sebagai mitra," tutur dia di sela-sela aksi.  

Dedi mengungkapkan, efek dari kegiatan yang diselenggarakan di Kampung Cai Ranca Upas tersebut merupakan klimaks dari kerusakan kawasan hutan lindung yang kerap terjadi.

"Memang efek dari masalah ini adalah sebuah klimaks yang terjadi di Ranca Upas pada tanggal 5 ada kegiatan yang menyebabkan kerusakan hutan, kalau pun kerusakan bukan karena kegiatan itu saja," ungkapnya.

Pihaknya mendorong beberapa hal terutama penataan kawasan. Mulai dari kawasan untuk wisata hingga edukasi.

"Mana kawasan yang boleh untuk wisata atau boleh untuk kegiatan, mana juga yang dilarang atau yang lainnya," ucap dia.

Kemudian ada blok-blok khusus edukasi, pendidikan, dan blok khusus perlindungan kawasan. Sebab selain diamanatkan Pemerintah untuk mengelola kawasan dalam konteks bisnis kehutanan, Perhutani harus melindungi kawasan hutan tersebut. 

Pantauan Kompas.com, massa memulai aksinya dengan berjalan kaki dari Kampus UIN Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung menuju kantor Perhutani dan dilanjutkan dengan orasi dan penampilan teaterikal.

Massa aksi tersebut terdiri dari kelompok pecinta alam mahasiswa, siswa, dan penggiat lingkungan lainnya.

Dalam aksinya pengunjuk rasa sempat saling dorong dengan aparat kepolisian. Akibatnya pagar pintu masuk kantor Perhutani rusak.

https://bandung.kompas.com/read/2023/03/13/162308178/kasus-ranca-upas-klimaks-dari-kerusakan-hutan-yang-kerap-terjadi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke