Salin Artikel

Hujan Deras, Soreang Bandung Dilanda Banjir Setinggi 1,5 Meter

BANDUNG, KOMPAS.com - Hujan yang mengguyur Kabupaten Bandung pada Kamis, (23/3/2023) dini hari, menyebabkan beberapa wilayah di Kabupaten Bandung tergenang banjir.

Komplek Cingcin Permata Indah (CPI) Desa Cingcin, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat misalnya, terendam luapan selokan yang mengitari komplek.

Ramli Marbun (60), warga RT 01 RW 11 mengatakan, hujan turun pukul 02.00 WIB, satu jam setelahnya pukul 03.00 WIB air dari selokan mulai meluap.

"Jadi pas waktu sahur itu air dari selokan mulai meluap, warga kaget dengan situasi itu," katanya ditemui di lokasi.

Ia menyebut, saat hujan turun ketinggian banjir mencapai dada orang dewasa atau sekitar 1,5 meter.

Tak hanya membanjiri jalanan komplek, banjir tersebut masuk ke rumah-rumah warga. Hal itu menyebabkan aktivitas sahur warga sedikit terganggu.

"Kalau di jalan komplek itu setinggi dada orang dewasa, masuk juga ke rumah warga," jelasnya.

Ia menambahkan, saat kejadian tidak ada warga yang berani keluar. Ia dan warga lainnya hanya bisa mengamankan barang-barang yang hampir terbawa hanyut.

"Saking besarnya mobil warga juga sampai terseret," tutur dia.

Menurutnya, Komplek Cingcin bukan pertama kali dilanda banjir. Namun, banjir yang melanda tadi malam merupakan peristiwa yang paling parah dibanding sebelumnya.

"Ini paling parah, biasanya cuma genangan biasa saja, kemudian enggak masuk rumah. Kalau masuk pun enggak terlalu parah," beber dia.

Banjir baru mulai surut pukul 06.00 WIB. Selanjutnya, warga sekitar langsung menjemur barang-barang yang terdampak banjir.

"Sekarang masih pada bersih-bersih dan menjemur barang-barang yang kena banjir semalam," ungkapnya.

Sementara Endang (62) warga Blok D Komplek CPI mengungkapkan, banjir datang disertai hujan yang cukup besar.

Hujan pertama kali turun pukul 02.00 WIB. Saat itu, ia dan keluarga sudah langsung bersiaga.

"Betul semalam turunnya sebelum sahur, kalau saya karena sudah sering waspada kalau hujan, jadi bersiap-siap," tutur dia.

Endang mengatakan, barang-barang yang ada di dalam rumahnya terpaksa ditumpuk ke atas agar tidak terkena banjir.

"Semalam, langsung beresin barang-barang. Kaya kursi ditumpuk ke atas, alhamdulillah enggak terlalu basah sekarang," jelasnya.

Banjir yang datang semalam, kata Endang, cukup parah dibanding sebelumnya. Biasanya, jika banjir datang, masih ada beberapa warga yang cek langsung ke selokan.

"Tapi kalau yang semalam itu langsung besar, hujannya gede, banjirnya juga gede," terangnya.

Endang mengaku masih khawatir dengan situasi saat ini. Pasalnya, sejak tadi pagi, cuaca di Kabupaten Bandung masih mendung.

"Ya takut hujan lagi, makanya sekarang juga saya sudah siap-siap sama keluarga," tuturnya.

Pantauan Kompas.com, sebagian besar warga Komplek CPI sudah mulai membersihkan sisa-sisa lumpur dan material tanah yang terbawa banjir.

Ada pula warga yang mengeluarkan kendaraannya lantaran ikut terendam luapan air selokan.

Hampir di setiap blok, di depan rumah warga barang-barang warga yang terendam terlihat memadati jalan-jalan Komplek.

https://bandung.kompas.com/read/2023/03/23/154055478/hujan-deras-soreang-bandung-dilanda-banjir-setinggi-15-meter

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com