Salin Artikel

Menelusuri Masjid Bondan Indramayu, Pusat Penyebaran Islam Abad 13-14 Masehi

INDRAMAYU, KOMPAS.com – Kabupaten Indramayu memiliki satu masjid yang berbeda dengan masjid sekitarnya. Bangunan masjid ini terbuat dari kayu, berbentuk rumah panggung nan sederhana.

Meski jauh dari kata megah dan mewah, masjid ini menjadi titik awal penyebaran agama Islam di pesisir daerah yang dijuluki Kota Mangga tersebut.

Masjid ini bernama Masjid Bondan, yang terletak di Jalan Sapuangin, Desa Bondan, Kecamatan Sukagumiwang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Mistara Edi Saputra (53), Petugas Balai Pelestari Kebudayaan (BPK) VIII, Wilayah Provinsi Jawa Barat dan Banten menyampaikan, berdasarkan catatan sejarah, Masjid Bondan dibangun sekitar tahun 1414 masehi.

Berbahan Kayu dan Berbentuk Rumah Panggung

Masjid bersejarah ini memiliki ornamen sederhana. Lantai dasar, dinding, atap, hingga genting, menggunakan kayu.

Berdasarkan catatan Mistara, potongan kayu masjid ini berasal dari tahun 1300an. Sebagian orang menyebut masjid ini, sebagai Masjid Kuno Bondan, karena lebih tua dibanding masa awal Cirebon di tahun 1480an dan Indramayu di tahun 1527an.

“Berdasarkan data dan juga cerita turun temurun, masjid ini berdiri pada abad ke 13–14 Masehi. Pendiriannya kurang lebih di tahun 1414. Dan hasil penelitian, kayunya, sudah ada sejak tahun 1300an,” kata Mistara saat dihubungi Kompas.com pada Minggu (26/3/2023).

Mistara menyampaikan, bangunan Masjid Bondan sangat unik dan berbeda dari masjid pada umumnya.

Bangunan asli masjid ini mayoritas menggunakan kayu jati. Hanya bagian depan dan beberapa bagian lain, yang diperbaharui menggunakan bahan material baru.

Keunikan lainnya, Masjid Bondan ini memiliki bentuk rumah panggung, sebuah bangunan yang jarang ditemukan di pesisir pantura pada masanya.

Bahkan hingga saat ini, rumah panggung jarang dikenal dan dilihat di kawasan pesisir pantura Indramayu dan sekitarnya.

Jarak atau ruang kosong dari permukaan tanah ke lantai dasar masjid sekitar 50 hingga 100 centimeter. Sedangkan luas masjid ini hanya sekitar 9x9 meter. Sebuah ukuran yang relatif lebih kecil dibanding masjid-masjid yang dibangun saat ini.

Kisah cinta pendiri masjid

Mistara yang sudah bertugas sejak 1995 ini menyampaikan, berdirinya Masjid Bondan memiliki beberapa versi, salah satunya terkait kisah percintaan sang pendirinya.

Hal itu terlihat dari penamaan kata Bondan. Nama itu merujuk pada desa setempat sekaligus tokoh bernama Ki Gede Bondan, alias Ki Rakinem, yang merupakan pendiri wilayah dan beragama Hindu-Buddha.

Ki Rakinem merupakan pengembara dari Kerajaan Majapahit. Dia berkelana bersama adiknya, Nyimas Ratu Kencana Wungu.

Keduanya menepi di aliran Sungai Cisanggarung, yang menjadi salah satu dermaga atau muara lalu lintas banyak saudagar dan warga.

Lokasi persinggahan keduanya berada di perkampungan yang dikenal dengan sebutan Bondan.

Kedua adik-kakak ini, lambat laun diterima warga sekitar dan menetap seutuhnya, lalu dinobatkan sebagai tokoh masyarakat setempat.

Satu ketika, seseorang bernama Syekh Datul Kahfi masuk wilayah setempat. Syekh Datul Kahfi merasa tertarik dengan Nyimas Ratu Kecana Wungu.

Singkat cerita, keduanya menjalin kasih tanpa sepengetahuan Ki Gede Bondan. Karena mereka menyadari, hubungan tersebut tidak akan direstui akibat berbeda keyakinan.

Syekh Datul Kahfi terus berusaha meyakini dan menyebarkan paham Islam, hingga Nyimas memeluk agama Islam.

Mengetahui hal ini, Ki Gede Bondan murka, dan melakukan perhitungan kepada Syekh Datul Kahfi.

Dia memberikan berbagai cara untuk menggagalkan pernikahan Datul Kahfi dan adiknya.

Namun tak disangka, tantangan tersebut, tidak terpengaruh, hingga akhirnya Syekh Datu Kahfi menang, dan Ki Gede Bondan pergi meninggalkan Desa Bondan.

"Syekh Datu Kahfi menemukan segenggam merang, ditabur, menjadi pasukan serdadu dan terjadi peperangan antara rombongan Ki Gede Bondan dan Syekh Darul Kahfi. Akhirnya perang tanding dimenangkan Syekh Darul Kahfi, dan Ki Gede Bondan pergi dari lokasi, cerita rakyatnya begitu," tambahnya.

Rupanya, Syekh Datul Kahfi yang juga memiliki nama Syekh Nurjati merupakan salah satu guru besar Islam di masanya.

Dia menjadi guru dari Sunan Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayatullah yang kemudian melakukan penyebaran Islam di tanah Cirebon, beberapa tahun berikutnya.

Ajaran Islam yang disiarkan oleh Syekh Datul Kahfi lambat laun diterima masyarakat. Mereka pun lambat laun menjadi pengikutnya.

Mereka membutuhkan tempat untuk shalat berjamaah, belajar tentang Islam, dan lainnya. Mereka sepakat mendirikan bangunan masjid yang dinamai dengan sebutan Bondan.

Seiring berjalannya waktu, nama Masjid Bondan ini berkembang dengan sebutan lain, Masjid Darus Sajidin, yang berarti rumah orang-orang yang bersujud.

https://bandung.kompas.com/read/2023/03/28/052300078/menelusuri-masjid-bondan-indramayu-pusat-penyebaran-islam-abad-13-14-masehi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke