Salin Artikel

Petani Kopi Gununghalu Panen Raya, Siap Ekspor 19 Ton ke Timur Tengah

Para petani kopi di dataran tinggi Gununghalu sedang merayakan panen serentak, lalu lalang petani di kebun kopi riuh penuh sapa dan senda gurau. Hajat tahunan bagi para petani Java Halu Coffee.

"Sekarang memang sedang menginjak musim panen. Kami mulai lakukan proses petik ceri dari pohon kopi di kebun lalu selanjutnya diolah untuk diekspor," kata Rani (43) seorang petani kopi saat ditemui di kebun kopinya, Senin (27/3/2023).

Sebagai petani sekaligus prosesor biji kopi, Rani dengan 60 petani yang tergabung dalam koperasi Halu Farm mencoba menyajikan kualitas kopi Gununghalu dengan cita rasa dan aroma yang khas.

Terbukti, pada panen kali ini permintaan pasar dari timur tengah cukup tinggi. Rani harus menyiapkan 19 ton green bean dari hasil panen tahun ini untuk diekspor ke wilayah Timur Tengah.

"Panen raya tahun ini kita akan fokus memenuhi permintaan ekspor ke Middle East. Kami dalam waktu dekat kirim sebanyak 19 ton kopi green bean ke sana," kata Rani.

Selain ke Timur Tengah, Amerika juga masuk dalam daftar ekspor kopi Gununghalu.

Saat ini Rani masih menyiapkan kualitas kopi dengan melakukan proses pascapanen dan penyortiran yang ketat.

"Jumlah ekspor ke Amerika belum bisa ditentukan. Lihat nanti hasil panennya. Sekarang masih disiapkan," ucap Rani.

Tingginya permintaan kopi Gununghalu dari timur tengah ini tidak lepas dari kualitas biji kopi dari hasil panen dan proses yang baik.

Halu Farm memiliki tahapan proses pascapanen sendiri sehingga bisa menghasilkan biji kopi yang diminati lidah dunia.

"Kami di sini menerapkan skema pasca panen. Mulai dari fermentasi, pengupasan, penjemuran, hingga pengemasan. Dalam proses ini tentu terjadi penyusutan hasil panen dari ceri kopi menjadi green bean," papar Rani.


Panen kopi di kawasan dataran tinggi Gununghalu pada tahun ini menurut Rani tidak seperti tahun kemarin.

Pada panen raya kali ini biji kopi yang dihasilkan cukup melimpah.

Namun, bukan berarti harga kopi anjlok, ceri kopi justru mahal di masa panen.

"Uniknya di kopi itu ya begini. Panen banyak malah harganya melambung. Dari yang biasa harga ceri kopi itu Rp13.000, seiring waktu naik terus sampai sekarang harganya Rp17.000," tutur Rani.

Naiknya harga pada masa panen itu akibat campur tangan tengkulak-tengkulak luar daerah yang mengiming-imingi para petani agar mau menjual ceri kopi ke pengepul bukan ke koperasi.

"Yang saya alami, dari 60 petani yang tergabung dalam koperasi Halu Farm, hanya 15 petani saja yang mengirimkan hasil panen ke koperasi. Padahal biaya bibit, pupuk semua dibiayai oleh koperasi," papar Rani.

Padahal, koperasi sudah menyiapkan skema ekonomi yang menguntungkan bagi para petani.

Iming-iming tengkulak kopi ini justru akan merugikan petani pada jangka panjang, sebab petani akan kesulitan mendapat bibit dan pupuk.

"Jadi merugikan petani karena mereka merasa untung menjual harga tinggi padahal rugi karena mereka akan kesulitan mendapat bibit dan pupuk lagi," tambahnya.

https://bandung.kompas.com/read/2023/03/28/141639478/petani-kopi-gununghalu-panen-raya-siap-ekspor-19-ton-ke-timur-tengah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke