Salin Artikel

Saat Siswa TK dan SD Buddha Bagikan Takjil pada Pejalan Kaki di Cirebon...

CIREBON, KOMPAS.com – Pemandangan menyejukkan tampak di depan Wihara Dewi Welas Asih, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat.

Sejumlah siswa-siswi Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar Buddha Asoka Manggala Kota Cirebon, membagikan takjil kepada warga yang melintas. 

Sejumlah guru, orangtua, dan pihak wihara juga mendampingi kegiatan ini. Mereka bersama-sama menghampiri tiap warga yang melintas, seperti pejalan kaki, pemotor, tukang becak, hingga pengemis. 

Kemudian anak-anak ini dengan riang gembira menghampiri mereka. Mereka membagikan satu persatu bingkisan takjil tersebut kepada penerima.

Setianingrum Wahyu Wijaya (10), salah satu peserta, tampak begitu senang dan bersemangat hingga beberapa kali membagikan bingkisan takjil kepada beberapa orang yang melintas. 

“Senang. Senang sekali. Saya ikut ngasih takjil, ke ibu yang sedang bermotor, tukang becak, bersepeda, dan lainnya. Kita senang belajar toleransi umat beragama,” kata siswi yang kini duduk di kelas 5 SD Buddha tersebut kepada Kompas.com, Senin (27/3/2023) petang. 

Pelajar yang memiliki nama panggilan Amoy ini mengungkapkan, dirinya datang sebelum kegiatan berlangsung. Dia ikut sibuk merapikan bingkisan, melaksanakan kegiatan hingga selesai. 

Meski aksinya sederhana, Amoy senang karena dapat membantu orang untuk berbuka puasa. Dia berharap, warga yang sedang melaksanakan ibadah puasa dapat berbuka dengan baik dan selalu menjalankan ibadah dengan senang hati. 

“Kita juga senang bisa membantu teman-teman untuk berbuka puasa. Kita berharap bisa berbuka puasa dengan baik dan senang hati,” tambah Amoy, ditemani Natalia Margareta (10), teman sekelasnya.

Salah satu penerima takjil yang merupakan pekerja di Pelabuhan Cirebon mengapresiasi cara yang dilakukan anak-anak.

Dia berterima kasih setelah mendapatkan takjil dari anak-anak saat melintas di depan Wihara Welas Asih.

“Habis kerja cari ikan di pelabuhan. Ini mau pulang ke Suranenggala, alhamdulillah senang. Saya ucapkan terima kasih,” kata Ruslam saat ditemui di lokasi. 

Catur Widyaningsih, Penyuluh Agama Buddha Kementerian Agama Kota Cirebon tak menyangka siswa-siswi TK dan SD ini antusias menerima ajakan kegiatan membagikan takjil. Mereka datang sebelum kegiatan dimulai.

Kegiatan ini sebagai upaya sekolah, guru, dan orangtua siswa mengenalkan nilai-nilai perbedaan serta menanamkan rasa toleransi beragama sejak dini.

“Para pelajar ini dari sekolah Mingguan Buddha Asoka Manggala Kota Cirebon. Yang ikut serta kali ini sekitar 14 pelajar. Mereka antusias sekali, anak-anak dikabarin mau kegiatan senang sekali, dan berkumpul sebelum jam yang ditentukan,” kata Widya kepada Kompas.com.

Secara substansi, pihaknya menegaskan pentingnya pembelajaran toleransi sejak dini.

Menurutnya, pengenalan tentang perbedaan harus dilakukan sejak dini agar anak tumbuh dengan cara berpikir yang terbuka dan menerima banyak perbedaan. 

Justru dari perbedaan ini, anak-anak mendapatkan banyak ilmu, pengalaman, dan juga saudara sesama kemanusiaan. 

“Kami ingin mengajarkan kepada mereka sedari kecil untuk peka terhadap lingkungan, mengenal toleransi, mengenal perbedaan, serta menumbuhkan kasih sayang di dalam diri anak-anak,” tambah Widya

Widya menyebut, kegiatan ini rutin dilakukan tiap angkatan untuk melestarikan budaya pembelajaran yang baik untuk generasi berikutnya.

Menumbuhkan Toleransi Aktif

Alifatul Arifiati, Dosen Institut Studi Islam Fahmina (ISIF), yang membidangi Dialog Lintas Iman, mengungkapkan, kegiatan perjumpaan antar lintas iman sangat dibutuhkan saat ini.

Toleransi tidak lagi sekadar membiarkan orang lain menjalankan beribadah, melainkan memberikan dukungan sekaligus menjaganya. 

“Bukan penting, tapi sangat penting. Jadi, toleransi yang dilakukan anak-anak TK-SD Buddha dengan membagikan takjil kepada umat Islam yang berpuasa disebut toleransi aktif, bukan lagi sekadar toleransi pasif,” kata Alif saat dihubungi Kompas.com, Selasa (28/3/2023).

Kegiatan seperti ini baiknya terus dikembangkan. Semisal pihak sekolah membuat agenda kunjungan dari satu tempat ibadah ke tempat ibadah lainnya.

Pihak guru mendampingi sekaligus memberikan pemahaman yang menyeluruh terkait indahnya keberagaman, toleransi, dan kemanusiaan. 

“Situasi saat ini, anak-anak kita jarang mendapatkan akses, kesempatan untuk bisa melakukan perjumpaan dengan kelompok beragam. Karena lembaga pendidikan sekarang lebih banyak dari komunitasnya sendiri, jadi jarang ada momen berharga seperti saat ini,” tutur dia. 

Alif kembali memberikan penegasan, yang sangat dibutuhkan saat ini adalah toleransi aktif, sehingga kata toleransi tidak sekadar dalam paham, tapi membumi dan dilakukan sedini mungkin.

https://bandung.kompas.com/read/2023/03/29/140103978/saat-siswa-tk-dan-sd-buddha-bagikan-takjil-pada-pejalan-kaki-di-cirebon

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com