Salin Artikel

Deretan Banner Protes Jalan Rusak Dipasang Warga di Kabupaten Bandung

Mereka melayangkan protes dengan memasang tulisan-tulisan bernada sindiran di sepanjang jalan.

Pantauan Kompas.com, tulisan-tulisan itu dipasang warga menggunakan penyangga kayu, yang dipasang setiap 2 meter.

Akibatnya, di bahu jalan rusak yang memiliki panjang 1 kilometer dan lebar 3 meter itu berjajar tulisan-tulisan bernada protes.

Terlihat jalan tersebut, masih berupa tanah serta bebatuan. Di beberapa titik, terdapat lubang-lubang dengan berbagai ukuran.

Saat hujan, lumpur, tanah merah, hingga kubangan berisi air menghiasi jalan yang menyambungkan hingga ke wilayah Dayeuhkolot.

Dedeh (50) salah satu warga yang tinggal tak jauh dari jalan itu mengatakan, terakhir diperbaiki pada 1984.

Hingga, saat ini, jalan tersebut masih belum diperbaiki. Selama Dedeh tinggal di sepanjang jalan itu, belum ada satu pun instansi pemerintah yang datang dan memperbaiki.

"Belum ada sama sekali, saya tinggal di sini sudah lama tapi belum ada perbaikan dari pemerintah, terakhir ya tahun 1984 setahu saya," katanya ditemui di lokasi, Senin (3/4/2023).


Warga, kata dia, sering menyebut jalan rusak dan berlubang itu sebagai Jalan Saketi.

Dedeh mengungkapkan, tidak jarang bila suami atau warga setempat yang kerap memperbaiki jalan tersebut menggunakan bebatuan kecil atau tanah yang diambil dari lokasi lain.

"Malah sama suami saya sering nyaeur jalan. Kadang suami saya yang suka bawa mobil proyek terus nutupi hampir disepanjang jalan pake brangkal biar enggak terlalu parah saja," terangnya.

Jalan itu merupakan jalan alternatif apabila di wilayah Rancamanyar mengalami macet, baik di pagi hari atau sore hari.

"Kalau lagi macet pasti pada motong ke sini, jadi hidup ini jalan bukannya jalan mati," ungkapnya.

Sementara Ajun Hamzah (43) salah seorang warga menjelaskan pemasangan banner berisi tulisan protes dan sindiran itu sudah di pasang warga sejak bulan Maret.

Warga sengaja memasang tulisan-tulisan itu, lantaran kesal belum diperbaiki.

Bahkan, hingga saat ini pemerintah daerah (Pemda) Kabupaten Bandung atau pemerintah Desa belum sama sekali memperbaiki jalan itu.

"Kalau menyampaikan ya sudah sering tapi ini bentuk kekesalan kami saja, sejak seminggu yang lalu juga sudah di pasang," terangnya.

Tidak hanya sering menyebabkan orang jatuh atau kesulitan mengakses jalan itu.

Ajun menyebut, saat musim penghujan kondisi jalan yang berlumpur tersebut di perparah dengan luapan Sungai Citarum.

"Iya sering banjir juga di sini, kan ini dekat Sungai Citarum juga. Kadang juga banyak yang jatuh di sini," tutur dia.


Hal serupa juga disampaikan Aziz Hidayat (47) warga asli Kampung Cilebak itu mengaku sering menggunakan jalan tersebut.

Pasalnya hanya jalan itu yang akan dilaluinya saat pergi atau pulang bekerja.

Bahkan, soal terpeleset saat berkendaraan, jatuh, atau mengalami ban bocor di sepanjang jalan itu bukan hal aneh.

"Saya juga kadang aneh, masa pertengahan jalan jelek, berlubang lagi, wah kalau soal jatuh dan yang lainnya mah sudah sering," tuturnya.

Aziz juga merasa heran mengapa pemerintah hingga saat ini tak sedikit pun tergerak untuk memperbaiki jalan itu.

Ditanya soal, pemasangan banner bertuliskan nada protes. Aziz mengaku sangat menyetujui, pasalnya hingga saat ini hanya melalui tulisan itu warga menyuarakan nada protesnya.

"Ya aneh gitu masa dari dulu sampe sekarang belum pernah ada pemerintah yang kesini," kata Aziz.

Aziz mengatakan, pemerintah daerah (Pemda) Kabupaten Bandung atau Bupati Bandung pernah mengunjungi wilayah itu.

Namun, bukan untuk memperbaiki jalan. Bupati Bandung Dadang Supriatna hanya melihat dan berencana akan membangun jembatan di wilayah itu.

"Pernah Bupati Dadang kesini melihat ke jembatan mau ditutup, sekalian mengontrol TPA sekalian sama masyarakat di bilangin jalan rusak. Tapi katanya mau memperbaiki jalan yg y tapi malah mau bikin jembatan layang bukan jalan ini," tuturnya.

https://bandung.kompas.com/read/2023/04/03/174644178/deretan-banner-protes-jalan-rusak-dipasang-warga-di-kabupaten-bandung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke