Salin Artikel

Kasus Stunting Tertinggi di Jabar, Kenapa Sumedang Bisa Jadi Daerah dengan Penanganan Terbaik?

Hal ini merujuk pada Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 Kementerian Kesehatan RI.

Namun, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang Dadang Sulaeman, menyebut ada perbedaan data stunting milik Pemkab Sumedang dengan SSGI.

Dadang mengatakan, sampel data yang diambil SSGI sangat kecil jika dibandingkan dengan data keseluruhan bayi di bawah lima tahun di Sumedang.

"SSGI hanya berdasar pada data 636 balita dari 76.000 balita di Sumedang. Sementara, data yang dimiliki Sumedang justru lebih baik dari data SSGI, karena mencakup semua balita di Sumedang yang telah terdata sesuai nama dan alamat bayi itu berdasarkan by name by address," ujar Dadang kepada Kompas.com di Puskesmas Cisempur, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jabar, Senin (3/4/2023).

Dalam kesempatan kunjungan ke Kabupaten Sumedang, Jumat (10/2/2023), Menkes Budi Gunadi Sadikin juga telah mengklarifikasi data hasil SSGI tersebut.

Di mana, data SSGI bukan sebagai penilaian kinerja daerah, tapi hanya sebagai rujukan bagi daerah dalam mengoptimalkan penanganan stunting.

"Sumedang sejauh ini menjadi kabupaten terbaik di Indonesia dalam penanganan stunting. Dan kami akan mereplikasi aplikasi e-Simpati (Sistem Pencegahan Stunting) yang akan kami uji coba di 50 kabupaten/kota di Indonesia," ujar Budi di RSUD Sumedang, beberapa waktu lalu.

Upaya Sumedang turunkan angka stunting

Dari 77.267 balita di Kabupaten Sumedang, 8,17 persennya mengalami stunting.

Dadang mengatakan, data balita tersebut tercatat di pos pelayanan terpadu (Posyandu) di seluruh wilayah Kabupaten Sumedang per 8 Maret 2023.

Dari total 77.267 balita, yang sudah diukur sebanyak 76.492 balita, dengan persentase 99 persen.

Kemudian, cakupan input data Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) sudah 100 persen.

"Dari 77.267, saat ini masih ada 8,17 persen mengalami stunting dan tersebar di 26 kecamatan se-Kabupaten Sumedang," ujar Dadang.

Dadang menuturkan, Pemkab Sumedang terus melakukan intervensi untuk menurunkan angka stunting dengan berbagai upaya.

Di antaranya mengedukasi masyarakat dan sekolah, serta gerakan bersama (Geber) lawan kemiskinan dan stunting dengan melibatkan seluruh dinas, pemerintah kecamatan, desa, dan seluruh stakeholder di Kabupaten Sumedang.

Dadang menyebutkan, edukasi yang dilakukan meliputi pemberian pemahaman kepada ibu balita di tiap posyandu maupun puskesmas.

"Untuk edukasi itu, ibu yang memiliki balita rentang umur 0-6 tahun untuk diberikan air susu ibu (ASI) ekslusif dan pemberian ASI ini kami wajibkan. Kami juga berikan pengetahuan kepada ibu dan keluarga sehingga mereka memiliki komitmen. Karena pada rentang umur ini, merupakan usia emas. Sehingga intervensinya juga harus betul-betul kami lakukan agar nantinya tidak muncul anak stunting," sebut Dadang.

Selain itu, edukasi dari tenaga kesehatan juga terus dilakukan hingga balita mencapai usia 59 bulan.

"Selain edukasi kepada ibu, kami juga mewajibkan ibu hamil untuk melakukan kunjungan wajib secara berkala ke fasilitas kesehatan. Saat ini ada 9.000-an ibu hamil di Sumedang," tutur Dadang.

Sedangkan untuk mencegah kasus stunting baru, Dinas Kesehatan Sumedang melakukan sosialisasi dan edukasi ke sekolah-sekolah di seluruh wilayah Sumedang.

Edukasi di sekolah sudah berjalan dengan sasaran remaja putri.

"Selain edukasi, kami juga vitamin TTD (Tablet Tambah Darah) untuk rutin dikonsumsi," sebut Dadang.

Targetnya, Sumedang bisa zero new stunting atau nihil kasus stunting baru.

Dipuji Presiden Jokowi

Dadang mengatakan, dalam upaya penanganan stunting, Kabupaten Sumedang menjadi yang terbaik se-Indonesia.

Bahkan, Presiden Joko Widodo memuji keberhasilan Pemkab Sumedang dalam penanganan stunting.

"Beberapa bulan yang lalu, Pak Presiden mengapresiasi keberhasilan Pemkab Sumedang dalam penanganan stunting ini dengan mengundang langsung Pak Bupati ke istana negara. Ini karena Sumedang dianggap berhasil menangani stunting dengan menerapkan teknologi digital menggunakan sistem pemerintahan berbasis elektronik (SPBE)," ujar Dadang.

Dadang menuturkan, keberhasilan Sumedang ini juga mendapatkan apresiasi dari Kementerian Kesehatan.

Di mana, saat kunjungan ke Sumedang beberapa waktu lalu, Menkes Budi Gunadi Sadikin memuji aplikasi Sistem Pencegahan Stunting (e-Simpati) milik Sumedang.

"Saat kunjungan ke Sumedang, Pak Menteri menyatakan akan mereplikasi e-Simpati ini untuk diterapkan di 50 kabupaten/kota se-Indonesia," tutur Dadang.

Sementara itu, Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir mengatakan, sangat bangga jika aplikasi stunting bisa direplikasi oleh Kementerian Kesehatan dan akan diuji coba di 50 kabupaten/kota di Indonesia.

"Kami bersyukur apa yang kami punya bisa bermanfaat untuk kepentingan lebih luas. Apalagi nanti, aplikasi kami ini akan digunakan juga oleh 50 kabupaten/kota untuk uji coba penanganan stunting di Indonesia," kata Dony dalam kesempatan mendampingi Menkes di RSUD Sumedang. 

https://bandung.kompas.com/read/2023/04/04/130011478/kasus-stunting-tertinggi-di-jabar-kenapa-sumedang-bisa-jadi-daerah-dengan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke