Salin Artikel

Niat Tawuran, 7 Pemuda di Bandung Salah Sasaran, Aniaya Korban hingga Kritis

BANDUNG, KOMPAS.com -Tujuh orang pemuda pelaku penganiayaan tak bisa berbuat banyak saat digiring jajaran Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polresta Bandung.

Para pemuda tersebut merupakan tersangka kasus penganiayaan yang dialami A, F, dan AN di Kampung Babakan Sadang, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Sabtu (1/4/2023). 

Ketujuh tersangka yakni DS alias Buled, TI, RM alias Rival, ID alias Ijul, MR alias Robi, RR alias Rijal, GP alias Wawan.

"Para tersangka ini merupakan pelaku penganiayaan kepada tiga orang pemuda lainnya di Baleendah, kejadiannya pada pukul 23.00 WIB dan sempat ramai di sosial media," kata Kapolresta Bandung, Kombes Pol Kusworo Wibowo di Mapolresta Bandung, Senin (10/4/2023).

Kusworo menjelaskan, sebetulnya ada 9 orang tersangka. Namun, pihaknya baru bisa mengamankan 7 orang pelaku, dua lainnya masih menjadi Daftar Pencarian Orang (DPO).

"Jadi baru 3 April dilaporkan, penyelidikan dilakukan, didapatkan identitas daripada ke 9 orang ini. 7 orang bisa kita amankan, ditangkap, salah satunya adalah residivis. Dua sisanya ini masih dalam kategori Daftar Pencarian Orang (DPO)," tambahnya.

Motif penganiayaan itu bukan karena merampok atau aksi begal. Namun, lantaran 9 orang tersangka ini tengah menunggu lawan tawuran dari kelompok lain.

Hal itu terungkap lantaran pihaknya telah menemukan bukti percakapan dari handphone milik salah seorang pelaku.

"Jadi bukan begal, bukan juga mau niat merampok, ada ajakan perkelahian, ada ajakan tawuran antara kelompok satu dengan kelompok yang lainnya. Ini handphonenya kami sita, karena dalam handphone ini ada percakapan dengan kelompok lawan yang akan tawuran," jelas dia.

Peristiwa penganiayaan itu bermula saat para tersangka tengah menunggu kedatangan lawan tawurannya di salah satu lokasi di Kecamatan Baleendah.

Saat tengah menunggu, datang ketiga korban menggunakan satu sepeda motor. Para tersangka mengira, ketiga korban merupakan lawan tawuran yang tengah ditunggu.

Kadung mengira ketiganya merupakan lawan yang ditunggu, baik korban dan tersangka terlibat cekcok terlebih dahulu, sebelum penganiayaan terjadi.

"Jadi para tersangka ini mengira bahwa yang di motor tersebut adalah lawan dari yang mereka tunggu. Tapi ternyata bukan, namun sudah keburu terjadi cekcok," ujarnya.

Usai cekcok, para tersangka langsung melakukan penganiayaan secara bersama-sama.

Saat itu, salah satu korban yang berjenis kelamin perempuan sempat berteriak dan berupaya melerai. Namun, salah seorang tersangka malah menendangnya.

Tak hanya itu, ketua Rukun Warga (RW) Kampung Babakan Sadang yang juga berupaya melerai malah terkena pukulan dari para pelaku.

"Para pelaku baru bisa berhenti dan melarikan diri saat warga setempat ikut membantu melerai, para tersangka melarikan diri, tiga korban akhirnya bisa diselamatkan," tambahnya.

Kusworo mengatakan, jika para tersangka dulunya merupakan anggota geng motor, namun keluar dan memilih membentuk kelompok baru.

Terkait dengan kondisi korban, Kusworo mengungkapkan, salah satu korban yakni A sempat dirawat di RS.

"Korban laki-lakinya sempat dirawat di Rumah Sakit. Sempat viral, karena yang bersangkutan membutuhkan donasi untuk pembiayaan. Namun alhamdulillah kami monitor sampai saat ini selesai dan telah dicover semuanya," ungkap dia.

Ketujuhnya diancam pasal 170 penganiayaan secara bersama-sama, dengan ancaman 7 tahun penjara.

https://bandung.kompas.com/read/2023/04/10/170716878/niat-tawuran-7-pemuda-di-bandung-salah-sasaran-aniaya-korban-hingga-kritis

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com