Salin Artikel

"Menantumu Lebih Pilih Avanza Rentalan, Mak, daripada Bareng Aku"

Salah satunya cerita dari seorang pemudik asal Bogor, Jawa Barat, bernama Deni Saputra (27).

Deni membonceng boneka "teddy bear" untuk menemaninya selama perjalanan menuju kampung halamannya di Pasawaran, Lampung.

Hal itu dilakukan Deni agar tidak kesepian karena pasangannya lebih memilih mudik menggunakan mobil sewaan bersama teman-temannya.

"Sengaja bawa boneka biar ada temannya. Kalau yang lain kan bawa boncengannya. Ada yang bawa cowoknya, ceweknya, biar ada yang meluk aja sih," kata Deni saat berbincang dengan wartawan di Pelabuhan Ciwandan, Cilegon, Banten, Rabu (19/4/2023).

Deni juga menempelkan selembar kertas dengan tulisan curahan hatinya untuk menyindir pacar yang tak mau mudik bersama.

"MENANTUMU LEBIH MILIH AVANZA RENTALAN MAK, DARIPADA BARENG AKU!!," tulis Deni di kertas yang ditempel di belakang bonekanya.

Padahal, kata Deni, mudik dengan motor Yamaha RX King miliknya memiliki sensasi dan pengalaman berbeda.

"Yang pasti dia belum pernah ngerasain nikmatnya naik RX King," ujar Deni.

Memang tak mudah melintasi jalur Bogor hingga Pelabuhan Ciwandan. Deni terjebak macet hingga menembus hujan bersama bonekanya.

Cerita lainnya datang dari pemudik bernama Dwisantoso (45). Dwisantoso akhirnya bisa mudik ke kampung halaman di Pacitan, Jawa Timur, setelah tiga edisi Lebaran sebelumnya harus menahan kerinduan akan kampung halaman.

Ia bersama istri dan anaknya akhirnya bisa mudik Lebaran pada tahun ini, karena ekonomi keluarganya mulai membaik pasca-pandemi Covid-19.

"Sudah tiga tahun enggak mudik. Walau istri asli orang Sumedang, tapi biasanya tiap Lebaran pasti mudik ke Pacitan. Cuma, pas Covid-19 tiga tahun terakhir, ekonominya enggak baik. Jadi enggak punya bekal buat mudik," ujar Dwisantoso kepada Kompas.com di halaman Mapolres Sumedang, Rabu (19/4/2023).

Dwisantoso menuturkan, dia, istri, dan anaknya saat ini tinggal di Desa Bantarmara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

Selama tidak bisa mudik tiga tahun terakhir, dia mengaku terus kepikiran dengan keluarganya di Pacitan.

"Jadi istilahnya mudik itu kewajiban. Kalau bisa mudik, ya mudik. Kalau enggak mudik, itu rasanya nelangsa, serasa enggak Lebaran. Kalau mudik ke Jawa, suasana Lebarannya itu dapat," tutur Dwisantoso.

Ia tidak bisa mudik ke Solo selama tiga tahun berturut-turut karena Covid-19.

"Saya sudah menetap di Sumedang sejak tahun 2003. Sekarang tinggal di Desa Jatihurip, Sumedang Utara. Tiga tahun enggak bisa mudik itu benar-benar nelangsa. Tahun ini ada kesempatan, jadi bisa mudik lagi ke Solo. Senang rasanya," ujar Samuri.

Damal (23), pemuda asal Semarang yang bekerja di salah satu perusahaan di Sumedang, juga merasakan hal yang sama.

Damal saat ini tinggal di Lingkungan Nalegong, Kelurahan Kota Kulon, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang.

"Saya belum menikah, keluarga semua di Semarang. Alhamdulillah punya bekal buat mudik, kebetulan juga ada mudik gratis dari Polres Sumedang, jadi bisa menghemat. Enggak harus keluar ongkos," ujar Damal.

Sementara, Kepala Kepolisian Resor Sumedang AKBP Indra Setiawan mengatakan, tahun ini melalui program Korlantas Polri, pihaknya memasilitasi puluhan warga asal Jawa Tengah dan sekitarnya untuk mudik Lebaran gratis.

"Ada 31 jiwa yang ikut program mudik gratis Polres Sumedang tahun ini. Kami berharap, ini dapat meringankan beban masyarakat, khususnya biaya perjalanan mudik. Salam hangat kami untuk semua keluarga dari Sumedang yang mudik ke Jawa pada Lebaran kali ini," kata Indra.

https://bandung.kompas.com/read/2023/04/19/193301078/menantumu-lebih-pilih-avanza-rentalan-mak-daripada-bareng-aku

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke