Salin Artikel

"Horornya" Kemacetan di Jalur Puncak, Pengendara: Kendaraan Bergerak 1 Meter, Berhentinya 1 Jam

KOMPAS.com - Di momen libur Lebaran ini, Senin (24/4/2023) dan Selasa (25/4/2023) dini hari, kemacetan parah terjadi di jalur Puncak, Jawa Barat.

Pada Senin, kemacetan di jalur Cianjur-Puncak bahkan berlangsung hingga Selasa dini hari. Salah satu pengendara yang terjebak kemacetan adalah Adriansyah.

"Kami sengaja lewat jalur Cianjur karena hendak mampir ke rumah saudara di Puncak dan Cisarua, tapi sejak Senin (24/4/2023) pagi, kami sudah tertahan di jalur ini," ujarnya, Selasa, dikutip dari Antara.

Setelah kurang lebih 20 jam merasakan "horornya" kemacetan, Adriansyah dan keluarganya terpaksa menginap di area SPBU di Jalan Raya Ciherang-Cipanas.

"Ya karena sudah lelah terjebak macet, kami memilih istirahat di SPBU ini. Kendaraan bergerak satu meter berhentinya satu jam," ucapnya.

Sama seperti Adriansyah, Andhika Bayu, seorang pengendara motor, juga terjebak macet di jalur Puncak. Ia menggambarkan suasana kemacetan ini dengan chaos atau kacau.

"Gila sih tadi macetnya. Chaos. Pas di jalan saja kita diteriakin pengendara mobil. Kata dia, sudah 8 jam lebih di sini enggak gerak-gerak, mending balik saja," ucapnya kepada Kompas.com di Jalan Raya Puncak Bogor, Selasa dini hari.

Kemacetan ini ibaratnya semakin membuat kelabu hari Bayu. Pasalnya, ia mengalami kecelakaan saat perjalanan balik dari kampung halamannya di Tegal, Jawa Tengah. Ia sempat mampir Bandung untuk beristirahat di tempat temannya.

Selepas istirahat, Bayu melanjutkan perjalanan menuju tempat kosnya di Cimanggu, Kota Bogor. Ia berangkat pukul 17.00 WIB.

"Nah, pas masuk ke (Puncak Pass) Cianjur itu jalanan sudah padet banget, di situlah, buset, macet panjang banget," ungkapnya.

Ia mengatakan, kemacetan parah ini membuat waktu tempuh dari Bandung ke Bogor menjadi 9 jam. Bayu pun tak habis pikir dirinya terjebak kemacetan hingga larut malam.

"Berangkat jam 5 sore dari Bandung sampai kosan ini sudah jam 2 dini hari," tuturnya.

Sementara itu, Harry Prasetyo (30) asal Kota Bogor yang tengah mudik ke rumah orangtuanya di Cisarua, Kabupaten Bogor, mengaku hanya bisa berdiam diri di rumah karena kemacetan ini. Tyo, sapaan akrabnya, tiba di rumah orangtuanya sejak hari-H Idul Fitri.

"Kita juga jadinya seharian aja di rumah, kalau kepepet amat ya terpaksa ikut macet-macetan. Demi menghindari macet itu, akhirnya kita memilih di rumah saja lah (seharian)," jelasnya, Selasa.

Tyo menuturkan, Senin hingga Selasa, arus kendaraan mengular. Ia mendapati kemacetan di titik Tugu Selatan sebelum Gunung Mas, Kebun Teh. Macet dimulai dari wilayah Cisarua hingga Megamendung Gunung Mas, atau dari Kebun Teh menuju Taman Safari.

"Dari Senin pagi itu jalur ke atas terus (kendaraan naik dari arah Jakarta). Biasanya kan jalur ke atas itu sampai siang aja. Sore itu jalur ke bawah. Tapi tadi di titik ini, gak ke bawah-bawah. Jadi pada ke atas semua sampai malam," terangnya.

Kepolisian Resor (Polres) Bogor mencatat sebanyak 430.066 kendaraan memasuki kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, selama masa libur Lebaran 2023.

Kepala Urusan Pembinaan dan Operasional (KBO) Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Bogor Iptu Ardian Novianto menjelaskan, jumlah itu merupakan akumulasi dari kendaraan yang melintas sejak Selasa (18/4/2023) hingga Senin (24/4/2023).

"430.066 kendaraan terdiri dari 166.995 kendaraan roda dua, 259.244 kendaraan roda empat, dan 3.827 bus," paparnya di Bogor, Selasa, dilansir dari Antara.

Dia mengungkapkan, volume kendaraan di Jalur Puncak meningkat drastis selepas hari-H Idul Fitri. Jumlah terbanyak terjadi pada Senin (24/4/2023) yang mencapai 83.313 kendaraan. Adapun jumlah paling sedikit terjadi sebelum Lebaran, yakni 48.593 kendaraan pada Rabu (19/4/2023).

Terkait kemacetan ini, Pelaksana tugas (Plt) Bupati Bogor Iwan Setiawan mengimbau wisatawan untuk tak terfokus melintas di jalur utama supaya kepadatan kendaraan tidak terjadi.

Iwan menyebutkan, ada dua jalur alternatif untuk menuju kawasan Puncak tanpa harus melintasi Simpang Gadog Ciawi.

Pertama ialah melewati Gerbang Tol Sumarecon dan melintasi Gunung Geulis hingga Pasir Angin, Megamendung.

Lalu, jalur alternatif kedua melalui Tapos Ciawi, kemudian menyusuri Jalan Citeko hingga Taman Safari Indonesia Cisarua.

Ia menerangkan, seandainya tetap terjadi kepadatan arus lalu lintas selama libur Lebaran di Jalur Puncak, pihak pepolisian akan memberlakukan rekayasa lalu lintas berupa sistem ganjil genap kendaraan hingga sistem one way atau satu arah.

"Daerah Bogor Selatan ini pengamanan lebih ekstra pada H+1 sampai H+10, karena tingkat okupansi atau kunjungan kendaraan membeludak," tandasnya, dikutip dari Antara.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Kabupaten Bogor, Afdhalul Ikhsan | Editor: Robertus Belarminus, Ardi Priyatno Utomo), Antara

https://bandung.kompas.com/read/2023/04/25/213209878/horornya-kemacetan-di-jalur-puncak-pengendara-kendaraan-bergerak-1-meter

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com