Salin Artikel

Kelelahan akibat Terjebak Macet, Wisatawan Asal Jakarta Meninggal Dunia di Puncak Bogor

Pria yang mengendarai motor ini dilaporkan meninggal dunia pada Rabu (26/4/2023) sekitar pukul 11.30 WIB.

Menurut Kepala UGD Puskesmas Sukamakmur, Teguh Yudiana, korban meninggal diduga karena kelelahan saat terjebak macet imbas arus kendaraan yang mengarah ke Puncak Bogor. 

"Saat itu memang situasi lagi macet, jadi Korban sedang istirahat di motornya," ucap Teguh saat dihubungi Kompas.com, Kamis (27/4/2023).

Teguh yang menangani korban saat itu mengatakan, kejadian bermula saat korban bersama istrinya pergi liburan menggunakan sepeda motor ke wilayah Sukamakmur. Mereka pergi bersama rombongan wisatawan dari Jakarta.

Namun, kondisi jalan ke tempat wisata yang dituju itu macet parah di kedua arah. Arus kendaraan roda dua bahkan sampai tidak bisa bergerak.

Amanah yang berboncengan dengan istrinya pun ikut terjebak kemacetan tersebut. Kondisi cuaca panas di siang hari itu akhirnya membuat korban kelelahan. Ia pun terjatuh dari motornya.

Sang istri yang sedang dibonceng panik lalu berteriak meminta pertolongan ke pengendara lain yang berada di sampingnya.

Melihat hal itu, para wisatawan yang mengendarai sepeda motor langsung menolong korban, diangkat ke sebuah warung. 

Dari hasil pemeriksaan, sambung Teguh, korban memiliki riwayat penyakit komplikasi.

"Pertama korban punya riwayat sakit kencing manis dan liver. Malamnya kurang tidur, terus paginya (liburan) ke Sukamakmur. Kalau dilihat kondisinya, iya meninggal kelelahan," terangnya.

Sementara itu, Kapolsek Sukamakmur Polres Bogor Iptu Sutopo Pranolo menambahkan, pria asal Cempaka Putih, Jakarta itu meninggal dunia saat berada di perjalanan menuju lokasi wisata. Korban meninggal dunia saat mengendarai sepeda motor di Tanjakan 2000.

"Korban mengendarai motor secara rombongan bersama keluarganya menuju tempat wisata. Di perjalanan, korban merasa kelelahan dan tiba-tiba tak sadarkan diri," ujarnya.

Menurut Sutopo, korban sempat berupaya dilarikan ke klinik terdekat. Namun, tidak dapat ditangani karena keterbatasan peralatan, kemudian korban dilarikan ke Puskesmas Sukamakmur.

"Nah, saat di perjalanan korban meninggal dunia, nyawanya tak tertolong," ungkapnya.

Kini, jenazah korban sudah dibawa ke rumah duka untuk dimakamkan. Sutopo memastikan bahwa pihak keluarga juga telah menerima dengan ikhlas bahwa kejadian ini merupakan sebuah musibah.

https://bandung.kompas.com/read/2023/04/27/232240078/kelelahan-akibat-terjebak-macet-wisatawan-asal-jakarta-meninggal-dunia-di

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com