Salin Artikel

Berkah Macet Parah di Jalur Puncak Bogor, Penjual Kopi Bisa Hasilkan Rp 500.000 Per Hari

Di saat yang sama hujan jatuh ke atap mobil dan suara pedagang asongan saling bersahutan dengan pembeli. 

Suara bising ribuan kendaraan disusul langkah kaki wisatawan membuat kawasan wisata berhawa dingin itu ramai meriah.

Sri (44), pedagang kopi kemasan asal Wonogiri, Jawa Tengah, terlihat menyelip berlari kecil melewati mobil-mobil.

"Kopi, kopi, kopi," teriak Sri sesekali menawarkan dagangannya ke pengendara mobil.

Ia menggendong dagangannya yakni termos yang dililit kopi kemasan. Tak kalah penting, payung sudah siap melindunginya dari derasnya hujan.

"Ada air Aqua Bu?" tanya seorang pengendara mobil berpelat B.

"Wah habis Pak. coba saya tanyakan ke teman saya yang di seberang," kata Sri berlalu dan meneriaki temannya.

Tak butuh 3 menit, pengendara lain memanggil hendak membeli dagangannya. Sri berjalan tergopoh-gopoh menyusul teriakan pengendara yang hendak membeli dagangannya.

Dengan cekatan, dia menyeduh satu kopi liong (kopi asli Bogor) dengan sedikit terburu-buru. Tangan kiri mengaduk, tangan kanan memegang payung.

"Kalau macet gini Alhamdulillah banyak (untung)," ucap Sri sembari mengaduk kopi saat ditemui Kompas.com

Ia bersyukur bisa menghasilkan ratusan ribu rupiah hanya dalam sehari. Pendapatannya itu bisa menghidupi dua anaknya. Bahkan, salah satu anaknya sudah ada yang lulus kuliah dan bekerja di bank swasta.

Meski begitu, keuntungan itu juga sebanding dengan perjuangannya melawan cuaca panas dan hujan.

"Sebanding lah sama capeknya (keliling), berat Ak. Tergantung habis air, sehari penghasilan bisa Rp 500.000. Itu kotor ya tergantung habis air. Kalau 10 termos bisa lebih segitu," ungkapnya. 

Ia mengatakan, kemacetan membawa berkah tersendiri. Hari-hari biasa hanya meraup Rp 100.000. Namun, di moment lebaran saat ini bisa menghasilkan berkali lipat.

"Selama libur lebaran ya gini, tiap hari keliling sampai malam. Kalau enggak macet ya enggak ada, saya akhirnya kerja lagi di catering," imbuhnya.

Salah satu pengendara mobil, Dani mengatakan bahwa kehadiran para pedagang asongan tersebut cukup membantu.  Sebab, dirinya merasa lapar dan haus ketika terjebak macet di jalur Puncak. Bahkan, saat antrean mengular bekal yang sudah dibawa bisa habis.

"Saat menunggu pemberlakuan sistem one way begini kehadiran mereka (para pedagang asongan) ini dibutuhkan dan cukup membantu," ujar pengendara mobil asal Jakarta itu.

Sementara itu, Kapolres Bogor AKBP Iman Imanuddin mengatakan bahwa maraknya pedagang asongan tersebut bukanlah sebuah masalah selama tidak menggangu kelancaran arus lalu lintas kendaraan.

Menurutnya, momen libur lebaran seperti ini merupakan sebuah berkah tersendiri bagi masyarakat yang mencari rezeki dari berjualan.

"Selama bisa diatur ya bukan jadi sebuah masalah, kan mereka tidak menggangu kelancaran arus lalu lintas. Justru ini mendatangkan berkah bagi mereka para pedagang asongan dipinggir jalan maupun para pedagang oleh-oleh, warung di rest area tempat istirahat dan warung di SPBU," ungkap Iman.

https://bandung.kompas.com/read/2023/05/01/082124878/berkah-macet-parah-di-jalur-puncak-bogor-penjual-kopi-bisa-hasilkan-rp

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke