Salin Artikel

Pria Culik Mantan Pacar karena Cemburu, Disekap di Apartemen hingga Polisi Temukan Sabu yang Dipakai Pelaku

KOMPAS.com - RG, seorang pria ditangkap polisi karena menculik mantan pacarnya, KA (19) di Jalan Kawaluyaan Indah IV, Kota Bandung, Jawa Barat.

Korban disekap di sebuah apartemen hingga diancam menggunakan senjata tajam oleh pelaku.

Bahkan, pelaku mengaku telah menyetubuhi korban, kemudian keesokan harinya dibawa ke lapangan Saparua.

Aksi penculikan itu sempat terekam kamera CCTV dan videonya viral di media sosial.

Kronologi penculikan

Saat itu korban dan temannya D pergi ke rumah teman lainnya berinisial NR pada Minggu (7/5/2023) dari pukul 13.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB.

Namun saat korban hendak pulang, tersangka RG yang merasa cemburu datang menemui korban dan temannya NR.

Lalu RG sempat mencurigai NR memiliki hubungan dengan korban.

Pada saat itu tersangka langsung menjambak korban kemudian menarik ke motornya dan langsung membawa pergi dari rumah tersebut.

Kapolrestabes Bandung Kombes Pol Budi Sartono mengatakan, saat menculik korban pelaku mengancam korban dengan senjata tajam.

"Korban dibawa ke apartemen Gateway Cicadas, jadi selama satu malam tersangka dengan korban berada di apartemen, hasil pengakuan bahwa terjadi persetubuhan, kemudian setelah itu besoknya dibawa dan ditaruh di lapangan Saparua itu," kata dia, Selasa (9/5/2023).

Polisi tangkap pelaku

Setelah memeriksa rekaman CCTV di sekitar lokasi penculikan, polisi akhirnya menangkap pelaku, RG.

Polisi menemukan korban KA di daerah Saparua, Kota Bandung, pada pukul 23.00 Wib.

"Pada jam 01:00 pagi dini hari kita bisa mengamankan saudara RG di daerah Cipaera Kosambi," ucap dia.

Dari pemeriksaan sementara, polisi menemukan sisa pemakaian sabu pada tersangka RG.

Kepolisian akan melakukan pendalaman dan menyerahkan hal tersebut ke satuan narkoba.

Atas perbuatanya, tersangka harus mendekam dibalik jeruji.

"Untuk tersangka kita sangkakan Pasal 328 dengan ancaman paling lama 12 tahun," ucapnya.

Rekaman CCTV

Sebelumnya, peristiwa penculikan itu terjadi di Jalan Kawaluyaan Indah IV, Kota Bandung, Minggu (7/5/2023) malam.

Rekaman video CCTV saat korban diculik baru tersebar di media sosial pada Senin sore.

Dalam video tersebut, terlihat dua pria datang ke rumah teman korban di Jalan Kawaluyaan, menggunakan sepeda motor.

Seorang pria kemudian memaksa korban untuk ikut naik sepeda motor yang digunakan temannya.

Pelaku membawa korban pergi. Dalam rekaman kamera CCTV, sempat terdengar teriakan korban minta tolong.

Pamit ke rumah teman

Ayah Keysha, Wilma Luktani (39) mengatakan, pihaknya mendapat informasi anaknya diculik pada hari Senin.

"Saat itu anak saya pamit mau main ke rumah temannya di sini (Kawaluyaan), terus tadi ibunya dapat kabar itu (diculik)," ujar Wilma, saat dihubungi, Senin (8/5/2023) malam.

Wilma bersama istrinya sudah sejak Senin siang berada di Kawaluyaan untuk memastikan siapa yang membawa anaknya.

Mereka memeriksa rekaman CCTV dari rumah tetangga teman korban.

"Rekaman CCTV nya baru bisa dibuka sore, jadi baru ramai sekarang," katanya.

Wilma juga sudah berupaya menghubungi keluarga dari mantan pacar anaknya. Namun, tidak ada respons.

"Iya, informasi begitu ( diculik mantan pacarnya)," ucapnya.

Sumber: Kompas.com (Penulis Kontributor Bandung, Agie Permadi | Editor Michael Hangga Wismabrata, David Oliver Purba)

https://bandung.kompas.com/read/2023/05/10/132003278/pria-culik-mantan-pacar-karena-cemburu-disekap-di-apartemen-hingga-polisi

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com